Sungguh gangguan dan bahaya jin terhadap manusia adalah sesuatu yang telah ditetapkan dan sesuatu yang benar terjadi. Pelindung dari gangguan dan bahaya jin adalah Al-Qur’an dan dzikir-dzikir syar’i. Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin,
“Tidak diragukan lagi bahwa jin memiliki pengaruh terhadap manusia yang terkadang bisa menghantarkan terjadinya pembunuhan, mereka terkadang bisa menyakitinya dengan melemparkan batu, dan mereka dapat menakuti seseorang, dan hal-hal lain yang dibuktikan oleh Sunnah dan dibuktikan dengan realita. Telah ditetapkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengizinkan sebgaian sahabatnya untuk pergi ke keluarganya saat peperangan. Dia adalah seorang pemuda pengantin baru. Ketika dia sampai di rumahnya, istrinya ada di depan pintu, pemuda itu mencelanya, sehingga istrinya berkata kepadanya, ‘Masuklah!” Saat dia masuk, dia melihat seekor ular sedang melingkar di tempat tidurnya. Kemudian ia menusuk ular tersebut dengan tombak yang ia bawa sampai mati. Tatkala ular itu mati, pemuda itu juga mati. Bahkan tidak diketahui siapa yang mati terlebih dahulu. Tatkala cerita ini sampai kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau melarang untuk membunuh ular yang ada di dalam rumah. Ini adalah bukti bahwa jin dapat menyerang manusia, dan bahwa mereka dapat menyakiti manusia.” (Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin 1/287)
Terdapat di dalam As-Sunnah, dzikir yang dengannya seseorang berlindung dari gangguan setan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
- Mencari perlindungan kepada Allah dengan kalimat isti’adzah yaitu ‘a’udzu billahi minasy syaithanir rajim’. Allah ta’ala berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fussilat: 36)
Diriwayatkan dari Sulaiman bin Shurd, ia berkata, “Ada dua orang yang saling mencerca di samping Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, sementara kami duduk-duduk di samping beliau. Salah seorang darinya mencerca temannya sambil marah, hingga wajahnya memerah.”Maka Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Sesungguhnya saya mengetahui suatu kalimat yang apabila ia membacanya, niscaya kemarahannya akan hilang, sekiranya ia mengatakan a’udzu billahi minasy syaithanir rajim.” (Hadits riwayat Bukhari 3108 dan Muslim 2610)
- Membaca surah An-Nass dan Al-Falaq.
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri radhiyallah Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam meminta perlindungan dari gangguan jin dan dari ‘ain sampai turun Al-Mu’awwidhatan (An-Nass dan Al-Falaq). Tatkala dua surat itu turun, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menggunakan dua ayat tersebut untuk meminta perlindungan dan meninggalkan yang lain. (Hadits riwayat At-Tirmidzi no. 2058, Hasan Gharib)
- Membaca Ayat Kursi.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ia berkata,
وكلني رسول الله صلى الله عليه وسلم بحفظ زكاة رمضان فأتاني آت ، فجعل يحثو من الطعام ، فأخذته فقلت لأرفعنك إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقال : أعلمك كلمات ينفعك الله بهن قلت : ما هي ؟ قال : إذا أويت إلى فراشك فاقرأ هذه الآية : الله لا إله إلا هو الحي القيوم . . . حتى ختم الآية فإنه لن يزال عليك حافظ من الله تعالى ولا يقربك شيطان حتى تصبح ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : ما فعل أسيرك الليلة ؟ قلت : يا رسول الله علَّمَني شيئاً زعم أن الله تعالى ينفعني به ، قال : وما هو؟ قال : أمرني أن أقرأ آية الكرسي إذا أويت إلى فراشي ، زعم أنه لا يقربني حتى أصبح ، ولا يزال عليَّ من الله تعالى حافظ ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : أما إنه قد صدقك وهو كذوب ، ذاك الشيطان
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewakilkan kepadaku (menugaskanku) untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat Fithri), lalu ada yang mendatangiku (untuk mencuri). Kemudian mulailah ia mengambil makanan dengan kedua telapak tangannya, maka aku tangkap dia dan aku berkata: “Demi Allah, sungguh akan aku laporkan engkau kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Ia berkata, “Sesungguhnya aku memiliki kelurga yang harus dinafkahi dan aku juga memiliki hajat (kebutuhan) yang mendesak.” Abu Hurairah berkata: “Maka aku melepaskannya.” Ketika waktu pagi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?” Abu