Nama-Nama yang Dibenci

Diriwayatkan dari Sa’id bin al-Musayib dari ayahnya bahwa ayahnya datang menghadap nabi saw. dan beliau bertanya, “Siapa namamu?” Ia menjawab, “Hazn (keras dan kasar).” Beliau bersabda, “Ganti namamu menjadi sahl (mudah).” Ia menjawab, “Aku tidak akan mengganti nama yang telah diberikan oleh ayahku.” Ibnu Musayib berkata, “Ternyata setelah itu ia terus berwajah hazanah (kasar),” (HR Bukhari [6190]).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, bahwasanya Rasulullah saw. mengganti nama ‘aashiyah (pelaku maksiat) dan ia bersabda, “Namamu Jamiilah (indah),” (HR Muslim [2139]).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, “Tadinya Juwairiyyah bernama Barrah (kebaikan), lantas Rasulullah saw. menukarnya menjadi Juwairiyah. Beliau tidak suka jika dikatakan, ‘Beliau telah keluar dari Barrah (kebaikan)’,” (HR Muslim 2140]).

Diriwayatkan dari Usamah bin Akhdari r.a, “Bahwa seorang laki-laki bernama Ashram dan ia termasuk salah seorang yang datang menghadap Rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw. bertanya, ‘Siapa namamu?’ Ia menjawab, ‘Ashram.’ Beliau bersabda, ‘Tukar namamu dengan Zur’ah’,” (Shahih, HR Abu Dawud [4954]).

Diriwayatkan dari Abu Syuraih al-Haaritsi r.a, ketika ia diutus menghadap Rasulullah saw. bersama kaumnya. Lalu beliau mendengar ia dipanggil kaumnya dengan kuniyah Abu Hakam. Lantas Nabi saw. memanggilnya dan bersabda, “Sesungguhnya Allah-lah yang disebut al-Hakam dan hukum merupakan wewenangnya. Mengapa kamu diberi kuniyah Abu Hakam?” Ia menjawab, “Apabila kaumku berselisih tentang suatu masalah, mereka datang kepadaku dan aku yang menengahi mereka hingga diridhai oleh kedua belah pihak.” Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh bagus kuniyah tersebut. Coba sebutkan nama anak-anakmu!” Ia menjawab, “Syuraih, Muslim dan Abdullah.” Beliau bersabda, “Siapa yang sulung?” Ia menjawab, “Syuraih.” Kemudian beliau bersabda, “Kalau begitu kamu adalah Abu Syuraih.” (Shahih, HR Abu Dawud [4955]).

Kandungan Bab:

  1. Dianjurkan untuk menukar nama dengan nama yang lebih baik.
  2. Dimakruhkan memakai nama yang mengandung makna kurang baik, bermakna mensucikan diri, nama yang mengundang fitnah, diambil dari sifat Allah atau diambil dari nama-nama syaitan dan perbuatan keji.
  3. Abu dawud dalam Sunannya (IV/289) berkata, “Nabi saw. menukar nama al-‘Ashi, ‘Aziz, ‘Utlah, Syaitan, al-Hakam, Ghiraab, Khabaab. Syihab beliau tukar menjadi Husyaam, Urfah menjadi Khadirah, Sya’budh Dhalaalah menjadi Sya’bul Huda, Banu Zinah menjadi Banu Rusydah dan Banu Mughwiyah menjadi Banu Risydah.”

    Abu Dawud berkata, “Untuk mempersingkat aku tidak menyebutkan sanadnya.”

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/330-331.