Potret Pendidikan Anak Kecil Pada Zaman Nabi dan Sahabat

Tugas mendidik adalah tugas yang paling mulia. Karena mendidik itu adalah tugas nya para nabi dan rasul alaihimussalam. Dan nabi kita, Muhammad shalallahualahi wa salam adalah muallimul basyar (pendidik manusia), tidaklah beliau disifati dengan itu kecuali untuk para pendidik dari ummatnya mencontoh beliau, bagaimana cara dan praktek beliau dalam mendidik ummatnya.

Allah berfirman bahwa Rasulullah adalah pendidik dalam surat Ali Imran ayat 164

لَقَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”

Dan sabda Rasulullah shalallahualahi wa salam

إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَمْ يَبْعَثْنِيْ مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا، وَلَكِنْ بَعَثَنِيْ مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا

“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk mempersulit orang lain dan tidak pula untuk  mencari kesalahannya tetapi Dia mengutusku sebagai pendidik yang memberi kemudahan” (HR. Muslim)

Muawiyah bin Al Hakam menceritakan bahwa suatu ketika ada seseorang bersin saat shalat. Kemudian aku menjawabnya: Yarhamukallah. Seketika orang-orang langsung melihat ke arah ku, seakan akan mereka mengingkarinya. Kemudian,setelah selesai shalat, Rasulullah menghadap ke arah kami kemudian bersabda, ““Sesungguhnya shalat ini tidak layak ada sesuatu kata-kata orang pun didalamnya, shalat hanyalah tasbih, takbir dan bacaan Al Quran,”. Sungguh! aku belum pernah menemui pendidik sebaik beliau. Beliau tidaklah menghardikku, atau mencelaku dan tidak pula memukulku.

Maka dari itu, pendidikan di zaman nabi sangat mendapat perhatian. Maka dibuatlah halaqah-halaqah pada kurun awal untuk mengajari anak-anak, yang disebut dengan kuttab.

Pada zaman Abu Bakar terdapat kantor untuk mengajar membaca dan menulis. Dan pada zaman Umar bin Khattab, ia mengalokasikan waktu belajar untuk anak-anak. Mereka duduk belajar setelah shalat Shubuh hingga waktu Dhuha, dan setelah shalat Dzuhur hingga datang shalat Ashar. Waktu sekolah mereka di 5 hari aktif, sedang 2 hari lainnya libur, yaitu hari Kamis dan Jumat.

Dahulu di kota Madinah ada 3 pengajar Al Quran. Umar bin Khattab memberi  upah mereka sebesar 15 dirham setiap bulannya.

Kemudian setelah itu tersebarlah kuttab-kuttab di seluruh penjuru negri. Dan ulama-ulama pilihan lah yang berani  untuk mengajar dan mendidik. Diantara mereka ada Abu Shalih, Abu Abdirrahman As Sulami, Adh Dhahak bin Muzahim dan Abdullah bin Harits.

Sufyan bin Uyainah pernah berkata bahwa Adh Dhahak bin Muzahim dan Abdullah bin Harits adalah pengajar anak kecil, dan mereka berdua tidak mengambil upah darinya.

Pada saat itu, orang yang memiliki anak kecil menyerahkan anaknya untuk dididik jika sudah akil dan dapat membedakan yang baik dan buruk. Hingga mereka menyelesaikan Al Quran dan mempelajari kewajiban agama islam.

Wallahu a’lam bishshowab

Sumber: Risalah fi Riyadhah Ash Sibyan, Syamsuddin Al Anbabiy, hal 17-19