
Balatentara kaum muslimin akan sampai ke India dan Sungai Sindus
Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu berkata, “…… Dan kekasihku yang benar perkataannya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bercerita kepadaku,
‘Akan ada dari umat ini suatu pasukan yang sampai ke sungai Sindus dan negeri India. Andaikan aku mengalami peristiwa itu dan mati syahid, itulah (yang aku harapkan). Dan jika aku –lalu dia menyebutkan kata-kata- pulang, maka akulah Abu Hurairah, orang yang dibebaskan itu. Semoga Allah benar-benar membebaskan aku dari neraka.’”
Masih riwayat Imam Ahmad, Abu Hurairah berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjanjikan kepada kami untuk menyerbu India. Maka jika aku mati syahid, maka aku termasuk para syuhada yang terbaik. Dan jika aku pulang, maka akulah Abu Hurairah, orang yang dibebaskan itu.”
Peperangan melawan Turki
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu sabda dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Kiamat takkan terjadi sebelum kamu sekalian memerangi suatu bangsa, yang sandal mereka (terbuat dari) rambut, dan sebelum kamu memerangi bangsa Turki, yang bermata kecil, bermuka merah, berhidung pesek, wajah mereka bagaikan perisai yang ditempa. Dan kamu dapati sebaik-baik manusia adalah orang yang (asalnya) paling membenci perkara (agama) ini, namun akhirnya dia memasukinya. Dan manusia itu seperti barang tambang. Orang yang terbaik di masa Jahiliyyah adalah yang terbaik di masa Islam. Dan pasti datang kepada seseorang dari kamu sekalian suatu zaman, dimana andaikan dia bisa melihat aku, tentu itu lebih dia sukai daripada memiliki (keluarga dan harta) seperti keluarga dan harta yang telah dimilikinya.”
Lafadz ini hanya diriwayatkan oleh Al-Bukhari sendiri saja.
Kemudian diriwayatkan pula dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kiamat takkan terjadi sebelum kamu sekalian memerangi kaum Hur dan Karman dari bangsa Ajam, yang bermuka merah dan berhidung pesek. Wajah mereka bagaikan perisai yang ditempa, sandal mereka (terbuat dari) rambut.”
Maksud dari hadits ini, bangsa Turki akan diperangi para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai kalah dan tertangkap, sedang istri-istri dan anak-anak mereka menjadi tawanan.
Zhahir hadits ini menunjukkan, bahwa serangan terhadap bangsa Turki ini termasuk tanda-tanda Kiamat. Jika dikatakan bahwa tanda-tanda itu terjadi tidak lama menjelang Kiamat, maka boleh jadi peperangan besar-besaran akan terjadi sekali lagi antara kaum Muslimin dan bangsa Turki, sehingga berakhir dengan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, seperti yang akan kami jelaskan nanti mengenai mereka.
Tapi jika yang dimaksud bahwa tanda-tanda tersebut lebih luas lagi pengertiannya, dalam arti tidak harus dekat sekali dengan Hari Kiamat, maka serangan terhadap bangsa Turki itu termasuk tanda-tanda keseluruhan yang kapan saja bisa terjadi, meskipun jaraknya masih lama dari Kiamat, hanya saja tentu harus yang terjadi setelah masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan agaknya pengertian yang kedua inilah yang lebih jelas. Setelah memperhatikan berbagai hadits tentang bab ini, sebagaimana yang akan anda lihat sebentar lagi.
Pemimpin kaum muslimin yang menimbulkan kerusakan
Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Kehancuran umatku terletak di tangan anak-anak kecil.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh al-Bukhari, 92, Kitabul-Fitan, 3 – Baab Qaulun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Halaku Ummati ‘Alaa Yadai Ughailamah, hadits no. 7058).
Mendengar sabda Nabi seperti itu, Marwan berkata, “Laknat Allah atas mereka, anak-anak kecil itu!” Di waktu itu dia sama sekali belum berkuasa, sehingga tidak ada seorang pun yang menyertai kami dalam majlis.
Lanjut Abu Hurairah, “Demi Allah, andaikan aku mau menceritakan Bani Fulan dan Bani Fulan, tentu aku lakukan.”
Perawi hadits ini, Amr bin Yahya bin Sa’id berkata, “Saya pernah keluar bersama ayahku, pergi menemui Bani Marwan, setelah mereka berkuasa. Ternyata merekalah yang membai’at anak-anak kecil mereka. Di antara anak-anak yang dibai’at itu, bahkan ada yang masih ada dalam buaian. Maka aku berkata, ‘Boleh jadi, orang-orang kalian inilah yang pernah aku dengar Abu Hurairah menceritakannya kepada kami, bahwa raja-raja itu yang satu mirip dengan yang lain?”
Dalam Shahih Muslim, Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu ‘anhu meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidak seorang nabi pun kecuali mempunyai hawari (para pembela). Mereka memberi petunjuk (kepada manusia) sesuai petunjuk nabinya dan melakukan tradisi-tradisi sesuai sunnahnya. Kemudian datanglah sepeninggal mereka para pengganti yang mengucapkan kata-kata yang tidak mereka lakukan, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diperintahkan.”
12 Khalifah dari Quraisy
Diriwayatkan dalam Shahihain dari Jabir bin Samurah, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Akan ada dua belas khalifah, semuanya dari Quraisy.”
Para khalifah yang diberitakan dalam kedua hadits di atas, bukanlah 12 khalifah yang diklaim sedemikian gigihnya oleh kaum Rafidhi secara dusta dan mengada-ada, sebagai manusia-manusia yang makshum. Karena kebanyakan mereka ternyata tidak ada yang pernah memerintah umat ini sama sekali, baik sebagai khalifah, atau bahkan menjadi penguasa di suatu Negara atau suatu wilayah sekalipun. Di antara mereka hanya Ali dan anaknya, Hasan bin Ali saja yang menjadi khalifah.
Dan yang dimaksud 12 khalifah Quraisy, bukan pula para khalifah yang memerintah secara berturut-turut sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai pertengahan Daulah bani Umayyah. Karena hadits riwayat Safinah yang berbunyi, “Khalifah sepeninggalku adalah selama tiga puluh tahun.” Tidak sesuai dengan panjangnya masa kekuasaan mereka, meskipun al-Baihaqi memilih tafsiran seperti itu.
Namun demikian, di antara para pemimpin yang 12 orang itu, kita dapatkan Abu Bakar, kemudian Umar, Utsman, Ali serta putra beliau al-Hasan bin Ali. Termasuk juga Umar bin Abdul-Aziz, sebagaimana yang diyakini oleh sebagian besar ulama terkemuka dari kebanyakan umat ini. Dan ada pula di antaranya dari kalangan Bani Abbas. Sedang sisanya akan bermunculan di masa mendatang, sampai munculnya seorang di antara mereka yang dikenal sebagai al-Mahdi.
Sumber: Ibnu Katsir. Huru-Hara Hari Kiamat “An-Nihayah: Fitan wa Ahwaalu Akhiruz-Zamaan”. Terj. Anshari Umar Sitanggal, H. Imron Hasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2002.