Tidak ada manusia yang lebih hebat dari nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam. Dipuji oleh Allah subhanahu wata’ala keagungan akhlaknya,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Al-Qalam: 4)
Kita sebagai umatnya wajib meneladani beliau,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (Al Ahzab: 21)
Aisyah radiyallahu ‘anha ditanya tentang Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menjawab:
“Akhlaqnya adalah Al Quran.” (HR. Muslim)
Hebat pribadinya dan hebat pengaruhnya. Mari lihat di lingkarannya. Semua jadi orang hebat. Keluarganya, menantunya, mertuanya dan para sahabatnya.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuatlalu menjadi besar dan tegak lurus diatas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan diantara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (Al Fath: 29)
Bahkan pengakuan orang kafir dalam bukunya “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in history” (100 tokoh dunia yang paling berpengaruh dalam sejarah), oleh Michael H. Hart, disebutkan bahwa Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam bernomor wahid. Banyak dari kita sebagai umatnya mengklaim diri mengikuti sunnahnya, meskipun masih jauh dalam realitasnya. Dalam sabdanya:
“Semua umatku bakal masuk surga, kecuali yang enggan. Para sahabat bertanya; Siapa yang enggan itu wahai Rasulallah? Beliau menjawab: Barang siapa menaatiku maka dia yang akan masuk surga. Tetapi siapa yang melanggarku, dialah orang yang enggan itu.” (HR. Al Bukhari)
Menarik kejadian yang dialami oleh sahabat Tsauban Radiyallahu ‘anhu, orang yang dibebaskan oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam dari perbudakan. Suatu malam dia menangis terus sampai mukanya sembab. Menjelang adzan Subuh, bergabung shalat berjamaah persis di belakang Rasulullah shallahu alaihi wasallam.
Setelah shalat subuh, nabi shallahu alaihi wasallam menghadap kepada jamaah, beliau melihat wajah Tsauban sembab bekas banyak menangis. Beliau mendekat dan bertanya. Ada apa dengan engkau wahai Tsauban?
Dia menjawab, semalam suntuk aku menangis wahai Rasulullah, memikirkan nasibku di akhirat kelak apakah aku bisa bertemu denganmu, wahai Rasulullah, seperti kita ketemu di dunia ini? Engkau akan di surga yang tertinggi sementara aku belum tau dimana aku akan berada. Kalaupun aku masuk surga, mungkin berada paling bawah. Aku takut tidak bertemu denganmu, wahai Rasulullah.
Maka nabi shallahu alaihi wasallam menyatakan satu syarat untuk dijamin surga. Apa itu? Beliau menjawab,
“Jangan pernah minta sesuatu dari manusia”
Makanya, bila Tsauban berada di atas kendaraannya dan pecutnya jatuh, dia akan turun mengambilnya sendiri tanpa minta bantuan orang lain.
Dalam riwayat Al Bazzar dan Al Baihaqi, nabi shallahu alaihi wasallam menasehati umatnya agar selamat dan terhindar dari kehancuran.
“Tiga hal yang menghancurkan dan tiga hal yang menyelamatkan. Tiga hal yang menghancurkan adalah; (1) Sikap pelit yang diikuti, (2) Mengikuti hawa nafsu, (3) Bangga diri. Adapun yang menyelamatkan adalah; (1) Takut kepada Allah dalam kesendirian dan di khalayak ramai, (2) bersikap ekonomis dalam keadaan faqir dan kaya, (3) bersikap adil dalam keadaan marah dan senang.” (HR. Al Baihaqi)
Dalam Muktamar Internasional Sirah dan Sunnah Nabawiyyah ke 3 di Doha, Qatar pada tahun 1400 H/ 1978 M, 41 tahun yang lalu, dari Indonesia Pak Hamka hadir, menyampaikan pengalaman Jenderal A.H. Nasution.
Setelah sang jenderal berhasil menumpas gerakan PKI, dalam konferensi pers ia ditanya oleh wartawan asing, “Siapakah idola pak Jenderal?” Beliau menjawab, “Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam,”
“Bagaimana bapak sebagai jenderal mengidolakan nabi?”
Beliau menjawab, “Banyak jenderal yang hebat ketika perang, tetapi tidak hebat ketika damai. Tetapi, Nabiku Muhammad shallahu alaihi wasallam hebat ketika perang dan damai.”
Kita perlu sekali terus menggali nilai-nilai kemuliaan dari kehidupan Rasulullah shallahu alaihi wasallam. Dari segi kronologis kehidupannya. Dari aspek kelebihannya. Dari aspek akhlaknya. Perjuangannya dan aspek-aspek lain sehingga berhasil mengubah peta dunia dengan peradaban Islam yang universal.
Lihatlah tulisan T.W. Arnold “The Preaching of Islam”. Sangat menakjubkan.
Kita diperintahkan Allah shallahu alaihi wasallam agar mengikuti jejaknya bila ingin dicintai Allah.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)
Semoga kita dimampukan Allah untuk meneladaninya. Amin.
Sumber: Menemukan Kehidupan Yang Hilang, Ustadz Farid Okbah, Aqwam, h. 67-71