Dia dilahirkan dua tahun dua bulan setelah kelahiran Rasulullah. Dan meninggal dalam usia enam puluh tiga tahun sebagaimana usia Rasulullah.
Dia tumbuh dan besar di Makkah dan tidak pernah keluar dari Makkah kecuali untuk tujuan dagang dan bisnis. Dia memiliki harta kekayaan yang sangat banyak dan kepribadian sangat menarik, memiliki kebaikan yang sangat banyak, dan sering melakukan perbuatan-perbuatan terpuji. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Dughunnah, Sesungguhnya engkau selalu menyambung tali kasih dan keluarga, bicaramu selalu benar, dan kau menanggung banyak kesulitan, kau bantu orang-orang yang menderita dan kau hormati tamu.
An-Nawawi berkata, “Dia termasuk tokoh Quraisy di masa Jahiliyah, orang yang selalu diminta nasehat dan pertimbangannya, sangat dicintai di kalangan mereka, sangat tahu kode etik yang ada di kalangan mereka. Tatkala Islam datang, dia mengedepankan Islam atas yang lain, dan dia masuk Islam dengan sempurna.”
Zubair bin Bakkar dan Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ma’ruf bin Kharbudz dia berkata, “Sesungguhnya Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah seorang dari sepuluh orang Quraisy yang kejayaannya di masa Jahiliyah bersambung hingga zaman Islam. Dia mendapat tugas untuk melaksanakan diyat (tebusan atas darah kematian) dan penarikan hutang. Ini terjadi karena orang-orang Quraisy tidak memiliki raja dimana mereka bisa mengembalikan semua perkaranya pada raja itu. Pada setiap kabilah di kalangan Quraisy saat itu, ada satu kekuasaan umum yang memiliki kepala suku dan kabilah sendiri. Adapun tugas dan kewenangan yang ada pada Bani Hasyim adalah memberi makan dan minum kepada orang yang berkunjung ke Ka’bah, artinya tidak ada seorang pun yang makan dan minum kecuali dari makanan dan minuman mereka. Sedangkan untuk Bani Abdud Dar adalah menjaga pintu masuk Ka’bah, membikin bendera dan mengadakan pertemuan. Artinya ialah, tidak seorang pun yang boleh masuk Ka’bah kecuali melalui izinnya. Jika orang-orang Quraisy mengibarkan bendera maka orang-orang dari Bani Abdud Darlah yang bertugas memancangkan. Jika mereka melakukan pertemuan, maka semua urusan pertemuan itu ditanggung dan dikelola oleh mereka. Dan pertemuan yang diadakan harus di Dar Nadwah, dan tidak dilakukan kecuali melalui pertemuan di tempat itu. Inilah tugas dari Bani Abdud Dar.”
Abu Bakar Adalah Orang yang Paling Bersih di Masa Jahiliyah
Ibnu Asakir meriwayatkan dengan sanadnya yang sahih dari Aisyah, dia berkata, “Demi Allah, Abu Bakar tidak pernah melantunkan satu syair pun di masa Jahiliyah dan tidak pula di masa Islam. Dia dan Utsman tidak pernah minum minuman keras di zaman Jahiliyah.”
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, dia berkata, “Abu Bakar sama sekali tidak pernah mengucapkan syair.”
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Al-Aliyyah Ar-Rayahi, dia berkata, “Dikatakan kepada Abu Bakar di tengah sekumpulan sahabat Rasulullah, “Apakah kamu pernah meminum minuman keras di zaman Jahiliyah?” Dia berkata, “Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan itu!”
Kemudian dikatakan padanya, “Mengapa tidak kamu lakukan itu?” Dia berkata, “Saya menjaga kehormatan saya, saya menjaga kepribadian saya, sebab orang yang minum minuman keras adalah orang yang menyia-nyiakan kehormatan dan kepribadiannya.” Ar-Rayahi berkata, “Perkataan itu didengar oleh Rasulullah dan dia bersabda, “Benar apa yang dikatakan oleh Abu Bakar, benar apa yang dikatakan oleh Abu Bakar.” Hadits ini adalah hadits mursal dan gharib baik sanad dan matannya
Gambaran Tentang Sifat Abu Bakar
Ibnu Saad meriwayatkan dari Aisyah bahwa seorang laki-laki berkata kepadanya, “Coba sebutkan kepada saya gambaran tentang Abu Bakar! Kata Aisyah, “Dia adalah laki-laki dengan kulit putih, kurus, tidak terlalu lebar bentuk tubuhnya, sedikit bungkuk, tidak bisa untuk menahan pakainnya turun dari pinggangnya, tulang-tulang wajahnya menonjol, kedua matanya cekung, keningnya menonjol, dan pangkal jemarinya datar.”
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Abu Bakar mewarnai rambutnya dengan daun pacar dan katam (nama jenis tumbuhan). Dia juga meriwayatkan dari Anas, dia berkata, Rasulullah datang ke Madinah, dan tidak ada salah seorang dari para sahabatnya yang beruban kecuali Abu Bakar, maka dia menyemirnya dengan daun pacar dan katam.
Sumber: Tarikh Khulafa’, Imam Suyuthi, hal 18-22.