Dari Ibnu Umar, dia berkata, “Rasulullah bersabda,
“Benar-benar akan terjadi pada umatku seperti yang terjadi pada Bani Israel, layaknya sepasang terompah, sampai-sampai jika ada di antara mereka yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, tentu di tengah umatku ada pula yang berbuat demikian. Sesungguhnya Bani Israel terbagi-bagi menjadi tujuh puluh dua golongan, sedangkan umatku terbagi-bagi menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya ada di neraka kecuali satu golongan. Mereka bertanya, “Golongan apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang berada pada jalanku dan para shahabatku.”
Abu Daud meriwayatkan di dalam Sunannya, dari hadits Mu’awiyah bin Abu Sufyan, bahwa dia berdiri seraya berkata, “Ketahuilah bahwa Rasulullah pernah berdiri di tempat kami, seraya bersabda,
أَلَا إِنّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ، وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ تَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ الأَهْوَاءُ كَمَا يَتَجَارَى الْكَلْبُ لِصَاحِبِهِ.
“Ketahuilah, bahwa di antara orang-orang sebelum kalian dari Ahli Kitab terbagi-bagi menjadi tujuh puluh dua golongan, dan sesungguhnya agama ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua di dalam neraka dari satu golongan di dalam surga, yaitu Al-Jama’ah Sesungguhnya dari umatku ini akan muncul segolongan orang yang berjalar. beriringan dengan berbagai nafsu, sebagaimana anjing yang berjalar. beriringan dengan rekannya.”
Dari Abdurrahman bin Yazid, dari Abdullah, dia berkata, “Menahan diri dalam As-Sunnah itu lebih baik daripada berijtihad dalam bid’ah.”
Dari Ubay bin Ka’b, dia berkata, “Hendaklah kalian mengikuti jalan dari As-Sunnah. Sesungguhnya tidak ada seorang hamba yang mengikuti jalan dari As-Sunnah karena ingat kepada Allah dan kedua matanya menangis karena takut kepada Allah, lalu disentuh api neraka. Sesungguhnya menahan diri dari As-Sunnah itu lebih baik daripada berijtihad dalam masalah yang diperselisihkan.”
Dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Memandang orang dari Ahlus-Sunnah itu mengajak kepada As-Sunnah, dan mencegah dari bid’ah itu merupakan ibadah.”
Dari Abu Al-Aliyah, dia berkata, “Hendaklah kalian berpegang kepada urusan agama pertama yang dipegangi orang-orang sebelum mereka terbagi.. bagi.” Lalu Ashim menceritakan hal ini kepada Al-Hasan. Maka Al-Hasan berkata, “Dia telah menasihatimu demi Allah dan juga telah membenarkanmu.”
Al-Auza’i berkata, “Sabarkanlah dirimu dalam berpegang kepada As Sunnah, berhentilah jika orang-orang berhenti, katakanlah apa yang mereka katakan, tahanlah apa yang mereka tahan, ikutilah jalan orang-orang salaf yang shaleh, karena yang demikian itu membuat jalanmu lapang seperti jaları mereka yang lapang.”
Dari Al-Auza’i, dia berkata, “Aku bermimpi melihat Rabbul Izzati yang; berfirman kepadaku, “Wahai Abdurrahman, engkaukah yang menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar?
“Berkat karunia-Mu wahai Rabb-ku,” jawabku. Lalu aku berkata, “Ya Rabbi, sesungguhnya umatku berada pada Islam.”
Allah befirman, “Juga berada pada As-Sunnah.”
Dari Abu Hammam As-Sukuni, dia berkata, “Aku diberitahu ayahku. Katanya, “Aku pernah mendengar Sufyan berkata, “Suatu perkataan tidak akan diterima kecuali disertai perbuatan. Perkataan dan perbuatan tidak menjadi lurus kecuali disertai niat. Perkataan, perbuatan dan niat tidak menjadi lurus kecuali sesuai dengan As-Sunnah”
Yusuf bin Asbath berkata, “Sufyan berkata kepadaku, Wahai Yusuf, jika engkau mendengar seseorang di Masyriq, bahwa dia berpegang kepada As-Sunnah, maka sampaikanlah salamku kepadanya, dan jika di Maroko engkau mendengar seseorang yang berpegang kepada As-Sunnah, maka sampaikanlah salamku kepadanya, karena sedikit sekali orang dari kalangan Ahlus-Sunnah Wal-Jama’ah.”
Ayyub berkata, “Aku diberitahu kematian seseorang dari kalangan Ahlus-Sunnah, yang membuat salah satu anggota tubuhnya seakan terlepas dari tempatnya.” Yang seperti ini juga pernah dikatakan Ath-Thabarani.
Dia juga berkata, “Sesungguhnya di antara kenikmatan orang Arab dan non-Arab ialah jika Allah mempertemukannya dengan ulama dan Ahlus-Sunnah.”
Dari Ibnu Syaudab, dia berkata, “Sesungguhnya di antara nikmat Allah yang dilimpahkan kepada seorang pemuda ialah jika dia meniti suatu jalan yang mempertemukannya dengan seorang Ahlus-Sunnah, yang selanjutnya Ahlus-Sunnah itu membawanya kepada As-Sunnah.”
Dari Ibnu Syaudzab, dia berkata, “Aku pernah mendengar Yusuf bin Asbath berkata, “Ayahku adalah seorang pengikut aliran Qadariyah, sedangkan paman-pamanku pengikut golongan Rafidhah, lalu Allah menyelamatkan aku lewat Sufyan.”
Muhammad bin Muhammad Al-A’la berkata, “Aku pernah mendengar Mu’tamar bin Sulaiman berkata, “Aku menemui ayahku dengan raut muka yang muram. Ayah bertanya, “Ada apa dengan dirimu?”
Aku menjawab, “Seorang temanku meninggal dunia.”
“Apakah dia meninggal pada As-Sunnah?” tanya ayah.
“Benar,” jawabku.
Ayah berkata, “Lalu mengapa engkau masih merasa sedih dengan kematiannya?”
Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Mintalah nasihat yang baik dari Ahlus Sunnah, karena mereka itu dianggap orang-orang asing.”
Ibnu Abdul-Wahid berkata, “Ibnu Abu Bakar bin Iyash berkata kepada kami, “As-Sunnah itu ada dalam Islam, lebih mulia daripada Islam yang ada dalam berbagai agama.”
Asy-Syafi’i berkata, “Jika aku melihat seseorang dari ahli hadits, maka seakan-akan aku melihat seseorang dari sahabat Nabi.”
Al-Junaid bin Muhammad berkata, “Semua jalan tidak bisa dilewati manusia kecuali orang yang mengikuti jejak Rasulullah, Sunnah dan jalan beliau, maka semua jalan kebaikan terbuka di hadapannya.’
Dia juga berkata, “Semua jalan kepada Allah tidak bisa dilewati makhluk Allah, kecuali bagi orang-orang yang mengikuti jejak dan Sunnah Rasulullah, sebagaimana yang telah difirmankan Allah, beliau, maka semua jalan kebaikan terbuka di hadapannya.’
Dia juga berkata, “Semua jalan kepada Allah tidak bisa dilewati makhluk Allah, kecuali bagi orang-orang yang mengikuti jejak dan Sunnah Rasulullah, sebagaimana yang telah difırmankan Allah,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian.” (Al-Ahzab: 21)
Sumber: Talbis Iblis, Ibnul Jauzi, Pustaka Al Kautsar, h. 25-28.