Dia Memberi Petunjuk dan Menyesatkan

Matan

يهدي من يشاء، ويعصم ويعافي فضلاً، ويضل من يشاء ويخذل ويبتلي عدلاً

“Dia memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki, memelihara dan mengayominya karena keutamaan-Nya. Dia juga menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, menghinakan seseorang dan menghukumnya berdasarkan keadilan-Nya.”

Keterangan

Ini bantahan terhadap kaum Mu’tazilah dalam pendapat mereka bahwa Allah harus melakukan yang terbaik bagi hamba-Nya, yaitu pada soal petunjuk dan kesesatan. Mereka menyatakan bahwa petunjuk itu dari Allah, yang artinya menjelaskan jalan kebenaran. Sedangkan penyesatan, artinya penyebutan bahwa seorang hamba itu sesat. Atau keputusan Allah bahwa seorang hamba itu sesat, karena si hamba menciptakan kesesatan tersebut dalam dirinya. Ini berdasarkan pola piker mereka yang rusak, bahwa perbuatan-perbuatan hamba itu diciptakan menjadi miliki mereka.

Dalil bantahan terhadap pemikiran mereka sebagaimana firman Allah ta’ala

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al-Qashash: 56)

Kalau memberi petunjuk itu sekedar menjelaskan jalan kebenaran, tentu penafian petunjuk bagi Nabi-Nya itu tidaklah benar. Karena Nabi Muhammad sendiri telah menjelaskan jalan kebenaran kepada orang yang beliau cintai bahkan kepada yang beliau benci. Allah berfirman,

وَلَوْ شِئْنَا لَاٰتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدٰىهَا وَلٰكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّيْ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ

“Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi)nya, tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, “Pasti akan Aku penuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama.” (As-Sajdah: 13)

Kalau seandainya petunjuk adalah penjelasan yang umum dari Allah, tentu tidak benar kalau diimbuhi dengan kata “kehendak-Nya.” Demikian juga firman Allah

وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا صُمٌّ وَّبُكْمٌ فِى الظُّلُمٰتِۗ مَنْ يَّشَاِ اللّٰهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَّشَأْ يَجْعَلْهُ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa dikehendaki Allah (untuk diberi petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.” (Al-An’am: 39)

Matan

وكلهم يتقلبون في مشيئته بين فضله وعدله

“Seluruh makhluk berada di antara keutamaan dan keadilan-Nya.”

Keterangan

Sesungguhnya mereka seperti yang difirmankan Allah ta’ala

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَّمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

“Dialah yang menciptakan kamu, lalu di antara kamu ada yang kafir dan di antara kamu (juga) ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (At-Taghabun: 2)

Barangsiapa yang Allah beri petunjuk untuk beriman, adalah karena keutamaan-Nya. Segala puji tetap bagi-Nya. Dan barangsiapa yang Allah sesatkan, itu adalah keadilan-Nya. Segala puji tetap bagi-Nya.

Wallahu A’lam Bish-Shawab

Sumber: Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Abdul Hammad Al-Ghunaimi, Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, Dasar-dasar Aqidah menurut ulama salaf. Penerbit Pustaka Tibyan, Solo