Perkara-perkara yang Membuat Hati Berkarat

Hati Karat

Hibatullah bin Muhammad bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Hasan bin Ali At-Tamimi bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Ja’far bercerita kepada kami, ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata, “Ayahku bercerita kepadaku, ia berkata, “Shafwan bin Isa bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu Ijlan bercerita kepada kami dari Al- Qa’qa’ bin Hakim dari Abu Shaleh dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda,. “Seorang mukmin ketika melakukan suatu dosa, maka timbullah titik hitam di hatinya. Jika ia bertaubat, meninggalkan dosanya dan membaca istighfar, maka hatinya kembali berkilau. Dan jika ia menambahi dosa, maka titik hitamnya semakin bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah maksud ‘menutupi’ yang tersebut dalam firman Allah, “Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka ” (Al-Muthaffifin: 14)

At-Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini hasan-shahih.”

Hudzaifah berkata, “Ketika seorang hamba berbuat dosa, muncullah titik hitam di hatinya. Jika berbuat dosa lagi, maka muncul lagi titik hitam di hatinya hingga hatinya laksana kambing yang tertambat.”

Ahmad bin Ahmad Al-Mutawakkili bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Bakar bin Al-Khathib bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Sa’ad bin Syadzan bercerita kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Abdillah Ash-Shaffar bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Bakar bin Abi Ad-Dunya bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Hasan bin Mahbub bercerita kepada kami, ia berkata, “Hajjaj bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu Juraij berkata, “Abdullah bin Katsir bercerita kepadaku bahwa sesungguhnya ia mendengar Mujahid berkata, “Ar-Rain (jenis penutupan hati) lebih ringan daripada Ath-Thab’ (jenis penutupan hati), Ath-Thab’ lebih ringan daripada Al-Iqfal (penguncian hati) dan Al-Iqfal lebih berat daripada itu semua.”

Al-Hasan bin Mahbub berkata, “Al-Faidh bin Ishaq bercerita kepada kami, ia berkata, “Hudzaifah Al-Mar’asyi berkata, “Ammar bin Saif bercerita kepada kami dari Al-A’masy, ia berkata, “Suatu saat kami bersama Mujahid. Lalu ia berkata, “Hati seperti ini.” Mujahid membentangkan telapak tangannya.” Ketika seseorang melakukan dosa, maka hati seperti ini.” Mujahid melipat satu jari. Mujahid berkata, “Kemudian jika ia berbuat dosa lagi, maka hati seperti ini.” Mujahid melipat dua jari. Kemudian yang ketiga, keempat, dan yang kelima, Mujahid melipat ibu jari di atas semua jari-jari tadi ketika menjelaskan dosa kelima yang dilakukan. Yang kelima ini menandakan hati manusia telah tertutup. Mujahid mengatakan, “Siapakah di antara kalian yang melihat hatinya tidak tertutup?”

Yahya bin Muadz mengatakan, “Tubuh sakit dengan penyakit-penyakit dan hati sakit dengan dosa-dosa. Sebagaimana tubuh tidak merasakan lezatnya makanan ketika sakit, begitu juga hati tidak merasakan manisnya ibadah ketika beserta dosa-dosa.”

Sebagian ahli hikmah mengatakan, “Jika hati tidak digunakan untuk tujuan penciptaannya berupa berpikir untuk menarik kemaslahatan-kemaslahatan agama dan dunia dan menjauhi kerusakan-kerusakan, maka ia menjadi kosong dan mutiaranya tertutupi. Jika ditambahi dengan perbuatan yang menambah kegelapannya, seperti minum khamar, banyak tidur, banyak lalai, maka ia menjadi seperti besi yang tetutupi karat sehingga karat merusakkannya.”

Sumber: Terjemah Dzammul Hawa, Ibnul Jauzi, Pustaka Al Kautsar, Hal 77-78