Yang dimaksud adalah al-Mahdi yang akan muncul di akhir aman. Dia adalah salah seorang Khulafa’ Rasyidin dan imam yang mendapat petunjuk Allah (Al-Aimmah Al-Mahdiyyin), bukan yang ditunggu-tunggu (Al-Muntazhar) seperti anggapan kaum Rawafidh. Atau yang diharapkan kemunculannya dari sebuah bangunan bawah tanah di Samara. Karena semua itu tidak benar, tidak ada kenyataannya dan tidak ada satu atsar pun yang membicarakannya.
Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan, bahwa perawi hadits ini berkata, Saya pernah mendengar Ali mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalaupun umur dunia ini tinggal satu hari lagi, maka Allah tetap akan membangkitkan seorang laki-laki dari kami, yang memenuhi dunia dengan keadilan, sebagaimana telah dipenuhi dengan kezhaliman.”
Imam Ahmad berkata, meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Al-Mahdi dari kami, Ahlul bait. Allah membuatnya shaleh dalam satu malam.”
Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Ishaq, dia berkata, Ali Radliyallahu ‘anhu pernah berkata sambil memandang kepada anaknya, Al-Hasan,
“Sesungguhnya anakku ini pemimpin, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Dan akan keluar dari punggungnya seorang lelaki yang bernama seperti nama Nabi kalian. Laki-laki itu menyerupai Nabi dalam akhlaknya, sekalipun tidak menyerupai beliau dalam rupanya.’”
Sesudah itu, Ali menceritakan kisah bagaimana al-Mahdi memenuhi bumi ini dengan keadilan.
Abu Dawud meriwayatkan perkataan Ummu Salamah Radliyallahu ‘anhaa, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Al-Mahdi itu dari keturunanku, dari anak-cucu Fatimah.”
Ibnu Majah meriwayatkan dari Abdullah, dia berkata, Sekali waktu kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba berlinanglah air mata beliau dan pucat roman wajah beliau.
Abdullah berkata, “Tidak berkesudahan kami melihat di wajah anda sesuatu yang tidak kami sukai.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Sesungguhnya kami adalah keluarga yang dipilih oleh Allah untuk akhirat, sehingga datanglah suatu kaum dari arah timur. Mereka membawa bendera-bendera hitam lalu meminta roti, tetapi masyarakat tidak memberinya. Oleh karena itu, mereka memerangi (masyarakat itu) sampai menang dan diberi apa yang mereka minta. Namun ternyata mereka tidak menerimanya, sehingga mereka serahkan dunia ini kepada seorang lelaki dari keluargaku, lalu laki-laki itu memenuhinya dengan keadilan, sebagaimana telah dipenuhi dengan kezhaliman. Maka, barangsiapa di antara kami mengalami zaman itu, hendaklah ia datang kepada kaum itu, walaupun harus merangkak di atas salju.”
Dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa munculnya al-Mahdi adalah setelah runtuhnya Daulah Bani Abbas. Dan al-Mahdi termasuk ahlul-bait dari keturunan Fatimah binti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni dari anak-cucu al-Hasan, sebagaimana dinyatakan oleh nash hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Radliyallahu ‘anhu.
Ibnu Majah dari Tsauban, meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Ada tiga orang yang saling berperang di sisi gudang kekayaan kalian. Mereka semua adalah putra khalifah (yang kekuasaannya) tidak beralih kepada salah satu pun dari mereka. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah Timur. Merek memerangi kalian dalam suatu pertempuran yang tak bisa dilawan oleh bangsa mana pun. –Kemudian Rasulullah menyebut sesuatu yang tidak aku hafal—Lalu bersabda, ‘Jika kamu sekalian melihat orang itu, maka berbai’atlah kepadanya, meskipun harus merangkak di atas salju. Karena dia adalah khalifah Allah yang mendapat petunjuk (al-Mahdi).”
Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah, tetapi dengan sanad yang kuat dan shahih. Dan menurut zhahirnya, bahwa yang dimaksud “gudang kekayaan” tersebut dalam hadits di atas adalah simpanan yang ada dalam Ka’bah, yang sampai dengan akhir zaman akan ada tiga putra khalifah yang tewas di sana ketika hendak mengambil simpanan tersebut. Barulah sesudah itu muncul al-Mahdi dari negeri Timur, bukan dari suatu bangunan bawah tanah di Samara, seperti anggapan orang-orang awam dari kaum Rafidhah, bahwa al-Mahdi itu sudah ada di sana sekarang, sedang mereka menunggu-nunggu kemunculannya di akhir zaman. Semua ini adalah sejenis khalayan, bohong besar, dan godaan dari setan. Karena tidak ada dalil maupun bukti atas hal itu, baik dari al-Qur’an, as-Sunnah, maupun hasil penelitian yang benar dan masuk akal.
Sumber: Ibnu Katsir. Huru-Hara Hari Kiamat “An-Nihayah: Fitan wa Ahwaalu Akhiruz-Zamaan”. Terj. Anshari Umar Sitanggal, H. Imron Hasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2002.