Bagaimana Meluruskan Niat Puasa Karena Allah

Istighfar

Bulan Ramadhan adalah bulan pilihan Allah diantara dua belas bulan hijriah. Yang dimana, kita sebagai orang beriman diperintahkan untuk berpuasa yang telah disyari’atkan untuk kaum beriman  sejak tahun dua hijriah. Allah Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

 “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Al Baqarah: 183)

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang mulia, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Azza wajalla berfirman: “Semua amalan manusia untuknya kecuali puasa, ia untuk-Ku dan cukup Aku yang mengganjarnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam menjelaskan maksud, “Dan cukup Aku yang mengganjarnya”, Ibnu Hajar berkata, “Hanya Aku yang tahu ukuran pahalanya dan berapa besar kelipatannya. Adapun ibadah yang lain manusia sudah banyak mengetahuinya”. Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa kebaikan itu dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali lipat.

Namun, dalam setiap amal harus selalu memperhatikan niat ibadah tersebut, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya semua perbuatan tergantung niatnya”.

Sebagian ulama berkata:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ

“Berapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niatnya. Dan berapa banyak amalan besar menjadi kecil karena niatnya.”

Bahkan sebagian ulama mengatakan:

نِيَّةُ المُؤمنِ خَيرٌ مِن عَمَلِهِ

“Niat seorang mukmin itu lebih baik daripada amalnya.”

Karena ketika niat itu betul-betul kita luruskan karena Allah ‘Azza wa Jalla, maka itu sangat berpengaruh untuk amal shalih kita. Tapi ketika kita tidak mengikhlaskan niat, niat kita bengkok tidak mengharapkan wajah Allah, niat kita mengharapkan dunia, maka itu menjadi malapetaka untuk hidup kita.

Maka dalam ibadah puasa ini kita luruskan niat kita demi mengaharap pahala dari Allah subhanahu wata’ala semata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من صام رمضان إيمانا ً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه

 “Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Allah Ta’ala berfirman dalam surah Hud ayat 15-16:

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 ‎“Barangsiapa yang menginginkan dunia dan perhiasannya, Kami akan berikan apa yang ia inginkan dari amalnya tersebut tanpa dikurangi. Dan mereka nanti di akhirat tidak mendapatkan apapun kecuali api neraka, batal amalnya dan sia-sia usahanya.” (QS. Hud[11]: 15-16)

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ada tiga orang yang pertama kali dibakar dengan api neraka.” Tiga orang ini pertama kali dilemparkan ke dalam api neraka. Siapa dia?

Yang pertama orang yang alim dan Qari. Lalu kemudian Allah memanggil dia dan Allah bertanya: “Apa amalmu?” Dia berkata: “Ya Rabb, dahulu di dunia aku belajar ilmu, aku ajarkan ilmu kepada manusia, dan aku membaca Qur’an karena Engkau Ya Allah.” Allah berfirman: “Kamu dusta, kamu dahulu menuntut ilmu hanya ingin disebut ulama. Kamu dahulu membaca Al-Qur’an hanya ingin disebut Qari. Dan kamu sudah mendapatkan predikat itu.” Lalu ia pun diseret dan dilemparkan ke dalam neraka jahanam.

Yang kedua kata Rasulullah: “Orang yang mati syahid lalu dipanggil oleh Allah: “Apa amalmu?” Dia berkata: “Ya Rabb, aku berperang di jalanMu sampai aku terbunuh karena Engkau.” Allah berfirman: “Kamu dusta. Kamu dahulu berperang hanya ingin disebut pahlawan dan pemberani. Dan kamu sudah mendapatkan sebutan tersebut.” Lalu ia pun diseret dan dilemparkan ke dalam neraka jahanam.

Lalu di datangkan yang ketiga, yaitu orang yang selalu berinfak. Allah bertanya kepadanya: “Apa amalmu?” Dia berkata: “Ya Allah tidak ada satupun tempat yang Engkau sukai untuk aku berinfak padanya kecuali aku sudah berinfak. Semuanya karena Engkau Ya Allah.” Maka Allah berfirman: “Kamu dusta. Kamu dahulu berinfak hanya ingin disebut dermawan. Dan kamu sudah mendapatkan sebutan itu.” Lalu ia pun dilemparkan ke dalam neraka jahanam.

Sumber: Ringkasan dari khutbah jum’at ustadz Abu Yahya Badrussalam, dan buku Tarhib Ramadhan, Anung Al Hamat