Menjalankan puasa tidak semata-mata hanya menahan lapar dan haus saja, akan tetapi puasa adalah menahan anggota badan untuk tidak melakukan apa-apa yang di larang oleh Allah Azza wa jalla. Menahan diri dari perbuatan maksiat yang bisa menggugurkan puasa ataupun pahala puasa. Demikianlah hakikat puasa yang sesungguhnya.
Betapa banyak orang berpuasa tapi puasanya sia-sia, puasanya tidak berdampak kepada imannya, amal shalihnya, ketaqwaannya, dan lain sebagainya. Mereka puasa tapi hanya sebatas menggugurkan kewajiban mereka, dan tidak ada apapun yang mereka dapatkan kecuali hanya lapar dan haus saja. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengingatkan kita dalam sabdanya,
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ حَظٌّ مِنْ صَوْمِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus.” (HR. An-Nasaa’i)
Ada yang perlu untuk lebih di perhatikan ketika sedang berpuasa, yaitu lisan. Lisan memiliki banyak bahaya jika tidak di jaga dengan benar-benar dan hati-hati.
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata :
“Lisan -pada hakikatnya- memiliki banyak bahaya terhadap seseorang yang BERPUASA dan yang TIDAK BERPUASA.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَهَلْ يكبُّ الناسَ في النارِ على وُجُهِهِمْ -أو قال : على مَنَاخِرهِم- إلاّ حصائدُ ألسنَتِهِم
“Tidaklah manusia dijerumuskan ke dalam api neraka pada wajahnya (atau hidungnya) melainkan karena lisannya.” (HR. Tirmidzi)
Sungguh ancaman yang sangat mengerikan, hanya karna lisannya tetapi bisa menjerumuskan ke dalam api neraka. Maka dari itu dengan puasa kita berlatih untuk menahan lisan kita dari berkata yang menimbulkan dosa. Tidak hanya ketika puasa, tetapi di luar puasapun kita harus senantiasa menjaga lisan kita.
Berbicara itu mudah, maka dari itu seseorang berbicara dan merasa nyaman berbicara, namun akibatnya tidak baik, hukumannya menyakitkan, wal’iyaadzu billah.
Sumber: Majaalis Syahr Ramadhan al-Mubarak oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan