Di antara keutamaan ta’lim (mengajarkan ilmu) adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam shahihnya dari Sahal bin Sa’ad bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
لأنْ يَّهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ.
“Sungguh Allah memberi petunjuk kepada seorang laki-laki melalui dirimu adalah lebih baik bagimu daripada kamu mempunyai unta merah (harta paling berharga). (HR.Bukhari dan Muslim)
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu berkata:
إِنَّ الَّذِيْ يُعَلِّمُ النّاَسَ الْخَيْرَ تَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ دَابَّةٍ حَتَّى الْحُوْتُ فيِ الْبَحْرِ
“Sesungguhnya orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, semua hewan termasuk ikan di lautan memohonkan ampunan kepada Allah untuknya. (Diriwayatkan oleh Ad-Darimi secara marfu’)
Bila ada yang berkata, bagaimana ikan memohonkan ampunan untuk orang yang mengajar kebaikan, maka jawabannya, bahwa manfaat ilmu mencakup segala sesuatu, termasuk ikan, karena dengan ilmu para ulama mengetahui apa yang halal dan apa yang haram, mereka mensehati orang-orang agar berbuat baik kepada segala sesuatu, termasuk kepada hewan yang di sembelih dan kepada ikan, maka Allah mengilhamkan istighfar kepada semua itu sebagai balasan bagi kebaikan mereka (yang mengajarkan kebaikan tersebut).
Dari Abu Musa Radhiyallahu “Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, yag artinya:
“Sesungguhnya perumpamaan hidayah dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah seperti hujan yang turun ke bumi, di antara bumi terdapat tanah yang baik, yang menyerap air lalu ia menumbuhkan pada gembala dan rerumputan yang tebal, di antara bumi terdapat tanah yang keras yang menampung air, maka dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia sehingga mereka bisa bercocok tanam. Hujan itu juga turun di atas tanah yang lain yang merupakan tanah tandus yang tidak menampung air dan tidak menumbuhkan pada gembala. Itlah perumpamaan orang yang memahami agama Allah, Allah memberinya manfaat dari apa yang Dia mengutusku denganny, lalu orang tersebut mengetahui dan mengajarkan dan perumpamaan orang yang tidak sudi mengangkat kepala dengannya dan tidak menerima hidayah yang dengannya aku di utus. (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikanlah hadis diatas, semoga Allah merahmati kita, betapa mengenanya hadits di atas terhadap manusia, karena orang-orang yang paham akan agama adalah orang-orang yang memiliki pemahaman, seperti bagian bumi yang menerima air hujan lalu menumbukan pada rumput, karena mereka mengetahui dan memahami, mereka mengembangkan dan mengajarkan. Sedangkan para rawi hanya meriwayatkan hadits dan tidak diberi fikih dan pemahaman, di umpamakan dengan tanah yang keras yang menampung air, maka apa yang ada pada mereka di ambil manfaatnya. Adapun orang-orang yang mendengar tetapi tidak belajar dan tidak menghafal, maka mereka adalah orang-orang awam yang bodoh.
Al-hasan berkata, “Kalau tidak ada ulama, niscaya manusia seperti hewan.”
Mu’adz bin Jabal berkata,
“Pelajarilah ilmu karena mempelajarinya karena Allah merupakan sikap takutnya kepada-Nya, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad, mengajarkannya kepada yang belum tahu adalah sedekah, usaha memberikannya kepada yang berhak adalah ibadah yang mendekatkan (kepada Allah), ilmu adalah teman di saat kesendirian dan rekan di saat kesepian.
Sumber: Mukhtashar Minhajul Qashidin oleh Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, penerbit: Pustaka Darul Haq, Jakarta.