Hikmah Diciptakannya Indera Pada Manusia

Kembali perhatikan diri kita dan hikmah Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Tahu ketika menciptakan kita. Lihatlah indera yang kita gunakan untuk melihat benda-benda. Bagaimana Allah SWT meletakkannya di kepala seperti lampu di menara agar dapat menyinari segala penjuru. Indera ini tidak diletakkan di organ-organ kerja, seperti tangan dan kaki, sehingga rusak akibat melakukan aktivitas dan gerak.

Allah Ta’alaa berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (At-Tin: 4)

Imam Ibnu Katsir berkata dalam tafsir mengenai ayat di ayat yakni: “Dan inilah subjek sumpahnya, yaitu bahwa Allah Swt. telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan rupa yang paling sempurna, tegak jalannya dan sempurna, lagi baik semua anggota tubuhnya.”

Allah juga berfirman

فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat mana lagi yang akan kamu dustakan.” (Ar-Rahman: 13)

Dia juga tidak menaruhnya di organ-organ yang terletak di tengah badan, seperti perut dan punggung, sehingga sulit melihat benda-benda. Karena tidak ada tempat yang pas di organ-organ tersebut, maka kepala adalah tempat yang paling layak dan paling indah, sebab kepala adalah tempat terkumpulnya semua indera.

Kemudian perhatikan hikmahnya Dia memberi kita lima indera, yakni sejumlah lima macam benda yang ada di dunia. Sehingga, tidak ada sesuatu pun benda yang tidak dapat kita sentuh dengan indera.

Dia memberi indera penglihatan untuk melihat benda-benda yang dapat dilihat, pendengaran untuk suara-suara, penciuman untuk menangkap berbagai macam aroma, pengecap untuk mencicipi rasa, dan perasa untuk menyentuh. Masih adakah benda yang tidak kita miliki inderanya?

Sekiranya ada, pasti Dia memberimu indera keenam agar kau dapat menjangkaunya. Karena selain benda-benda di atas dapat dirasa dengan batin, maka Dia memberimu indera batin.

Jadi, inilah lima indera yang sering disinggung oleh orang-orang. Mereka menyebut orang yang sedang berpikir dan merenung dengan, “Dia memasang kelima inderanya ke enam penjuru.” Maksud ungkapan ini bahwa orang itu dibawa oleh hatinya berkelana ke penjuru-penjuru yang jauh. Dia membolak-balikkan kelima inderanya itu di enam penjuru karena perenungannya amat dalam.

 

Sumber: Miftah Dar As-Sa’adah oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah