
Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang senantiasa mengucapkan ‘laa Ilaaha Illallah.’ Takkan mengalami kesepian dalam kuburnya maupun pada hari Mahsyar. Seakan-akan aku telah berada bersama mereka saat mengibaskan debu dari wajah mereka seraya berkata, ‘Segala puji bagi Allah, yang telah menghilangkan kesedihan dari kami.’”
Hadits ini diperkuat dengan firman Allah ta’alaa,
“Bahwasanya orang-orang yang telah mendapatkan ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang mereka inginkan. Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (Hari Kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat, (Para malaikat berkata), ‘Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.’ (Yaitu) pada hari Kami menggulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama kali, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.” (Al-Anbiya: 101-104).
Telah diterangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, bahwa ketika orang kafir bangkit dari kubur, maka tangan mereka langsusng dibimbing oleh setan. Setan itu menemaninya terus dan tidak meninggalkannya, sampai keduanya dilemparkan bersama-sama ke dalam neraka.
Allah ta’alaa berfirman,
“Dan datanglah tiap-tiap diri, disertai seorang penggiring dan seorang saksi.” (Qaf: 21).
Maksudnya, seorang malaikat yang menggiringnya ke Mahsyar, dan malaikat lain yang memberi kesaksian atas amal perbuatannya. Ini berlaku bagi siapa saja, orang yang baik maupun jahat. Masing-masing menurut kadar amalnya.
Perbandingan Jumlah Ummat Muhammad dengan umat-umat lainnya
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebagian perjalanannya bersama para shahabat. Tiba-tiba beliau membaca dua ayat berikut ini dengan keras,
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu. Sesungguhnya keguncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, semua wanita yang menyusui tidak peduli dengan anak yang disusuinya, dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangatlah keras.” (Al-Hajj: 1-2).
Tatkala para shahabat mendengar bacaan itu, mereka mempercepat kendaraan masing-masing. Mereka tahu pasti ada yang ingin Rasul katakan. Malam harinya, ketika mereka telah berada di sekeliling beliau, beliau bersabda, “Tahukah kalian, hari apakah itu? Hari dimana Adam dipanggil. Ia dipanggil Tuhan-nya, ‘Ya Adam, kirimkan delegasi neraka.’
Adam bertanya, ‘Apa itu delegasi neraka?’
Allah menerangkan, ‘Dari setiap seribu orang, kirimkan Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan ke neraka, dan satu orang ke surga.’”
(Mendengar itu), para shahabat merasa sedih hatinya dan tidak ada yang tertawa, walau hanya menampakkan satu gigi. Melihat keadaan para sahabat demikian, beliau bersabda, “Ketahuilah dan bergembiralah, demi Allah yang menggenggam jiwa Muhammad, sesungguhnya kamu sekalian disertai dua umat. Bangsa manapun akan digabung dengan mereka, pasti berjumlah banyak. Itulah Ya’juj dan Ma’juj, ditambah dengan orang-orang celaka, baik dari keturunan Adam maupun keturunan Iblis.”
Perawi hadits ini berkata, “Maka para shahabat pun merasa lega. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula, “Ketahuilah dan bergembiralah, demi Allah yang menggenggam jiwa Muhammad. di tengah umat-umat yang lain, kamu sekalian hanyalah bagaikan setitik noda di lambung onta, atau setitik warna hitam di kaki binatang tunggangan.”
Suasana Langit dan Bumi
Apabila manusia telah bangkit dari kubur masing-masing, mereka dapati bumi sudah berubah, tidak seperti bumi saat mereka tinggalkan dulu. Gunung-gunungnya telah hancur, bukit-bukitnya telah hilang. Semuanya sudah berubah sama sekali. Sungai-sungai tidak mengalir lagi, pohon-pohonnya telah tumbang, lautnya menjadi panas membara. Jurang-jurang yang rendah dan tebing-tebing yang tinggi menjadi rata. Kota-kota dan desa-desa hancur binasa. Agaknya bumi telah mengalami gempa yang hebat dan mengeluarkan segala isinya. Maka berkatalah manusia di waktu itu. “Apa yang telah terjadi dengan bumi ini?”
Demikian pula halnya langit dan seluruh penjurunya. Semuanya telah terpecah-belah, dan seluruh penjuru-penjurunya telah rontok, sementara para malaikat berjaga-jaga di segala penjurunya dengan mata melotot. Matahari dan bulan redup, atau bahkan tidak bercahaya sama sekali. Keduanya dikumpulkan dalam satu tempat. Setelah itu keduanya digulung, lalu dilemparkan begitu saja, seolah-oleh keduanya seperti ekor sapi yang disembelih.
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa’ad, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manusia dikumpulkan pada Hari Kiamat di tanah putih mengkilap bagai kepingan sumsum, tidak ada tanda apa pun padanya yang bisa dikenali seseorang.”
Muhammad bin Qais dan Sa’id bin Jubair mengatakan, bahwa bumi berubah menjadi roti putih. Orang mukmin bisa memakannya dari bawah telapak kakinya.
Sedang menurut al-A’masy, dari Khaitsamah, dari Ibnu Mas’ud Radliyallahu ‘anhu, dia berkata, “Pada hari Kiamat nanti, bumi seluruhnya berupa api. Surga ada di belakangnya, memperlihatkan para bidadari dan piala-pialanya. Sedang manusia dibanjiri keringatnya sampai ke mulut seolah-olah terkekang olehnya, sementara mereka belum dihisab-hisab juga.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah Radliyallahu ‘anhaa, dia berkata, “Aku adalah orang yang pertama-tama menanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang maksud ayat,
‘(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain, dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.’ (Ibrahim: 48).
Aisyah berkata, aku bertanya, “Di manakah manusia pada waktu itu, ya Rasulullah?”
Rasul menjawab, “Di atas Shirath (jembatan).”
Sedang menurut riwayat Muslim dari Tsauban, ada seorang pendeta Yahudi bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang ayat di atas. Beliau menjawab,
“Dalam kegelapan, di bawah jembatan.”
Sumber: Ibnu Katsir. Huru-Hara Hari Kiamat “An-Nihayah: Fitan wa Ahwaalu Akhiruz-Zamaan”. Terj. Anshari Umar Sitanggal, H. Imron Hasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2002.