Pudarnya Ilmu Syariat

Pada dekade pertama milenium ketiga ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang begitu pesatnya. Teknologi komunikasi dan informatika menjadi lambang kemajuan peradaban manusia. Kehadirannya telah merambah jauh ke pelosok gunung, hutan belantara dan pedesaan. Berbagai disiplin ilmu sosisal dan alam terus bermunculan. Jumlah sarjana, ilmuwan dan peneliti juga meningkat pesat. Ironisnya, keadaan ini berlawanan seratus delapan puluh derajat dengan ilmu-ilmu syariat.

Meski jumlah perguruan tinggi islam dan pondok pesantren senantiasa bertambah, namun jumlah pakar dan ulama rabbaniyun sangatlah sedikit. Sosok ulama yang mendalam pengetahuannya dalam sebagian besar disiplin ilmu syariat, mengamalkan dan mengajarkan ilmunya dengan ikhlas, amat langka dan sulit ditemukan. Hampir setiap tahun ada ulama besar bertaraf internasional yang wafat, sementara generasi pelanjut tak kunjung muncul.

Kelangkaan ulama rabbaniyun di tandai dengan makin jauhnya masyarakat dari pemahaman ajaran islam yang benar. Kehidupan sebagian amat bertentangan dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pada waktu yang sama, bermunculan para ulama yang menjual ayat-ayat Allah demi mendapatkan kenikmatan duniawi yang tak seberapa nilainya.

Panutan masyarakat dalam masalah agama bukan lagi para ulama rabbaniyun, melainkan para selebritis dan ulama penghamba dunia. Pada saat yang sama, gerakan-gerakan sesat dan menyesatkan semakin tumbuh subur.

Fenomena ini telah di kabarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sejak jauh hari sebelumnya, yang artinya:

“Di antara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu syariat, merajalela kebodohan terhadap ajaran islam dan perzinaan, banyaknya kaum wanita dan sedikitnya kaum pria, sehingga kehidupan lima puluh wanita hanya di tanggung oleh seorang pria. (HR. Bukhari)

Semoga kita selalu dalam lindungan Allah Azza wa Jalla agar terhindar dari fitnah-fitnah di akhir zaman dan semoga kita di wafatkan dalam keadaan husnul khotimah. Amiien

 

Sumber: Zikir Akhir  Zaman karya Abu Fatiah Al-Adnani