Cara Memperkuat Keimanan Seperti Para Salaf

Keadaan para salaf yang telah berkomitmen untuk sampai pada derajat tertinggi dari keimanan adalah perkara yang sangat panjang dan luas. Akan tetapi perkara yang luas ini hanya bermuara pada dua pokok  yang para salaf berpijak dengan keduanya. Barangsiapa yang berpijak dengan dua pokok ini, maka diharapkan keadaannya bisa menyerupai keadaan para salaf, dan termasuk dari kelompoknya. Semoga Allah mempermudah kita untuk menempuh jalan para salaf ini.

Pertama, rakus dan tamak untuk mengikuti apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam dan mampu bersabar atasnya. Karena kedudukan tertinggi di sisi Allah, telah Allah siapkan bagi seseorang yang telah memenuhi syarat. Syaratnya adalah dengan mengikuti apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)

Imam Ibnu Taimiyah berkata, “Allah telah memerintahkan kita untuk mengikuti Rasulullah dan taat kepadanya, loyal dan cinta kepadanya. Dan Allah juga memerintahkan kita untuk menjadikan Rasulullah sebagai orang yang paling kita cintai melebihi siapapun. Dan Allah menjamin dengan taat kepada Rasulullah dan tulus mencintainya, maka akan mendapatkan cinta dari Allah dan karamah-Nya. Allah berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)

Allah juga berfirman,

وَاِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوْاۗ

“Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.” (An-Nur: 54)

Allah berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung.” (An-Nisa’: 13)

“Dan masih banyak lagi di dalam Al-Qur’an ayat yang semisal. Dan tidak layak bagi seseorang untuk keluar dari perkara ini, yang dengan perkara ini, sunnah ditegakkan, begitu juga dengan syari’at, Kitab dan Sunnah, juga para salaf yang tegak berdiri di atasnya.”  (Al-Majmu’ Al Fatawa: 1/334)

Dan ittiba’ (mengikuti Rasul) tidak akan terjadi kecuali dengan mempelajari dan memahami yang yang telah dibawa oleh Rasulullah. Karena sungguh jalan pertama untuk bisa mengikuti Nabi adalah dengan mempelajari apa yang diajarkan olehnya. Nabi Muhammad shalallhu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barang siapa yang diinginkan oleh Allah untuk mendapat kebaikan, pasti Allah akan memahamkannya dalam urusan agama.” (Hadits riwayat Bukhari no.71 dan Muslim no. 1037)

Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik dari kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (Hadits riwayat Bukhari 5027)

Manhaj generasi salaf adalah bersabar dalam mempelajari apa yang dibawa oleh Nabi Shalallahu alihi wa sallam kemudian mereka bersabar untuk mengamalkan apa yang telah mereka ketahui. Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas, beliau berkata,

كَانَ الرَّجُلُ مِنَّا إِذَا تَعَلَّمَ عَشْرَ آيَاتٍ، لَمْ يُجَاوِزْهُنَّ حَتَّى يُعْرَفَ مَعَانِيَهُنَّ وَالْعَمَلَ بِهِنَّ

“Bahwa seseorang dari kami jika ia telah mempelajari 10 ayat, ia tidak beranjak darinya sampai diketahui maknanya dan mampu mengamalkannya”. (HR. Thabrani di dalam tafsirnya: 1/74)

Begitu pula yang diriwayatkan dari Abu Abdirrahman As-Sulami, ia berkata

حَدَّثَنَا مَنْ كَانَ يُقْرِئُنَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْتَرِئُونَ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ آيَاتٍ، فَلَا يَأْخُذُونَ فِي الْعَشْرِ الْأُخْرَى حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِي هَذِهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ، قَالُوا: فَعَلِمْنَا الْعِلْمَ وَالْعَمَلَ

“Telah mengabarkan kepada kami para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah meriwayatkan Al Qur’an bahwa tatkala mereka mempelajari Al Qur’an dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh ayat, kemudian mereka tidak mengambil sepuluh ayat lainnya sampai mereka mengetahui dari sepuluh ayat tersebut berupa ilmu dan cara mengamalkannya. Mereka berkata: “Maka kami mengetahui ilmu dan amalnya”. (HR. Imam Ahmad di dalam Al Musnad: 38/46

Kedua, mengikuti Nabi Shalallahu alaihi wa sallam dengan penuh kejujuran, tidak terganggu dengan niat yang rusak. Dan mengikutinya dengan penuh keyakinan, tanpa sedikitpun keraguan.

Para generasi salaf ketika mereka mempelajari dari Nabi Muhammad, mereka mempelajarinya dengan penuh kejujuran dan penuh keyakinan. Ketika mereka beramal, mereka pun beramal dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. Mereka sangat bersungguh-sungguh untuk melawan riya’ dan melawan keinginan hati untuk mendapatkan dunia dari ilmu dan amal mereka. Mereka mengikuti perintah Allah,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (At-Taubah: 119)

Berkata Imam As-Sa’di,

( وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ ) في أقوالهم وأفعالهم وأحوالهم، الذين أقوالهم صدق، وأعمالهم، وأحوالهم لا تكون إلا صدقا، خلية من الكسل والفتور، سالمة من المقاصد السيئة، مشتملة على الإخلاص والنية الصالحة، فإن الصدق يهدي إلى البر، وإن البر يهدي إلى الجنة

“(dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.) dalam perkataan, perbuatan dan keadaan mereka, orang-orang yang ucapannya jujur, amal dan keadaan mereka jujur, jauh dari kemalasan dan kelemahan, selamat dari tujuan-tujuan buruk, mencakup keikhlasan dan niat yang baik, karena kejujuran itu akan mengarah kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan mengarah kepada surga.” (Tafsir As-Sa’di hal. 355)

Abdullah Ibnu Mas’ud berkata kepada para sahabatnya

أنتم أكثر صومًا وصلاةً من أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم، وهم كانوا خيرًا منكم. قالوا: وبما ذاك؟ قَالَ: كانوا أزهد منكم في الدُّنْيَا ، وأرغب في الآخرة.

“Kalian lebih banyak puasa dan shalat dari pada para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka itu lebih baik dari kalian.” Dan mereka berkata: “Dengan apa?” Ia menjawab: “Mereka lebih zuhud dari kalian dalam hal dunia, dan lebih mencintai akhirat”. (Majmu’ Rasail Ibnu Rajab: 4/412-413)

Bahwa jalan untuk mendapatkan derajat iman yang tinggi sebagaimana keadaan salafus shalih radhiyallahu ‘anhum adalah dengan bersabar dalam memahami apa yang telah dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabar untuk mengamalkan apa yang telah diperintahkan oleh beliau, dan sabar dalam meninggalkan apa yang telah dilarang oleh beliau, dan semua itu dilakukan dengan jujur dan ikhlas, zuhud terhadap dunia, dan mengharap akhirat.

Wallahu A’lam bish shawab

Diterjemahkan dan diringkas dari

https://islamqa.info/ar/answers/287792/كيف-وصل-السلف-الى-ما-كانوا-عليه-من-قوة-الايمان