Hidayatullah.com–Revolusi Suriah yang sudah berjalan lebih dari dua banyak membuat orang bingung, khususnya di Indonesia. Adanya intervensi asing: rezim zalim Bashar Assad yang didukung Iran, Rusia, dan Cina, sementara oposisi didukung negara-negara Barat, negara-negara Arab, dan Turki membuat nuansa adu domba semakin kental.
Dengan pemandangan seperti ini, muncul anggapan pihak oposisi yang disokong Barat (Amerika dan Eropa) tengah menjalankan kepentingan Barat. Bahkan, ada juga tudingan oposisi tanpa sadar tengah ditunggangi Zionis Israel.
Di tengah kondisi politik dan perang yang carut-marut itu, musuh utama dan terdepan “Israel” yakni Palestina menyatakan berpihak kepada oposisi rakyat Suriah. Sikap tegas yang diambil Palestina – Pemerintahan Hamas yang berpusat di Gaza – bersebrangan jauh dengan pihak-pihak yang selama ini membantu mereka, yakni rezim Bashar Assad dan juga Iran.
Jika keadaannya seperti ini, masih logiskah anggapan para pendukung oposisi Suriah disebut antek Barat dan Zionis.
Rabu (20/6/13, Jurnalis Islam Bersatu (JITU) melakukan diskusi terbatas dengan seorang ulama yang juga anggota parlemen Palestina asal Gaza, Syaikh Dr. Abdurrahman Yusuf al-Jamal. Syaikh Abdurrahman yang juga direktur lembaga penghafal al-Qur’an se-Gaza -Darul Qur’an wa as-Sunnah – sedang melakukan rihlah ilmiah di beberapa kota di Indonesia.
Apa alasan Hamas mendukung oposisi Surah melawan rezim Assad. Padahal dulu Hamas didukung Assad?
Dulu kami memang didukung penuh oleh Assad. Waktu itu tidak ada negara Arab yang mau menerima kami. Tapi sekarang rezim Assad membantai rakyatnya sendiri, maka kami tidak bisa bekerjasama dalam kebatilan.
Sikap kami sekarang jelas mendukung jihad melawan rezim Syiah Nushairiyah, Bashar Assad. Di Palestina, khususnya setiap Jumat kami menggalang dana untuk rakyat Suriah dan perjuangan mereka.
Bahkan ada sebagian dari rakyat Palestina yang berjihad melawan pasukan Syiah di Suriah.
Jadi, ada mujahidin Palestina di Suriah?
Iya, ada. Tapi tidak banyak, karena kami sendiri, terutama di Gaza, juga sedang dalam keadaan siaga jihad setiap saat melawan Zionis. Maka kami tidak bisa semuanya meninggalkan jihad kami di Palestina.
Saya yakin, saudara-saudara kami di Suriah juga mengerti itu dan tidak ingin kami meninggalkan pos jihad kami. Maka, kepada umat Islam seluruh dunia, silakan berjihad ke Suriah. Tafadhdhaluu.
Sebelum Hamas hengkang dari Damaskus, adakah upaya Hamas untuk menasehati Assad?
Sebelum revolusi, Pemimpin Hamas di Damaskus, Khalid Misy’al sempat menyampaikan nasihatnya kepada Bashar Assad. Dia bilang, berikanlah rakyat kebebasan dan perubahan. Karena waktu itu rakyat Suriah tidak meminta Bashar turun dari jabatan. Rakyat Suriah hanya ingin kebebasan dan keadilan.
Tapi Bashar lebih mendengarkan penasihat-penasihat dia dari sesama Syiah Nushairiyah.
Kemudian dia membalas semua aksi tuntutan rakyatnya dengan pembantaian yang sangat luar biasa kejam.
Apa yang dilakukan Bashar Assad kepada rakyatnya, lebih kejam dari yang dilakukan Zionis Israel kepada bangsa Palestina.
Hal ini mirip seperti yang terjadi pada Ashabu al Ukhdud yang diceritakan dalam al-Qur’an.
Dan, keluarnya Hamas dari Damaskus adalah sikap yang jelas dan tegas terhadap Bashar Assad.
Pemerintahan Hamas di Jalur Gaza kabarnya menerima bantuan dari Iran, negara Syiah yang mendukung rezim Syiah Assad. Bagaimana ceritanya?
Pertama, penduduk Gaza seluruhnya Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tidak ada seorang pun Syiah di Gaza.
Lalu, memang benar Iran membantu kami dengan uang dan senjata mereka. Pada perang Hijaratu as-Sijjili (November 2012) mereka memberi kami roket-roket Fajr untuk melawan Zionis.
Itu kenyataannya, saya tidak bisa mengingkari hal itu.
Jadi, memang ada hubungan bilateral antara Hamas dan Iran?
Iya. Keadaan kami memang sangat sulit. Sha’ab jiddan. Tapi, muamalah antara kami dan Iran adalah muamalah politik, bukan akidah.
Kami tidak menerima jika ada syarat-syarat yang resikonya merubah akidah kami menjadi Syiah.
Sejauh mana kerjasama itu? Kalau diibaratkan, kami hanya membuka jendela untuk Iran, bukan membuka pintu. Jadi kami masih membatasi dan menyaring bantuan-bantuan dari Iran. Sementara negara-negara Arab tidak mau membantu senjata untuk kami melawan Zionis.
Seberapa signifikan bantuan Iran?
Pertama, tidak ada negara yang membantu kami dalam hal jihad melawan Zionis. Maka kami menerima bantuan-bantuan ekonomi dan senjata dari Iran karena benar-benar darurat. Kami dalam jihad.
Lalu, kami punya 1,8 juta jiwa yang harus kami urus di Gaza. Biaya untuk gaji pegawai negeri di Gaza butuh 20 juta dolar tiap bulan. Kami tidak sanggup.
Maka, kami membutuhkan. negara-nengara Muslim lain yang Ahlus Sunnah untuk pengganti Iran. Hubungan dengan Iran memang jadi sisi negatif, tapi kami sedang cari gantinya.
Bagaimana Iran bisa peduli dengan Palestina, tapi mendukung negara tentangga Palesitna yakni Suriah dibunuhi presidennya sendiri yang Syiah?
Palestina dan al-Aqsha memang bagian dari perhatian semua umat Islam, baik itu Ahlus Sunnah ataupun Syiah. Bahkan juga diperjuangkan oleh negara-negara non-Islam.
Tapi biar begitu, rakyat Palestina khususnya Gaza adalah Ahlu Sunnah dan akan tetap menjadi Ahlu Sunnah.
Kabarnya Iran menarik bantuannya terhadap Gaza, setelah Hamas mendukung oposisi Suriah?
Mereka memang sempat menghentikan bantuan, tapi sekarang bantuannya berjalan lagi.
Bagaimana kabar perlawan dari Gaza?
Pemerintahan Gaza adalah pemerintahan jihad dan perlawanan. Kami yakin Palestina hanya bisa merdeka dengan jihad.
Alhamdulillah, sebagaimana Allah bantu kami membebaskan Gaza dari Israel pada 2005, seluruh Palestina akan dibebaskan juga hanya dengan jihad.*