Allah Telah Mengetahui Jumlah Orang Yang Masuk Neraka dan Surga

Matan

.ولم يخف عليه شيء قبل أن يخلقهم وعلم ما هم عاملون قبل أن يخلقهم

.وقد علم الله تعالى فيما لم يزل عدد من يدخل الجنة وعدد من يدخل النار جملة واحدة فلا يزداد في ذلك العدد ولا ينقص منه. وَكَذَلِكَ أَفْعَالُهُمْ فِيمَا عَلِمَ مِنْهُمْ أَنْ يَفْعَلُوهُ

.وَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ. وَالْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ، وَالسَّعِيدُ مَنْ سَعِدَ بِقَضَاءِ اللَّهِ، وَالشَّقِيُّ مَنْ شَقِيَ بِقَضَاءِ اللَّهِ

“Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya sebelum Dia menciptakan mereka. Bahkan Dia mengetahui apa yang mereka kerjakan sebelum menciptakan mereka.

“Semenjak zaman azali Allah telah mengetahui jumlah orang yang akan masuk ke dalam surga dan jumlah orang yang masuk ke dalam neraka secara keseluruhan. Jumlah itu tidak akan bertambah dan tidak akan berkurang. Begitupula perbuatan mereka, Allah telah mengetahuinya dan perbuatan mereka tidak akan berubah.

“Setiap orang akan dimudahkan dalam menjalani apa yang telah ditakdirkan. Sedangkan amalan akan dinilai sesuai dengan akhir dari amalan tersebut. Orang yang Bahagia adalah yang berbahagia dengan ketentuan takdirnya. Dan orang yang sengsara adalah yang merasa sengsara dengan takdirnya.”

Keterangan

Sungguh Allah mengetahui apa yang telah, sedang, dan yang akan terjadi. Kalau sesuatu itu ada, Dia-pun mengetahui bagaimana ia terjadi. Sebagaimana yang difirmankan-Nya,

وَلَوْ رُدُّوْا لَعَادُوْا لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَاِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ

“Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentu mereka akan mengulang kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya. Mereka itu sungguh pendusta.” (Al-An’am: 28)

Walaupun Allah tahu bahwa mereka tidak akan kembali hidup di dunia, namun Allah memberitakan bahwa kalaupun mereka dikembalikan hidup, mereka pasti akan kembali berbuat yang terlarang. Sebagaimana firman-Nya,

وَلَوْ عَلِمَ اللّٰهُ فِيْهِمْ خَيْرًا لَّاَسْمَعَهُمْۗ وَلَوْ اَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَّهُمْ مُّعْرِضُوْنَ

“Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, tentu Dia jadikan mereka dapat mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka berpaling, sedang mereka memalingkan diri.” (Al-Anfal: 23)

Dalam ayat tersebut terdapat bantahan terhadap Qadariyyah yang mengatakan bahwa Alla tidak mengetahui sesuatu sebelum Dia menciptakannya.

Allah berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Anfal: 75)

وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا

“Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 40)

Allah telah mensifati diri-Nya bahwa Dia telah mengetahui segala sesuatu dari waktu yang tidak berawal hingga waktu yang tidak berkesudahan. Dia mengetahui dengan ilmu yang tidak didahului dengan ketidaktahuan. Allah berfirman,

 وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا

“dan Tuhanmu tidak lupa.”(Maryam: 64)

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, ia berkata bahwa kami pernah mengurus jenazah di Baqi’ Al-Gharqad. Tiba-tiba Rasulullah mendatangi kami lalu beliau duduk. Kamipun duduk disekelilingnya. Belia membawa tongkat. Sambil menundukkan kepalanya, beliau mengetuk-ngetuk tanah dengan tongkatnya kemudian bersaba, “Setiap jiwa yang bernafas, pasti Allah suratkan kedudukannya di surga atau nereka. Dan juga pasti telah Allah suratkan apakah dia akan celaka atau Bahagia.” Ali berkata bahwa setelah itu lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah lebih baik kita bersandar pada suratan saja dan tidak perlu beramal?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang tergolong orang yang akan Bahagia, ia akan terdorong mengamalkan amalan orang yang Bahagia. Barangsiapa yang tergolong orang yang celaka, ia akan terdorong untuk melakukan amalan orang yang celaka.” Beliau melanjutkan, “Beramallah kalian semua. Masing-masing akan dimudahkan untuk mengamalkan apa yang sudah jadi suratannya. Kemudian beliau membaca firman-Nya,

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَٱتَّقَىٰ. وَصَدَّقَ بِٱلْحُسْنَىٰ. فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلْيُسْرَىٰ. وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ وَٱسْتَغْنَىٰ. وَكَذَّبَ بِٱلْحُسْنَىٰ. فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلْعُسْرَىٰ.

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (Al-Lail: 5-10)

Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (1362) dan Muslim (2647) dalam Shahih keduanya.

Wallahu A’lam Bish-Shawab

Sumber: Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Abdul Hammad Al-Ghunaimi, Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, Dasar-dasar Aqidah menurut ulama salaf. Penerbit Pustaka Tibyan, Solo