Larangan Praktik Perdukunan, Mendatangi, dan Membenarkan Perkataannya

Allah SWT berfirman (artinya), "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari al-kitab. Mereka percaya kepada jibt dan thaghut." (An-Nisaa': 51).

Diriwayatkan dari Mu'awiyah bin al-Hakam as-Sulami, ia berkata yang artinya, "Ketika aku mengerjakan shalat bersama Rasulullah saw. tiba-tiba ada seorang yang bersin. Aku berkata, 'Yarhamukallaah (semoga Allah merahmatimu).' Orang-orang memandang ke arahku. Aku berkata, 'Malangnya ibuku! Mengapa kalian memandangku seperti itu?' Mereka pun menepukkan tangan ke paha. Setelah mengerti bahwa mereka menyuruhku diam, maka aku pun diam. Setelah Rasulullah menyelesaikan shalat, maka demi Allah, tidak pernah aku melihat seorang mu'allim (guru) sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah, beliau tidak membentakku, tidak memukulku dan tidak boleh dicampuri percakapan manusia. Ibadah shalat hanya boleh diisi dengan ucapan tasbih, takbir dan bacaan Al-Qur'an.' Atau sebagaimana yang dikatakan oleh beliau saw. Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku baru saja masuk Islam. Allah telah menurunkan dienul Islam kepada kami. Sesungguhnya di antara kami masih ada yang mendatangi dukun.' Beliau menjawab, 'Jangan datangi dukun!' 'Di antara kami masih ada yang suka bertathayyur (anggapan sial karena melihat atau mendengar sesuatu, misalnya melihat burung tertentu atau mendengar suatu binatang tertentu),' lanjutku. Rasulullah menjawab, 'Itu hanyalah sesuatu yang terlintas dalam hati mereka, maka janganlah sampai mereka menangguhkan niat karenanya.' Kemudian aku lanjutkan: 'Sesungguhnya di antara kami masih ada yang mempraktekkan ilmu ramal.' Rasulullah menjawab, 'Dahulu ada Nabi yang menggunakan ilmu ramal. Apabila sesuai dengan ramalan Nabi tersebut maka silahkan lakukanlah.' Mu'awiyah bin al-Hakam as-Sulami melanjutkan ceritanya, "Aku memiliki berapa ekor kambing yang digembalakan oleh salah seorang budak wanitaku di antara gunung Uhud dan Jawwaniyyah. Pada suatu hari, aku datang memeriksa kambing-kambingku, ternyata seekor serigala telah membawa lari seekor kambingku. Sebagaimana lumrahnya seorang manusia, aku pun marah lalu kutampar budak wanita itu. Lalu aku datang menemui Rasulullah saw. dan mengadukan peristiwa tersebut. Beliau menganggap perbuatanku itu sangat keterlaluan! Maka kukatakan kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, tidakkah lebih baik jika kubebaskan saja budak wanita itu?' Rasulullah berkata, 'Panggillah ia kemari!' aku pun memanggil budak wanita itu. Rasulullah bertanya kepadanya, 'Di mana Allah?' 'Di langit' jawabnya. Maka Rasulullah pun berkata, 'Merdekakanlah ia, karena ia adalah seorang wanita Mukminah.'" (HR Muslim [537]).

Diriwayatkan dari Shafiyyah binti Abi Ubaid Rasulullah, dari salah seorang isteri Nabi saw., dari Nabi saw, beliau bersabda, "Barang siapa mendatangi tukang ramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu lalu ia membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam." (HR Muslim [2230]).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa mendatangi dukun lalu membenarkan perkataannya, atau menggauli isterinya yang sedang haidh atau menyetubuhi isterinya pada duburnya, maka sesungguhnya ia telah berlepas diri dari ajaran yang diturunkan kepada Muhammad saw." (Shahih, HR Abu Dawud [3904], At-Tirmidzi [135], An-Nasa'i dalam al-Kubra [X/124], dan Ibnu Majah [639])

Diriwayatkan dari Abud Darda' r.a., dari Rasulullah saw. beliau bersabda, "Tidak akan mencapai derajat yang tinggi orang yang melakukan praktek perdukunan, orang yang mengundi nasib dengan anak panah dan orang yang menangguhkan safarnya karena bertathayyur." (Hasan, silakan lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah [2161]).

Kandungan Bab: 

  1. Imam al-Baghawi berkata dalam Syarhus Sunnah (XII/182), "Kahin (dukun) adalah orang yang meramal apa yang bakal terjadi, mengaku mengetahui perkara ghaib dan menguasai pemimpin jin dan ada pula yang mengaku memiliki 'pembisik' yang menyampaikan berita-berita kepadanya. Di antara mereka ada yang mengaku dapat mengetahui banyak hal melalui 'kepintaran' yang dimilikinya. 'Arraf adalah orang yang mengaku mengetahui banyak perkara dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk menunjukkan tempat barang curian atau barang hilang. Misalnya, ada wanita yang berzina lalu orang-orang bertanya kepadanya siapakah yang berzina dengannya? Lalu ia membertahu mereka. Dan beberapa perkara sejenis. Di antara mereka ada yang menyebut ahli nujum itu dukun."

