Selalu Introspeksi Diri

Dalam melaksanakan ubudiyyah kepada Allah, hamba-hamba Allah yang sadar atas tanggung jawab hidup, mereka akan selalu taat dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa. Merekalah orang-orang yang bertakwa, dan menjalankan kebaikan-kebaikan sesuai syari’at Allah, mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mereka akan selalu tegar, menghadapi lawan-lawan mereka dan tidak pernah takut kepada siapapun kecuali hanya kepada dosa-dosa mereka. Dosa-dosa yang mereka lakukan, karena kurangnya perhatian mereka dalam menegakkan hak-hak Allah Subhanahu wa ta’alaa. Dan itu tentunya, menjadikan mereka untuk selalu mengoreksi diri, memperbaiki diri, dan menganggap dirinya banyak mengandung kelemahan-kelemahan, yang harus terus diperbaiki, ditingkatkan, dan kemudian berharap kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa dengan segala ketertundukkan dan harapan, agar Allah memberikan pertolongan, kemampuan, kekuatan, dan bahkan kemenangan. Yang itu kemudian dilakukan dengan penuh kesungguhan, apakah itu melalui doa, melalui istighfar, atau melalui segala macam bentuk pendekatan kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa, berharap pertolongan dari Allah yang Maha Kuat, sehingga mereka tidak pernah tertipu dengan kekuatan dan potensi yang mereka miliki.

Allah menyebutkan tentang mereka,

وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Tidak ada doa mereka selain ucapan, ‘Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebihan (dalam) urusan kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.’” (Ali Imran: 147)

Di dalam surat ini menggambarkan rasa rendah diri yang ada pada kaum mukminin, mereka selalu mendekatkan diri mereka kepada Allah, selalu tunduk kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa, dan mereka selalu mengatakan, “Yaa Allah, yaa Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, ampunilah segala keteledoran kami, dalam segala urusan kami, kuatkanlah kaki-kaki kami,  tolonglah kami, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir itu.”

Hal ini menunjukkan bahwa kemenangan yang Allah janjikan kepada kita, tidak secara mutlak dikarenakan kemampuan dan potensi yang kita miliki. Sebagaimana yang terjadi pada perang Hunain, ketika kaum muslimin mengandalkan kemampuan mereka di atas pertolongan Allah Subhanahu wa ta’alaa justru saat itu Allah kalahkan mereka. Begitu pula, ketika kaum muslimin menghadapi Romawi dengan jumlah yang tidak seimbang, tiga puluh ribu melawan tiga ratus ribu. Maka Abdullah bin Rawahah Radliyallahu ‘anhu mengobarkan semangat kepada pejuang Islam berpesan bahwa, kita berperang bukan karena jumlah kita dan bukan karena persenjataan kita, namun kita berjuang untuk dua hal, menang atau mati syahid. Dengan semangat ini, maka Allah memberikan kemenangan-kemenangan kepada mereka. Inilah kemudian yang seharusnya kita bangun dalam diri kita.

Umar bin Khattab Radliyallahu ‘anhu menyebutkan, “Kalian dimenangkan oleh Allah, disebabkan ketaatan kalian kepada Allah, dan kemaksiatan musuh-musuh kalian kepada Allah.”

Banyak orang yang mulai meragukan kebenaran Islam, karena melihat realitas kehidupan umat Islam yang sangat terpuruk di berbagai belahan dunia. Islam yang begitu hebat yang mengandung segala kebenaran ternyata tidak tergambar pada realitas umat Islam saat ini. Bagaimana dengan firman Allah ta’alaa,

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.

Bahwa tidak diragukan lagi, seluruh ajaran Islam mengandung kebenaran dan keadilan, Allah berfirman,

وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا

Telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Quran) dengan benar dan adil …..

Bahwa kebenaran yang ada dalam Islam tidak perlu diragukan, kemudian keadilan yang ditegakkan oleh Islam jelas. Kebenaran terkandung disetiap hal dalam Islam, dan keadilan menyangkut hak-hak Allah, hak-hak manusia, dan hak-hak pribadi manusia itu sendiri. Apabila kemudian, kita berjalan dengan konsep yang utuh seperti ini, benar beritanya, benar ajarannya, benar konsepnya, benar langkahnya, dan benar tujuannya, maka akan tercapailah apa yang telah Allah beritakan melalui Rasul-Nya, bahwa seluruh ajaran agama Islam mengandung kebenaran.

Adapun, kenapa realitas umat Islam saat ini sangat terpuruk, adalah karena umat Islam saat ini tidak menegakkan Islam secara utuh. Adapun surat at-Taubah ayat 33, bahwa sebenarnya Allah telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk ilmu yang terkandung dalam al-Qur’an dan Sunnah. Kemudian ad-din al-haq adalah amal, sehingga Islam adalah konsep ilmu dan amal. Inilah yang tidak terealisasikan dalam kehidupan sebagian besar umat Islam saat ini.

Salah satu konsep kebenaran dalam Islam adalah sebagaimana Allah ta’alaa berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.

Artinya kewajiban yang pertama kita jalankan, adalah kewajiban yang berkenaan dengan diri kita dan keluarga kita. Agar setiap keluarga memahami Islam secara benar dan menjalankan Islam secara konsekuen. Karena menjalankan Islam bukan sebatas shalat, puasa, zakat, haji, namun menegakkan Islam secara keseluruhan. Hudzaifah Radliyallahu ‘anhu menyebutkan bahwa, “Islam mengandung delapan saham.” Sehingga janganlah kita meninggalkan salah satu dari delapan saham ini.

Saham yang pertama adalah Islam, artinya memahami Islam dengan benar. Saham yang kedua adalah shalat, yakni menunaikan shalat dengan benar. Kemudian puasa juga merupakan satu saham, yang keempat, zakat, Menjalankan usaha atau bisnis kita, sehingga kita mampu menunaikan zakat. Ibadah haji satu saham. Jihad di jalan Allah satu saham, dan melaksanakan amr ma’ruf adalah satu saham, kemudian yang terakhir mencegah orang dari kemungkaran adalah satu saham.

Jika kemudian Islam dipahami oleh pribadi muslim dengan delapan saham ini. Maka akan terjadi perubahan pada kehidupan kaum muslimin saat ini.

Jadi permasalahan umat Islam saat ini digambarkan oleh para ulama dengan segala analisa mereka, disimpulkan dalam tiga hal, yang pertama karena kelemahan ulamanya, kemudian kebodohan mayoritas umat ini, dan yang terakhir adalah karena tipu daya musuh-musuhnya.

Sehingga jalan keluarnya adalah dengan menguatkan peranan-peranan ulama dalam menyuarakan kebenaran Islam, mencerdaskan umat Islam, tidak hanya menyampaikan Islam dalam ceramah, diskusi ilmiah, tapi lebih kepada gerakan nyata. Ad-din al-haq tidaklah hanya menampilkan kebenaran, namun lebih menekankan pada praktek nyata atas kebenaran tersebut.

‘Aisyah Radliyallahu ‘anhaa ketika ditanya oleh para tabi’in mengenai akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau menjawab, “Akhlak Rasulullah adalah akhlak al-Qur’an.”

Maka jika kedua aspek ini baik, dimana peranan ulama kuat dalam masyarakat dan umat tercerdaskan. Maka makar-makar musuh Islam tidak akan mengakibatkan kerusakan yang besar pada umat ini.