Ayat 60, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Qur’an . Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (al-Israa’: 60)
Sebab Turunnya Ayat
Abu Ya’la meriwayatkan dari Ummu Hani bahwa setelah Nabi saw. menjalani Isra’ Mi’raj, pagi harinya beliau menceritakannya kepada beberapa orang Quraisy sehingga mereka mengejek beliau. Mereka meminta bukti, maka beliau pun menggambarkan keadaan Baitul Maqdis kepada mereka, juga menceritakan kisah kafilah dagang. Maka al-Walid ibnul-Mughirah menukas, “Orang ini adalah tukang sihir!” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “…Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia…” (296)
Ibnul Mundzir meriwayatkan hal serupa dari al-Hasan.
Ibnul Mardawaih meriwayatkan dari al-Husain bin Ali bahwa Rasulullah pada suatu hari berada dalam keadaan murung. Lalu seseorang bertanya, “Ada apa, wahai Rasulullah? Jangan pedulikan mereka. Sesungguhnya ru’ya (kejadian yang Anda lihat) itu adalah ujian bagi mereka.” Maka Allah menurunkan ayat, “…Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia…”
Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari hadits Sahl bin Sa’ad.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan hal senada dari hadits Amr ibnul-Ash, hadits Ya’la bin Murrah, dan dari mursal Sa’ad ibnul-Musayyab; tapi semua sanadnya lemah. (297)
Firman-Nya, “…dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Qur’an…”
Ibnu Abi Hatim dan al-Baihaqi meriwayatkan dalam al-Ba’ts dari Ibnu Abbas, katanya, “Ketika Allah menyebutkan az-zaqquum untuk menakut-nakuti Quraisy, Abu Jahal berkata, ‘Tahukah kalian zaqqum ini, yang dipakai Muhammad untuk menakuti kalian?’ Mereka menjawab, ‘Tidak.’ Ia berkata, “Bubur campur keju. Sungguh kalau kami mendapatkannya, kami akan menelannya bulat-bulat.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘…dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Qur’an . Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” Juga menurunkan ayat, ‘Sungguh pohon zaqquum itu, makanan bagi orang yang banyak dosa.”‘ (ad-Dukhaan: 43-44)
Ayat 73, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.” (al-Israa’: 73)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Mardawaih dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ishaq dari Muhammad bin Abi Muhammad dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa Umayyah bin Khalaf, Abu Jahal bin Hisyaam, dan sejumlah pembesar Quraisy lain mendatangi Rasulullah dan berkata, “Hai Muhammad, ayo usaplah (sembahlah) tuhan-tuhan kami, nanti kami akan masuk agamamu.” Rasulullah memang merasa tidak enak hati kalau berseteru dengan kaumnya dan beliau berharap mereka masuk Islam, maka dari itu beliau pun bersikap lunak kepada mereka. Maka Allah menurunkan ayat, “Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu…” hingga ayat 75, “…dan engkau (Muhammad tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami.”
Kata saya, “Ini adalah riwayat paling shahih tentang sebab turunnya ayat ini, sanadnya jayyid (bagus) dan ada riwayat lain yang menguatkannya.”
Abusy Syaikh meriwayatkan dari Sa’id ibnuz-Zubair bahwa dahulu Rasulullah biasanya mengusap Hajarul Aswad. Maka orang-orang Quraisy pun berkata, “Kami tdak akan membiarkanmu mengusapnya kecuali kalau kamu mengusap tuhan-tuhan kami!” Maka Rasulullah berkata (dalam hati), “Apa salahnya kalau aku lakukan, sementara Allah pun tahu aku tidak menyetujuinya?!” Maka turunlah ayat ini. (299)
Abusy Syaikh meriwayatkan hal senada dari Ibnu Syihab. Sementara dari Jubair bin Nufair ia meriwayatkan bahwa orang Quraisy mendatangi Nabi saw. lalu berkata, “Kalau kamu memang diutus sebagai rasul kepada kami, usirlah orang-orang rendahan dan bekas-bekas budak yang mengikutimu agar kamilah yang menjadi para sahabatmu.” Rasulullah lalu bergaul dengan mereka sehingga turunlah ayat ini.
Abusy Syaikh meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi bahwa Nabi saw. membaca, “Demi bintang…” Hingga, “Maka apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (berhala) al-Lata dan al-Uzza,” lalu setan membisikan kepada beliau, “Itu adalah termasuk kenikmatan yang paling utama dan sesungguhnya pertolongan mereka (lata dan uzza) sangatlah dibutuhkan.” Maka turunlah ayat, “Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah…” (al-Israa’: 76)
Sehingga beliau merasa sedih hingga Allah menurunkan ayat,
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu,...” (al-Hajj: 52)
Ini menunjukkan bahwa ayat-ayat ini surah Makkiyyah. Adapun yang mengatakan bahwa mereka surah Madaniyyah berargumen dengan riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Mardawaih dari jalur al-‘Aufi dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Tsaqif berkata kepada Nabi saw., “Beri kami waktu satu tahun agar kami memberi persembahan kepada tuhan-tuhan kami. Kalau kamu sudah memiliki barang-barang persembahan, kami akan menyimpannya, lalu kami masuk Islam dan menghancurkan tuhan-tuhan itu.” Maka Rasulullah berniat hendak memberi tangguhan waktu buat mereka. Tapi sanadnya lemah. (301)
Ayat 76, yaitu firman Allah ta’ala
“Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja.” (al-Israa’: 76)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim dan al-Baihaqi dalam ad-Dalaa’il meriwayatkan dari hadits Syahr bin Hausyab dari Abdurrahman bin Ghunm bawa orang-orang Yahudi mendatangi Nabi saw. dan berkata, “Kalau kamu seorang nabi, pergilah ke Syam, sebab Syam adalah tanah Mahsyar dan tanah para nabi.” Rasulullah membenarkan perkataan mereka sehingga beliau pergi ke Perang Tabuk hendak merebut Syam. Sesampainya di Tabuk, Allah menurunkan ayat-ayat dari surah Bani Israel setelah surah ini ditutup, “Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya,…'” (al-Israa’: 76) Dia memerintahkan beliau kembali ke Madinah dan berfirman, ‘Di sanalah tempatmu hidup, di sana pula tempatmu mati, dan di sana pula tempatmu dibangkitkan (pada hari kiamat).” (302)
Jibril berkata kepada beliau, “MIntalah kepada Tuhanmu, sebab setiap nabi punya permintaan!” Maka beliau bertanya, “Kamu suruh aku minta apa?” Ia menjawab dengan ayat 80, “Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” Ayat-ayat ini turun sekembali beliau dari Tabuk. (303)
Riwayat ini mursal, sanadnya lemah, tapi ada yang menguatkannya dari mursal Sa’id ibnuz-Zubair yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. Bunyinya, ‘”Orang-orang musyrik berkata kepada Nabi saw., ‘Para nabi dahulu tinggal di Syam. Mengapa kamu tinggal di Madinah?’ Maka beliau berniat melihat Syam sehingga turunlah ayat ini.”
