JAKARTA (voa-islam.com) – Tahukah apa itu Idul Ghodir? Idul Ghadir adalah Hari Raya Besar yang diperingati oleh Kaum Syiah. Rencananya, peringatan Hari Ghodir Khum atau Idul Akbar itu akan diadakan hari ini (26/10) di Jakarta. MUI dalam surat resminya menyatakan tidak memberi rekomendasi atas perayaan hari raya tersebut.
“Hari Raya Ghodir adalah rekayasa Syiah yang semakin memperjelas identitas dan perbedaan yang menyimpang,” ujar Guru Besar Sosiologi Agama yang juga dikenal seorang pengkaji dan penulis serius masalah Syiah Prof. Dr.H. Mohammad Baharun.
Prof. Baharun mengatakan, dalam Islam, perayaan besar yang diwariskan Rasulullah Saw menyangkut hari raya dalam Islam hanyalah dua, Idul Fitri dan Idul Adha. “Yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW adalah dua Hari Raya, Idul Fitri dan Idul Adha sebagai syariat yang dilaksanakan umat Islam se Dunia sejak berabad-abad.”
Perayaan Hari Raya Idul Ghodir yang rencananya akan diselenggarakan di Gedung Smesco Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, itu, akan dibubarkan oleh Laskar Majelis Mujahidin yang pagi ini sedang merapat menuju tempat diadakan perayaan tersebut.
Hal senada juga dikatakan Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir. UBN – begitu beliau akrab disapa, mengecam keras perayaan hari besar Syiah Idul Ghadir yang diselenggarakan hari ini. Dalam rilis yang diterima voa-islam, UBN mengatakan, dalam pandangan mayoritas umat Islam Indonesia yang menganut Ahlussunnah wa Jama’ah, hanya ada dua hari raya besar, yakni hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.
“Perayaan Idul Ghadir sebagai aktivitas kelompok Syiah Indonesia yang berupaya memecah belah umat Islam. Hal itu disebabkan perayaan Idul Ghadir merupakan pelestarian dan perayaan kebencian dan dendam Syiah kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkemuka, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan,”jelas UBN.
Perayaan Idul Ghadir ini semakin membuktikan bahwa Syiah memang satu aliran yang secara mendasar berbeda dengan kaum Muslim lainnya. “Penolakan dan penistaan kepada para sahabat Nabi yang utama justru dirayakan sebagai ibadah yang agung menjadi hari raya tersendiri. Mereka menganggap Idul Ghadir adalah hari raya terbesar yang melebihi keagungan ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha,” jelasnya.
Kata Bachtiar, ‘Idul Ghadir adalah sebuah perayaan atas anggapan mereka mengenai pengangkatan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu sebagai khalifah di kebun Ghadir Khum. Atas dasar itu MIUMI meminta pemerintah RI agar menjaga keutuhan dan ketenteraman bangsa dengan tidak memberikan izin pelaksanaan acara tersebut. Serta mengajak umat Islam untuk waspada terhadap segala upaya untuk merusak ajaran Islam dan mengadu domba sesama Muslim dengan jargon ukhuwah.
Ketua Front Anti Aliran Sesat (FAAS) Jatim, Habib Achmad Zein Al-Kaf mengatakan, acara itu justru hanya akan memancing amarah kaum Muslim lainnya.
“Acara tersebut kami nilai sebagai unjuk kekuatan, yang harus kita sikapi dengan menolak dan keberatan diadakannya acara tersebut. Sebab kami hawatir umat Islam akan melawan mereka,“ ujar Achmad Zein Al-Kaf dalam rilis yang dikirim ke redaksi, Kamis malam.