Laporan Hilal Ahmar dari Suriah: 500 Tentara Allah Turun di Suriah

Hilal Ahmar Indo

JAKARTA (VoA-Islam) – Selama sebulan, sejak 4 November hingga 4 Desember 2012, Lembaga Kemanusiaan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) memberangkan empat tim relawannya untuk Misi Kemanusiaan Suriah.

Dalam jumpa pers di kantor Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di Jl. Kramat Raya No. 45, HASI menyampaikan Laporan hasil kerja Tim 3 selama berada di Suriah. Hadir dalam pertemuan dengan tokoh DDII , diantaranya: Ustadz Abdul Wahid Alwi, KH. Cholil Ridwan, dan Pemred VoA-Islam Ustadz Mashadi.

Adapun tim yang diberangkatkan ke Suriah terdiri dari: Abu Yahya (Ketua Tim dan dan dokumenter), Oemar Mita, Lc (penerjemah), dr. Herry Sabarno (tim medis) dan Eddy Subiyanto (tim medis).

Untuk menuju Suriah, tim relawan berangkat dari Istambul – Turki, dilanjutkan menuju Hatay. Dari Hatay lalu ke kota Antakya (perjalanan darat selama 1 jam dengan menggunakan mobil). Kemudian dari Antakya menuju perbatasan (juga menelan waktu 1 jam perjalanan darat). Dari perbatasan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 45 menit untuk bisa masuk ke wilayah Suriah.

Tim HASI kemudian membangun Klinik Darurat di Desa Salma, Jabal Akrad, Latakia, Suriah. Mereka melayani untuk 26 desa. Sebagai gambaran, Jabal Akrad merupakan dataran tinggi dan daerah parawisata. Dengan kontur yang berbukit, suhu di wilayah ini boleh dikatakan cukup dingin, sekitar 3-5 derajat celcius, terkadang mendung dan turun hujan. Di wilayah ini pula kaya dengan hasil pertanian seperti apel, delima, anggur, tin dan zaitun.

Saat pecah perang di Suriah, kondisi di Jabal Akrad sudah seperti kota mati. Sekitar 50% bangunan hancur, tidak ada aliran listrik, selain dari genset yang hanya hidup dari jam 5 sore hingga 2 pagi. Akibat kehancuran tersebut, kegiatan ekonomi lumpuh. Logistik penduduk pun menganggantungkan kepada bantuan. Sebagian besar penduduk mengungsi, dan hanya menyisakan laki-laki yang menjaga kampung dan sedikit wanita dan anak-anak.

“Hampir setiap hari, desa ini diserang tentara pemerintah Suriah dengan bom dari pesawat udara dan artileri (mortar dan tank),” jelas Oemar Mita yang menyaksikan secara langsung apa yang terjadi di Suriah.

Dalam sebuah percakapan dengan mujahidin Suriah, Tim HASI mendengar cerita tentang sesuatu ang ghaib. Seperti diketahui, dari segi persenjataan dan jumlah tentara , Rezim Suriah bisa saja melakukan penyerangan darat. Tapi itu tidak dilakukan. Tentara Pemerintah Suriah lebih sering membombardir pejuang Suriah melalui roket dan pesawat udara. Ternyata, tentara Suriah pernah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri.

“Justru jumlah kalian (mujahidin Suriah) yang banyak. Ada 500 orang berpakaian putih-putih berbaris dengan senjata lengkap. Itulah sebabnya tentara Suriah berpikir seribu kali untuk menyerang melalui darat. Intinya mereka takut. Boleh jadi ini adalah tentara Allah yang diturunkan di Suriah,” kata Oemar menyampaikan apa yang terjadi di bumi para nabi dan ulama.

Lebih lanjut, Oemar mengungkapkan ihwal tipologi masyarakat di wilayah Jabal Akrad. Mereka adalah pemeluk Islam Ahlusunnah wal Jama’ah. Ada hal yang memprihatinkan dengan kondisi keislaman masyarakat di wilayah ini sebelum revolusi. Hal itu disebabkan, karena kungkungan sistem kebijakan pemerintah Suriah, mereka hidup berbaur dengan kaum Alawiyyin. Bukan hanya itu, disana juga terjadi krisis ulama. “Mengingat ini daerah wisata, maka kemaksiatan kerap terjadi di sana. Namun, Revolusi banyak membuat mereka sadar untuk kembali ke ajaran Islam,” kata Oemar.

Ironisnya, Suriah yang selama ini dikenal dengan tempat lahirnya dan belajar para ulama terkemuka, justru masyarakatnya tidak seislami yang dibayangkan. “Diantara mereka ada yang bertato, shalat sering dijama’ dalam satu waktu, tapi untuk berjihad, mereka selalu tampil untuk maju ke medan jihad dan mentalitas juang cukup baik. Meski mereka awam, rata-rata penerimaan terhadap kebenaran cukup tinggi, tergantung cara penyampaian), begitu juga penghormatan terhadap tamu sangat tinggi.”

Bantuan Kemanusiaan

Ada beberapa capaian yang sudah dilakukan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) selama berada di Suriah. Capaian itu meliputi kegiatan medis, sosial, dakwah, dan dokumentasi. Untuk kegiatan medis: Tim HASI telah membeli obat-obatan senilai Rp 20 juta, dan membuka praktik di klinik darurat, dengan melayani sekitar 60 pasien dengan berbagai macam keluhan penyakit, termasuk pelatihan menjahit luka dan pengenalan alat-alat medis bagi paramedis lokal.

Adapun kegiatan sosial, Tim Misi kemanusiaan ini juga memberi bantuan uang operasional kepada lembaga kemanusiaan dan mitra lokal senilai $ 6761, bantuan untuk 50 keluarga tidak mampu/korban dengan total senilai 2000 Lira Turki, dan Tali kasih untuk petugas RSL senilai Rp. 10 juta. “Kami juga bekerja sama dengan Ikatan Dokter Suriah,” kata Oemar menambahkan.

Untuk kegiatan dakwah, tim relawan HASI yang juga mengirimkan tenaga dai telah melakukan konsultasi agama, khutbah jumat, kuliah Subuh, dakwah fardiyah. “Keawaman masyarakat Muslim Suriah menjadi objek dakwah kami.”

Kegiatan selanjutnya adalah dokumentasi dan jurnalistik untuk penulisan berita, foto, audio, dan video, dan pembuatan buku panduan bagi relawan HASI misi Suriah. Melihat kondisi di lapangan, HASI memberikan rekomendasi sebagai berikut:

– Perlunya mengirimkan dai yang memiliki kompetensi , diperlukan bagi dai yang lancar bahasa Arab fushah,

– Perlunya mengembangkan program dakwah di lapangan, seperti: pelatihan bagi dai lokal, penerbitan buletin,

– Penjajagan kerjasama dengan lembaga dakwah internasional,

– Membuat Program anak asuh untuk disekolahkan di Indonesia.

Di bidang medis, perlunya peningkatan kualitas paramedis lokal dengan pelatihan langsung maupun menghadirkan materi tutorial dalam bentuk VCD.

Di bidang sosial, perlunya meningkatkan bantuan keuangan untuk pembelian pakaian dingin (menghadapi musim salju selama bulan Desember -Februari), membeli bahan makanan, dan bahan bakar minyak (untuk menghidupkan genset).