Riwayat ini punya jalur lain yang mursal yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir bahwa yang mengatakan hal ini kepada beliau adalah sejumlah orang Yahudi. (304)
296. Shahih dengan hadits-hadits lain penguatnya. Disebutkan oleh Abu Ya’la dalam al-Mu’jam (1/75)
297. Dhaif. Yang dimaksud dengan ru’ya, sebagaimana disebutkan oleh al-Qurthubi (5/4010) dari Ibnu Abbas, adalah penglihatan yang disaksikan oleh Nabi saw. dengan mata kepala beliau pada malam Isra’ ke Baitul Maqdis. Ada yang berpendapat, ia adalah mimpi Nabi saw. bahwa beliau akan memasuki Mekah pada tahun Hudaibiyah, tapi ternyata beiau diusir, sehingga kaum muslimin menjadi goyah karenanya. Pendapat ini lemah, sebab surah ini surah Makkiyyah.
Ibnu Katsir (3/71) menyebutkan sebuah riwayat lain yang lemah, yang intinya bahwa ru’ya di sini adalah mimpi Rasulullah melihat Bani Marwan berebutan kursi (kedudukan) seperti monyet. Kata Ibnu Katsir, “Ini sanad yang lemah, di dalamnya ada Muhammad ibnul-Hasan bin Zabalah, seorang yang matruuk dan syekhnya juga lemah.”
298. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (3/71), “Al-‘Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon zaqquum. Ia menyebutkan, “‘Kurma campur keju,’ bukan, ‘Bubur campur keju.'”
299. Disebutkan oleh al-Qurthubi (5/4027), “Sebab turunnya adalah perkataan para pembesar Quraisy kepada Nabi saw., ‘Usirlah orang-orang rendah dan para bekas budak itu agar kami bisa duduk bersamamu dan mendengar ucapanmu!’ Rasulullah pun merasa berat hati karenanya hingga beliau dilarang (oleh Allah) melakukannya. Qatadah berkata, ‘Dituturkan kepada kami bahwa orang-orang Quraisy menemui Rasulullah secara rahasia pada suatu malam hingga pagi hari. Mereka mengagung-agungkan beliau, mengangkat diri beliau, dan mendekati beliau. Kata mereka, ‘Kamu membawa sesuatu yang tidak dibawa oleh seorang pun yang lain. Kamu adalah pemimpin kami, Tuan!’ Mereka terus bermanis mulut hingga beliau hampir melakukan apa yang mereka kehendaki. Tapi Allah melindungi beliau dari hal itu dan menurunkan ayat ini.'”
300. Ad-Durrul Mantsuur (4/214).
301. Dhaif. Al-Qurthubi dari Ibnu Abbas dari riwayat ‘Atha’ (5/4027), Ibnu Jarir (4/297), dan al-Wahidi (hlm. 243).
302. Dhaif, disebutkan oleh Ibnu Katsir (3/77). Dan lihat al-Baihaqi dalam ad-Dalaa’il (2/271-271). Ibnu Katsir juga mentarjih bahwa ayat ini turun sekembali Nabi saw. dari Tabuk.
Al-Qurthubi berkata (5/4029), “Ayat ini turun tentang niat penduduk Mekah untuk mengusir beliau. Seandainya mereka mengusir beliau, niscaya mereka tidak diberi tangguh waktu lagi. Akan tetapi Allah memerintahkan beliau berhijrah sehingga beliau keluar dengan sendirinya. Riwayat ini lebih shahih.”
303. Diriwayatkan oleh Ahmad (1/223) dalam al-Musnad dan Ibnu Jarir (15/100).
304. Ibid.
305. Shahih, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (3139) dalam at-Tafsiir dengan mengatakan, “Hasan shahih.” Juga diriwayatkan oleh al-Qurthubi (5/404). Kata Ibnu Katsir, “Al-Hasan al-Bashri mengatakan bahwa ketika orang-orang kafir Mekah bermusyawarah untuk membunuh, mengusir, atau mengurung Rasulullah, dan Allah menghendaki memerangi penduduk Mekah sehingga Dia memerintahkan beliau pergi ke Madinah, “….itulah yang dimaksud dengan firman Allah (al-Israa’ ayat 80).
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 344 – 349.