مَنْ رَأَيْتَهُ مُجِيْبًا عَنْ كُلِّ مَا سُئِلَ وَمُعَبِّرًا عَنْ كُلِّ مَا شَهِدَ وَذَاكِرًا كُلَّ مَا عَلِمَ فَاسْتَدِلَّ بِذلِكَ عَلَى وُجُودِ جَهْلِهِ .
“Barangsiapa melihat orang yang suka menjawab segala sesuatu yang diajukan kepadanya, menceritakan segala sesuatu yang pernah disaksikannya, menyebut semua yang pernah diketahuinya, perbuatan seperti itu termasuk perbuatan orang tolol.” (Syekh Ibnu Athaillah)
Menjawab semua pertanyaan, menceritakan semua yang disaksikan, dan menyebut-nyebut semua persoalan, adalah pertanda sifat orang bodoh. Karena menjawab semua persoalan yang diajukan adalah sikap yang salah. Tidak semua pertanyaan perlu dijawab dan harus jawaban yang lengkap, apalagi pertanyaan sekitar masalah rahasia batin yang dimiliki hamba yang makrifat. Karena menjawab sesuatu, hendak pula melihat kemampuan ilmu yang ada pada seorang hamba. Ilmu yang ada pada manusia sebenarnya sangat sedikit dibandingkan dengan ilmu orang yang menjadi rahasia alam semesta. Allah mengingatkan hal ini dalam Al-Qur’an, “Tidaklah Allah Ta’ala memberi kamu ilmu, kecuali sedikit sekali.” (Al-Isra’: 85)
Sebenamya menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan ilmu agama yang perlu diketahui oleh umat menjadi kewajiban setiap ulama dan para pendidik. Akan tetapi dalam ilmu tasawuf, ada banyak hal yang tidak semuanya dijawab, karena berkenaan dengan rahasia gaib yang diketahui oleh seorang hamba. Menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan ilmu batin yang telah dituangkan Allah ke dalam hati hamba yang arif dan makrifat menunjukkan ketololan. Atau menceritakan semua yang dialaminya. Sebab semua peristiwa yang berkaitan dengan rahasia batin adalah anugerah Allah yang diberikan kepada seorang hamba. Apabila peristiwa gaib dan ilmu batin itu dijelaskan kepada orang yang bukan ahlinya, apalagi orang awam, niscaya akan menimbulkan fitnah, ejekan dan pendustaan. Oleh karena itu menyampaikan penjelasan atau merijawab pertanyaan yang berkaitan dengan masalah ini, disebut orang tolol, karena tidak dapat menempatkan dirinya.
Dunia dan alam kehidupan ini penuh rahasia Allah dan kegaiban. Ada yang berupa lahir dan ada yang berupa batin. Semua merupakan ilmu Allah yang bisa diungkapkan secara nyata, dan bisa diungkapkan secara samar, dan bisa diungkapkan dalam bentuk rahasia (batin). Walaupun demikian, semua macam ilmu tersebut, tetap berdasarkan firman Allah dan sunah Nabi Saw. Selama tidak bertentangan dengan dua pedoman hidup Islam itu, bolehlah dipelajari dan diamalkan. Adapun yang bersifat batin, biasanya hanya dapat dialami dan dipelajari oleh hamba Allah yang masuk kepada alam makrifat, yang mampu menyingkap rahasia dan mengungkap tabir yang tertutup antara para hamba dengan alam gaib. Semuanya bisa terjadi dan dapat diketahui dengan izin Allah belaka.
Sumber: Al Hikam, Syekh Ibnu Athaillah, Hal 145-146.