Tidak Ada Bid’ah dalam Sesuatu yang Sudah Ditetapkan Syariat

Seperti yang sudah kami jelaskan di atas, bahwa orang-orang salaf sangat berhati-hati dalam segala hal, apalagi dalam perkara yang mengindikasikan kepada bid’ah, agar mereka tidak terjerumus ke dalam bid’ah itu. Memang ada hal-hal baru yang tidak bertentangan dengan syariat, dengan begitu mereka pun tidak melihatnya sebagai dosa, sebagaimana yang banyak diriwayatkan bahwa tadinya orang-orang shalat sendiri-sendiri pada bulan Ramadhan, atau ada kumpulan-kumpulan tersendiri yang mengerjakan shalat secara berjama’ah. Lalu Umar bin Al-Khathab menghimpun jama’ah-jama’ah mereka itu dan yang mengimami adalah Ubay bin Ka’b. Tatkala Umar melihat jama’ah ini, dia berkata, “Ini adalah bid’ah yang paling nikmat.” Dikatakan begitu, karena shalat jama’ah (termasuk pula shalat sunat) sudah ditetapkan syariat.

Al-Hasan berkata di dalam Al-Qishash, “Itulah adalah bid’ah yang paling nikmat. Berapa banyak saudara yang bermanfaat bagi orang lain dan berapa banyak doa yang dimakbulkan. Selagi sesuatu yang baru disandarkan kepada dasar yang sudah ditetapkan syariat, maka hal itu tidak tercela.”

Adapun jika bid’ah itu berasal dari seseorang yang menempatkan dirinya seperti yang memberi nikmat, berarti dia telah meyakini adanya kekurangan dalam syariat. Jika bid’ah itu bertentangan dengan syariat, maka dosanya lebih besar lagi. Seperti yang sudah kami jelaskan di atas, bahwa Ahlus-Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti As-Sunnah, sedangkan ahli bid’ah adalah orang-orang yang menampakkan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ada dan tidak memiliki sandaran, sehingga mereka perlu bersembunyi di balik tabir bid’ah mereka. Ahlus-Sunnah tidak pernah menyembunyikan madzhab mereka. Perkataan mereka jelas, madzhab mereka pun terkenal dan kesudahan yang baik tentu akan kembali kepada mereka.

Dari Al-Mughirah bin Syu’bah, dia berkata, “Rasulullah bersabda,

لا يَزَالُ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُوْنَ.

“Senantiasa ada sekumpulan orang dari umatku yang mendapat kemenangan hingga ketetapan Allah datang kepada mereka dan mereka tetap mendapat kemenangan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dari Tsauban, dia berkata, “Rasulullah bersabda,

لا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ.

“Senantiasa ada segolongan orang dan umatku yang mendapat kemenangan memperjuangkan kebenaran. Mereka tidak bisa dibuat celaka oleh orang-orang yang menelantarkan mereka, hingga datang ketetapan Allah dan mereka tetap dalam keadaan demikian.” (HR. Muslim).

Sumber: Talbis Iblis, Ibnul Jauzi, Pustaka Al Kautsar, h 35-36.