Allah berfirman, "Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Perhatikanlah, betapakah mereka mengeada-adakan dusta terhadap Allah. Dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka)," (An-Nisa': 49-50).
Allah berfirman, "Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia-lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa," (An-Najm: 32).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa tadinya Zainab bernama Barrah (wanita baik) lalu dikatakan, "Apakah kamu menganggap suci dirimu?" Kemudian Rasulullah saw. memberinya nama Zainab. (HR Bukhari [6192] dan Muslim [2141]).
Diriwayatkan dari Muhammad bin Amr bin Atah', ia berkata, "Putriku diberi nama Barrah (wanita baik), lalu Zainab binti Abu Sulamah berkata, 'Rasulullah saw. telah melarang nama ini dan aku dahulu diberi nama Barrah, kemudian Rasulullah saw. bersabda, 'Janganlah kalian menganggap suci diri kalian, sesungguhnya Allah lebih mengetahui orang-orang baik diantara kalian.' Lalu mereka bertanya, 'Jadi kami beri nama siapa?' Beliau bersabda, 'Berilah ia nama Zainab'," (HR Muslim [2142]).
Kandungan Bab:
- Celaan memuji dan mensyukuri diri sendiri, karena hal itu termasuk mengungkit-ngungkit sebuah amalan.
- Larangan memberi nama yang mengandung unsur pensucian diri seperti Jamaluddin, Tajuddin, dan yang semisalnya.
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/310-311.