Amal Perbuatan Adalah Makhluk

Matan

وَأَفْعَالُ العِبَادِ خَلْقُ اللهِ، وَكَسْبٌ مِنَ العِبَادِ.

Perbuatan-perbuatan para hamba adalah makhluk Allah, sementara usaha dari para hamba.

Keterangan

Manusia berselesih pendapat tentang amal perbuatan hamba yang dilakukan dengan ikhtiyar. Kaum Al-Jabariyah berkeyakinan bahwa yang menciptakan segala perbuatan hamba adalah Allah. Semua perbuatan tersebut bersifat paksaan, seperti halnya gerakan orang yang menggigil, denyutan urat-urat dalam tubuh dan lambaian dahan-dahan pepohonan. Bila perbuatan tersebut dinisbatkan kepada makhluk, maka itu hanyalah kiasan belaka. Semua itu diibaratkan sebagai sesuatu yang dinisbatkan kepada tempat di mana ia berada, namun tidak dapat dinisbatkan kepada yang mewujudkan sesuatu tersebut.

Kaum Mu’tazilah menyanggah pendapat tersebut. Mereka menyatakan bahwa sesungguhnya seluruh amal perbuatan yang dilakukan dengan ikhtiar oleh seluruh makhluk yang diciptakan oleh Allah sama sekali tidak berkaitan dengan penciptaan itu sendiri. Namun, pada akhirnya mereka berselisih pendapat, apakah Allah menakdirkan adanya amal perbuatan ataukah tidak.

Pendapat Ahlus Sunnah

Mereka menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan hamba, yang dengan itu para hamba menjadi taat atau sesat, adalah diciptakan oleh Allah. Dan Allah sendiri yang menciptakan perbuatan tersebut tanpa campur tangan siapapun. Kaum Jabariyah berlebihan dalam menetapkan takdir. Sehingga secara mendasar mereka menolak bahwa seorang hamba mempunyai peran dalam perbuatannya. Sedangkan Qadariyah berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan seorang hamba. Manusia menjadi pencipta bagi perbuatan mereka sendiri. Oleh sebab itu menjadi menjadi Majusi bagi ummat ini, karena Majusi menetapkan adanya beberapa pencipta.

Allah berkuasa atas segala sesuatu, dan bahwa perbuatan-perbuatan hamba adalah makhluk-Nya yang Dia ciptakan. Namun hal ini tidak menunjukkan bahwa seorang hamba pada hakikatnya bukalah pelaku, yang berkehendak dan memilih.

Dalil-dalil Jabariyah dan Qadariyah

Di antara dalil yang dijadikan hujjah oleh Jabariyah adalah firman Allah,

وَمَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ رَمٰىۚ

“Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar.” (Al-Anfal: 17)

Allah menafikan bahwa Nabi-Nyalah yang memanah, tapi Allah menetapkan bahwa perbuatan itu adalah perbuatan diri-Nya. Itu menunjukkan bahwa sang hamba tak punya perbuatan sama sekali.

Mereka juga mengatakan bahwa pahala tidak tergantung dengan amal perbuatan. Mereka bersandar dengan Nabi Muhammad

لَا يدْخلُ أَحَدًا مِنْكُمْ بعَمَله الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ

“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR. Muslim no. 2817)

Sementara dalil yang dijadikan hujjah oleh Qadariyah adalah firman Allah,

فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَۗ

“Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.” (Al-Mu’minun: 14)

Dan mereka mengatakan bahwa pahala sesuai dengan amal yang dilakukan oleh seorang hamba.

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (As-Sajdah: 17)

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِيْٓ اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan.” (Az-Zukhruf: 72)

Sumber: Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Abdul Hammad Al-Ghunaimi, Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, Dasar-dasar Aqidah menurut ulama salaf. Penerbit Pustaka Tibyan, Solo