Seorang hamba Allah, adalah pribadi yang sadar akan waktunya, akan potensinya, dan mencurahkan semua itu untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Dia akan selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat sehat dengan terus mencari ridha Allah. Apalagi jika Allah memberikan kepadanya karunia berupa kekayaan, maka akan digunakan kekayaan itu untuk membela agama Allah, sebagai upaya untuk memperkokoh aqidahnya dan terus menyebarkan risalah Allah Subhanahu wa ta’alaa di muka bumi sekaligus menjaga keutuhan agama.
Waktu adalah sesuatu yang paling berharga dari apa yang dimiliki manusia. Para ulama membagi waktu menjadi lima macam;
Yang pertama adalah yaumun mafquud (waktu yang sudah lewat). Hari-hari yang sudah lewat, ia akan menjadi catatan amal baik, atau menjadi catatan amal buruk, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa. Maka bila dirasa, apa yang telah berlalu adalah suatu bentuk kebaikan yang telah ditanam, semoga Allah menjadikannya sebagai amal shaleh dan diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa. Adapun jika yang telah berlalu adalah keburukan, berupa kemaksiatan atau pun dosa-dosa lainnya yang melanggar syari’at Allah, maka segera bertaubat kepada Allah, memperbanyak istighfar, dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan yang lain.
Inilah waktu yang telah lalu dan tidak mungkin akan kembali lagi. Karenanya, masa lalu adalah sesuatu yang harus selalu menjadi bahan introspeksi diri. Dan jangan merasa bahwa kita telah berhasil melalui seluruhnya. Karena di antara tanda celakanya seseorang adalah mereka yang suka melupakan dosa-dosa atau kesalahan-kesalahannya yang telah lalu dan hanya mengingat kebaikan-kebaikan yang telah ia lakukan.
Yang kedua adalah, yaumun masyhud (hari ini), hari yang sedang kita hadapi saat ini. Jika kemudian kita berada dalam ketaatan kepada Allah, maka kita bersyukur. Namun jika kita berada di posisi yang keliru, berada dalam kemaksiatan, maka segera berubah, untuk kemudian kita kendalikan diri kita, kita bawa diri kita menuju ketaatan pada Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Kemudian yang ketiga, yaumun maurud (hari esok), apa yang akan kita lakukan? Merencanakan planning yang bagus, jangan pernah merencanakan sesuatu yang buruk karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok,
وَلا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا () إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ…()
“Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, ‘Aku pasti melakukan itu besok pagi.’() Kecuali (dengan mengatakan), ‘Insya Allah.’” (Al-Kahfi: 23-24)
Inilah waktu yang harus kita rancang, untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Bukan sebatas urusan duniawi, tetapi yang lebih dari itu, adalah masa depan yang hakiki, yaitu untuk kepentingan akhirat kita.
Kemudian yang keempat adalah, yaumun mau’uud (hari yang telah dijanjikan), yaitu hari dimana kita akan meninggalkan dunia dan mempertanggung jawabkan amal kita.
Utsman bin Affan berkata, “Bahwa dimana saat seseorang meninggalkan dunia ini, maka saat itulah awal perjalanan menuju akhirat yang tidak berkesudahan.”
Oleh karenanya kita harus selalu mempersiapkan kematian kita, karena apa pun yang kita alami, perhatikan bahwa perputaran siang dan malam adalah saat menunggu datangnya kematian. Maka tidaklah patut bagi seorang manusia untuk sombong, jangan pernah menentang Allah dan Rasul-Nya.
Adapun waktu yang kelima adalah, yaumun mahduud (hari kebangkitan), dimana kita akan dibangkitkan ke hadapan Allah. Dan disanalah kita dimintai pertanggung jawaban, tidak ada alasan lagi untuk kembali ke dunia.
Imam Syafi’I Rahimahullah menyebutkan bahwa, “Seandainya Allah tidak menurunkan al-Qur’an kecuali wal ‘ashr, maka hal itu cukup bagi manusia.” Karena ia adalah sumpah Allah terhadap waktu, yang menjadi peringatan bagi kita agar selalu berhati-hati terhadap waktu tersebut.
Dalam hadits yang shahih riwayat Ahmad, al-Hakim, dan Baihaqi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Gunakan lima hal sebelum datang lima hal; kehidupanmu sebelum datang matimu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa luangmu sebelum datang waktu sempitmu, masa mudamu sebelum datang masa mudamu, dan masa kayamu sebelum datang masa miskinmu.”
Kenikmatan menjadi seorang mukmin adalah ketika ia menggunakan seluruh waktunya untuk mencari keridhaan Allah Subhanhu wa ta’alaa. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita sebuah doa ketika kita berada di waktu pagi atau di waktu sore. Semoga dengan doa ini, menjadi salah satu bentuk rasa syukur kita atas karunia yang Allah berikan pada hari itu. Hadits ini hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud,
اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ ، لا شَرِيكَ لَكَ ، فَلَكَ الْحَمْدُ ، وَلَكَ الشُّكْرُ
“Yaa Allah tidak ada satu nikmat yang aku dapatkan pada pagi/sore ini atau yang diperoleh oleh salah satu makhluk-Mu, maka seluruhnya berasal dari-Mu. Tidak ada tandingan bagi-Mu, kepada-Mu lah segala pujian dan rasa syukur.” Barangsiapa yang membaca doa tersebut pada waktu pagi maka ia telah menunaikan rasa syukurnya pada pagi itu sampai sore hari, dan barangsiapa yang membaca doa tersebut pada sore hari, maka ia telah menunaikan rasa syukurnya pada malam itu sampai pagi hari.”
Hal ini sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah, karena banyaknya nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Allah ta’ala berfirman,
“Apabila kamu menghitung nikmat Allah, maka kamu tidak dapat menghitungnya.” (An-Nahl: 18)
Nikmat-nikmat itu salah satunya adalah nikmat Islam, dimana ia adalah nikmat yang luar biasa. Karena Allah telah memilih kita menjadi seorang muslim. Islam adalah pedoman bagi setiap hamba untuk menuju pada kebenaran. Kemudian nikmat sehat, yang baru terasa jika kita sedang sakit. Sehingga karenanya, jika Allah mengaruniakan kepada kita nikmat sehat. Maka selalu pergunakan nikmat tersebut untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
“Dua nikmat yang banyak manusia lalai terhadap keduanya, nikmat sehat dan waktu luang.” (Riwayat Bukhari).
Nikmat waktu luang, ia akan terasa jika seseorang sudah berada dalam kesibukan yang luar biasa. Waktu luang adalah sesuatu yang sangat berharga. Hasan al-Bashri mengatakan, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah kumpulan daripada hari, setiap harimu berlalu maka umurmu berkurang.” Hakikat hidup ini adalah menit dan detik.
Karenanya jangan ada waktu yang tersisa untuk melakukan yang sia-sia, gunakan ia untuk meningkat kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Dan jangan menyia-nyiakan kesempatan hidup yang sekali ini, hanya untuk melakukan sesuatu yang tidak berarti.
Sehingga bagaimana kita usahakan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya Karena ia akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Subhanahu wa ta’alaa, Nabi Isa ‘Alaihissalaam berkata, “Wahai hamba-hamba Allah sesungguhnya siang dan malam itu adalah kumpulan dari catatan-catatan kalian.”