Keutamaan Berqurban

Qurban

Menyembelih hewan kurban adalah sunnah Rasul yang sarat dengan hikmah dan keutamaan.

Keutamaan berkurban dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Berkurban merupakan syiar-syiar Allah

Yang dimana syiar-syiar Allah harus disebarkan kemudian disyukuri. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala pada surah al-Hajj ayat 36.

“Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.”

  1. Berkurban merupakan bagian dari Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sebab, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menganjurkan dan melaksanakannya. Maka dari itu, setiap muslim yang berkurban seyogyanya mencontoh beliau dalam pelaksanaan ibadah yang mulia ini. Seperti hadits nabi ini,

أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبر ووضع رجله على صفاحهما

“Nabi Muhammad SAW menyembelih dua ekor domba jantan bertanduk yang kemudian disembelihnya dengan tangannya, kemudian beliau membaca basmalah dan mengucapkan “Allahu Akbar” lalu meletakkan menginjak telapak tangan mereka”

  1. Berkurban termasuk ibadah yang paling utama.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ١٦٣

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (al-An’am: 162—163)

Demikian pula firman-Nya,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan sembelihlah hewan kurban.” (al-Kautsar: 2)

Sisi keutamaannya adalah bahwa dalam dua ayat di atas, Allah subhanahu wa ta’ala menggandengkan ibadah berkurban dengan ibadah shalat yang merupakan rukun Islam kedua.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531—532) ketika menafsirkan ayat kedua surah al-Kautsar menguraikan,

“Allah subhanahu wa ta’ala memerintah beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini, yaitu shalat dan menyembelih kurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu, merasa butuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah subhanahu wa ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya….”

Beliau mengatakan lagi,

“Oleh sebab itulah, Allah subhanahu wa ta’ala menggandengkan keduanya dalam firman-Nya,

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (al-An’am: 162)

Walhasil, shalat dan menyembelih kurban adalah ibadah paling utama yang dapat mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala….”

Beliau juga menegaskan,

“Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih kurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat….”