Bolehkah Menanyakan Mimpi ??

Tak dapat di pungkiri bahwa kita di anjurkan untuk menanyakan mimpi serta penafsirannya agar dapat di petik manfaat dan hikmahnya. Adapun melupakan dan mengacuhkan hal itu sama sekali, tindakan tersebut bukan lah sikap yang di contohkan oleh Salafus Shalih.

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada para sahabatnya tentang mimpi mereka. kalau ada diantara sahabat yang bermimpi, maka ia pun menceritakannya kepada beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu Rasulullah menafsirkan mimpi tersebut.

begitu juga dengan Rasulullah jika beliau bermimpi, beliau akan menceritakan dan menafsirkannya untuk para sahabat beliau. Beginilah ajaran dan petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam serta para sahabatnya. Sehingga dari sini dapat ketahui, bahwa kita dianjurkan menanykan serta menceritakan perihal mimpi agar kita bisa mengambil hikmah dan manfaatnya.

Diriwayatkan dari Samurah bin Jundub, bahwa ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering sekali mengungkapkan pertanyaan ini kepada para sahabatnya, “Adakah diantara kalian yang bermimpi? lalu beliau menceritakan mimpi beliau kepada para sahabatnya.”

Hadits diatas sangat panjang, dan dapat diihat dalam Shahih Al-Bukhari.

Namun, apa yang telah kami sebutkan tadi tidaklah bersifat mutlak. Maksudnya tidak setiap mimpi harus dimintakan penafsirannya. Pada uraian sebelumnya kita telah menjelaskan mengenai mimpi kosong yang semestinya tak perlu diceritakan kepada orang lain untuk ditafsirkan dan tak perlu dipedulikan. inilah pula yang banyak dirasakan, khususnya dari kaum wanita.

Kesimpulannya, siapa saja yang melihat mimpi baik, ia diperintahkan untuk menanyakan perihal mimpi itu agar bisa mengambil hikmah dan manfaat di balik mimpi tersebut.

Namun, ia tidak diperbolehkan untuk menanyakannya, kecuali kepada orang yang betul-betul memenuhi syarat- syarat yang lengkap bagi seorang penafsir mimpi.

 

 

Sumber: Dhawabith Ta’bir Ar-Ru’ya edisi indonesia “Anda Bermimpi Ulama Menjawab”. karya Ibnu Qutaibah.