Sebutan Anti Semit pada Umat Islam adalah Penggiringan Opini Berbahaya

Hidayatullah.com–Penyematan istilah anti semit dan intoleran kepada umat Islam Indonesia dalam kasus pembelaan perjuangan pembebasan Palestina dari penjajahan Zionis adalah sebuah penggiringan opini yang sangat berbahaya. Demikian salah satu pernyataan Wakil Sekjen Lembaga Kemanusiaan Spirit Of Aqsha (SOA), Khairul Rizky.

“Ini adalah penggiringan opini yang disengaja dan berbahaya. Sebab secara tidak langsung ingin mengarahkan kalau masyarakat Indonesia yang melakukan aksi kepedulian tehadap perjuangan Palestina yang sedang dijajah Zionis-Israel adalah aksi dari sekelompok orang yang intoleran dan anti semit,” demikian jelas Khairul Rizky dalam rilis yang dikirimkan pada hidayatullah.com, Jum’at (21/02/2013) kemarin.

Pernyataan Khairul dari SOA disampaikan menyusul keberatan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) atas tayangan Metro TV berjudul, “Berdarah Yahudi Bernafas Indonesia” pada hari Kamis, 14 Februari 2013. [baca juga: Tayangan “Berdarah Yahudi, Bernafas Indonesia” yang Dianggap Meresahkan Itu]

Menurut, setelah dicermati, tayangan salah satu stasiun TV swasta tersebut sarat penggiringan opini yang menyudutkan umat Islam Indonesia.

Menurut Khairul, penayangan aksi-aksi peduli Palestina sebagai pembukaan tayangan TV tersebut dengan dilanjut dengan sebutan kata-kata aksi dari masa intoleransi dan anti Semit yang berulang-ulang seolah-olah ingin sengaja mengopinikan banyak kaum Muslim di Indonesia suka melakukan tindakan kekerasan pada kaum Yahudi.

Padahal antara gambar di tayangan dengan ulasan yang disampaikan dua kasus yang berbeda. Tayangan-tayangan yang dicuplik Metro saat demo anti Yahudi semuanya dalam konteks aksi pembelaan Palestina atas beberapa kasus serangan Zionis-Israel di Palestina serta aksi aksi-aksi kepedulian yang banyak dilakukan oleh aktivis-aktivis Muslim.

Sedangkan, dalam setiap aksi peduli terhadap Palestina tidak pernah ada kekerasan atau penganiyayaan terhadap orang beragama Yahudi. Ia menambahkan, setiap aksi yang dilakukan kalangan Muslim bukan ditujukan secara personal, umumnya lebih kepada protes terhadap penjajahan yang sedang dilakukan Zionis-Israel kepada wilayah Palestina.

“Aksi-aksi ini juga tidak bertentangan dengan UUD 45 sebagai dasar Negara Indonesia bahwa Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan…” jelasnya lagi.

Karenanya, SOA mengingatkan agar Metro TV bisa bersikap adil. Jika setiap melawan penjajahan yang dilakukan Zionis-Israel terhadap Palestina adalah intoleran, maka semua pendiri negeri ini jugah intoleran.

“Secara tidak langsung Metro TV menuduh kalau UUD 45 atau founding father yang telah merumuskan dasar negara ini adalah sekumpulan orang-orang yang intoleran,” tambahnya. Lebih jauh, ia meminta TV tersebut tidak terus-terus melukai hati umat Islam.*