    Saya katakan, "Termasuk perkara yang diharamkan adalah meramal dengan melempar kerikil, ilmu astrologi (ilmu nujum/ perbintangan), ilmu ramal dengan melihat garis tangan , meramal dengan garis-garis, meramal dengan melihat air dalam mangkuk atau gelas atau sejenisnya, semua itu termasuk praktek perdukunan." 

  2. Ancaman dan hukuman yang dijatuhkan berbeda-beda, ada yang tidak diterima shalatnya dan ada yang dihukumi kafir. Semua itu menurut perincian berikut ini, Jika ia mendatangi dukun tanpa membenarkan ucapannya, maka hukumannya adalah tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam. Jika ia membenarkan perkataan dukun itu, maka ia telah kafir dan terlepas dari agama yang diturunkan kepada Muhammad saw. Karena tidak akan bertemu antara keimanan dengan membenarkan ucapan dukun (kekufuran).
     
  3. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Baari (X/217) menukil ucapan al-Khaththabi sebagai berikut, "Para dukun adalah orang-orang yang punya otak yang tajam, hari yang jahat dan tabiat yang keras. Syaitan suka berteman dengan mereka karena memiliki kesamaan dalam perkara-perkara tersebut. Dan syaitan suka membantu mereka dengan penuh sedaya upayanya.

    Pada zaman Jahiliyyah dahulu, para dukun banyak tersebar di kalangan bangsa Arab karena terputusnya ajaran Nabi di tengah mereka. Ada beberapa jenis perdukunan, di antaranya:

    Pertama, berita-berita yang diterima dari jin. Jin-jin naik ke langit dan saling bertindihan satu sama lain sehingga mencapai ke langit yang paling atas. Di situ mereka dapat mendengar perkataan Allah, lalu yang paling atas menyampaikan kepada yang dibawah, begitu seterusnya sehingga sampai ke telinga dukun, lalu ia menambah-nambahinya. Setelah datang Islam dan Al-Qur'an diturunkan, langit-langit pun dijaga dari penyusupan syaitan-syaitan. Disiagakan panah-panah (bola-bola) api untuk menjaganya. Lalu berita-berita langit yang mereka curi itu baru bisa disampaikan oleh syaitan yang di atas kepada syaitan yang di bawah selama mereka tidak terkena panah api tersebut. Itulah yang telah diisyaratkan dalam firman Allah SWT, "Akan tetapi, barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicara-an); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang." (Ash-Shaaffaat: 10).

    Berita-berita yang disampaikan para dukun sebelum datangnya Islam banyak sekali yang sesuai dengan kenyataan. Adapun setelah munculnya Islam, sangat jarang sekali, bahkan hampir-hampir tidak ada yang sesuai dengan kenyataan, walhamdulillah.

    Kedua, berita-berita ghaib yang disampaikan jin kepada orang yang loyal dan tunduk kepadanya. Yaitu berita-berita yang biasanya tidak diketahui oleh manusia. Atau berita-berita yang hanya bisa diketahui setelah disaksikan dari dekat.

    Ketiga, berita yang disampaikan berdasarkan prakiraan, dugaan dan persangkaan. Memang Allah mengaruniai sebagian orang kemampuan dalam hal ini, namun kebanyakan dugaan tersebut bohong belaka.

    Keempat, berita-berita yang disampaikan merupakan hasil dari percobaan dan kebinasaan. Biasanya berita itu berdasarkan pengalaman yang sudah terjadi sebelumnya. Bentuk seperti ini hampir sama seperti sihir, sebagian orang menggunakan ilmu-ilmu ramal seperti zajr (meramal alamat baik atau nasib dengan menerbangkan burung. Apabila terbang ke arah kanan, berarti alamat baik dan apabila terbang ke arah kiri, berarti alamat buruk), tharq (meramal dengan membuat garis-garis di atas tanah, yaitu dengan membuat garis-garis yang banyak secara acak lalu dihapus dua-dua. Apabila yang tersisa dua garis, tandanya akan sukses, tetapi bila yang tinggal hanya satu, maka itu pertanda akan bernasib sial. Termasuk di antaranya ilmu ramal dengan melihat garis tangan, kartu atau melihat melalui air dalam mangkuk dan lain-lainnya) atau ilmu nujum. Menurut syari'at Islam, semua itu tercela. 

  4. Rasulullah saw telah menjelaskan tentang sebab berita-berita yang di sampaikan oleh para dukun itu adakalanya benar, tujuannya agar orang-orang tidak tertipu dengan mereka.

    Diriwayatkan dari 'Aisyah r.a., ia berkata, "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang berita-berita yang disampaikan para dukun." Beliau menjawab, "Berita-berita itu bohong belaka!" mereka berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya berita-berita yang mereka sampaikan itu terkadang sesuai dengan kenyataan?" Rasulullah saw menjawab, "Itulah kebenaran yang dicuri oleh jin, lalu dibisikkannya ke telinga pengikutnya, lalu ia mencampuradukkannya dengan seratus kebohongan." (HR Bukhari [5762] dan Muslim [2228]).

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 99-104.