Hurairah berkata, aku menjawab: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia mengadukan tentang kebutuhannya yang mendesak, dan keluarganya yang harus dinafkahi, lalu aku kasihan kepadanya dan aku lepaskan dia.” Beliau berkata: “Sesungguhnya ia telah membohongimu dan ia akan kembali.” Maka akupun mengetahui kalau ia (pencuri itu) akan datang kembali berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia akan kembali. Maka aku mengawasinya (mengintainya). Lalu datanglah pencuri itu mengambil makanan. Lalu aku menangkapnya dan berkata kepadanya: “Sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Ia berkata, “Lepaskan aku! Sesungguhnya aku ini butuh (makanan), dan aku memiliki kelurga yang harus dinafkahi. Aku tidak akan kembali lagi.” Maka akupun kasihan kepadanya dan melepaskannya. Maka di waktu pagi hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?” Abu Hurairah berkata, aku menjawab: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia mengadukan tentang kebutuhannya yang mendesak, dan keluarganya yang harus dinafkahi, lalu aku kasihan kepadanya dan aku lepaskan dia.” Beliau berkata: “Sesungguhnya ia telah membohongimu dan ia akan kembali.” Maka akupun mengintainya untuk ketiga kalinya, lalu ia datang kembali mengambil makanan, lalu akupun menangkapnya dan aku berkata: “Sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ini adalah yang ketiga kalinya engkau berkata untuk tidak akan kembali (mengulangi mencuri), namun engkaupun kembali.” Ia pun berkata: “Biarkanlah aku mengajarimu dengan suatu kalimat, yang dengannya Allah memberikan manfaat kepadamu?” Aku pun berkata: “Apa itu?” Ia berkata: “Jika engkau hendak tidur, bacalah ayat Kursi, (Allah, tiada Ilah selain Dia Yang Mahahidup dan Maha Berdiri sendiri) sampai akhir ayat, maka senantiasa engkau berada dalam lindungan Allah, setan tidak akan mendekatimu (untuk menganggu) sampai waktu pagi.” Maka aku pun melepaskan dia. Memasuki waktu pagi hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku, “Apa yang dilakukan tawananmu?” Aku menjawab, “Ia mengira bahwa ia telah mengajariku dengan suatu kalimat, yang dengannya Allah memberikan manfaat kepadaku maka aku pun melepaskannya.” –Dan mereka (para Shahabat) adalah orang yang paling antusias terhadap kebaikan dan aku sampaikan kisah itu kepadanya- Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya ia telah jujur kepadamu, padahal dia adalah sangat pendusta, tahukah engkau, siapa yang engkau ajak bicara semenjak tiga malam yang lalu wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidak tahu.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Itu adalah setan.” (Hadits riwayat Bukhari 3101)
- Membaca surah Al-Baqarah
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻟَﺎ ﺗَﺠْﻌَﻠُﻮْﺍ ﺑُﻴُﻮْﺗَﻜُﻢْ ﻣَﻘَﺎﺑِﺮَ ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﻨْﻔِﺮُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺗُﻘْﺮَﺃُ ﻓِﻴْﻪِ ﺳُﻮْﺭَﺓُ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮَﺓِ
“Janganlah kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan, karena sesungguhnya syaithan akan lari dari rumah yang dibaca surat al-Baqarah di dalamnya.” (Hadits riwayat Muslim 780)
- Membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqarah
Dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاه
“Barang siapa yang membaca dua ayat ini dari akhir surat Al-Baqarah di suatu malam, maka kedua ayat ini dapat mencukupinya.” (Hadits riwayat Bukhari 4723 dan Muslim 807)
- Terus berdzikir kepada Allah ta’ala
Al Harits Al Asy’ari telah menceritakan kepadanya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهَا وَيَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهَا… وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنْ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan lima kalimat kepada Yahya bin Zakariya agar diamalkan dan memerintahkan Bani Israil supaya mengamalkannya…Aku memerintahkan kalian untuk mengingat Allah, sesungguhnya perumpamaannya seperti seseorang yang dikejar musuh dengan cepat, hingga ketika tiba di benteng yang kokoh, ia menjaga dirinya dari mereka, demikian halnya hamba, ia tidak menjaga diri dari setan kecuali dengan mengingat Allah.” (Hadits Hasan Shahih riwayat Imam Tirmidzi 2863