Allah berfirman mengabarkan tentang orang-orang munafik:
يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An- Nisa: 124)
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang- orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (Al-Ma’un: 4-7)
يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia.” (Al-Baqarah: 264)
فَمَن كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ، فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110). Yaitu tidak melakukan amalan dengan maksud riya’.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu ia berkata bahwa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, manusia yang pertama kali diputuskan (perkaranya) pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid. Ia didatangkan, Allah memberitahukan nikmat-nikmat yang Ia berikan padanya, ia mengakui semua itu, lalu Allah bertanya, ‘Apa yang kau lakukan dengan (nikmatnikmat) itu?’
‘Aku berperang karena-Mu hingga aku mati syahid,’ jawabnya.
‘Kau berdusta, kau berperang agar kau dibilang pemberani, dan memang dikatakan (seperti itu),’ kata Allah. Ia kemudian diperintahkan untuk diseret dengan wajah di bawah, lalu dilemparkan ke neraka.
Selanjutnya seseorang yang diberi keleluasaan (rezeki) oleh Allah. Allah memberinya berbagai macam harta benda.
Ia didatangkan, Allah memberitahukan nikmat-nikmat yang Ia berikan padanya, ia mengakui semua itu, lalu Allah bertanya, ‘Apa yang kau lakukan dengan (nikmat-nikmat) itu?’
‘Tidaklah aku membiarkan satu pun jalan yang Engkau sukai untuk diberi infak, melainkan aku berinfak di sana karenaMu.’
‘Kau berdusta, tapi kau melakukan (hal itu) agar dibilang orang dermawan, dan memang dikatakan (seperti itu),’ kata Allah. Ia kemudian diperintahkan untuk diseret dengan wajah di bawah, lalu dilemparkan ke neraka’.
Kemudian seseorang yang belajar dan mengajarkan ilmu, serta membaca Al-Qur’an. Ia didatangkan, Allah memberitahukan nikmatnikmat yang Ia berikan padanya, ia mengakui semua itu, lalu Allah bertanya, ‘Apa yang kau lakukan dengan (nikmat-nikmat) itu?’
‘Aku mempelajari dan mengajarkan ilmu, dan aku membacaAl-Qur’an karena-Mu,’ jawabnya.
‘Kau berdusta, tapi kau mempelajari ilmu agar kau disebut alim, dan kau membaca Al-Qur’an agar kau disebut qari’, dan memang dikatakan (seperti itu),’ kata Allah. Ia kemudian diperintahkan untuk diseret dengan wajah di bawah,lalu dilemparkan ke neraka.”
Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من سمع سمع الله به، ومن ثواني يراني به
“Barang siapa memperdengarkan amalannya (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan (aib)nya (pada hari kiamat), dan siapa yang memamerkan amalannya (riya’), Allah akan memamerkan (aib) nya (pada hari kiamat). (HR. Bukhori)
Al-Khatthabi menjelaskan, artinya barang siapa melakukan suatu amalan secara tidak ikhlas, hanya ingin agar orang lain melihat dan mendengarnya, maka balasan yang diberikan padanya adalah aibnya. akan disebarkan dan dibeberkan, segala aib dan kekurangan yang dulu ia sembunyikan akan tampak pada dirinya. Wallahu a’lam.
Nabi bersabda, “Sedikit (saja) dari riya adalah syirik.” (HR. Bukhori)
Nabi bersabda, “Yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil. Beliau ditanya, ‘Apa itu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Riya. Allah berfirman pada hari la memberikan balasan kepada para hamba atas perbuatan-perbuatan yang telah mereka lakukan, “Temuilah orang-orang yang dahulu kalian memperlihatkan amal perbuatan kepada mereka, lalu perhatikan apakah kalian mendapatkan suatu balasan di sisi mereka?” (HR. Ahmad)
Ada yang menyatakan terkait firman Allah Azza wa Jalla:
وبدا لهم من اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ
“Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (Az-Zumar: 47)
Mereka melakukan amal perbuatan baik di dunia dengan maksud riya’, kemudian amalan amalan tersebut tampak buruk bagi mereka pada hari kiamat. Sebagian salaf setiap kali membaca ayat ini selalu mengatakan, “Cekalalah orang-orang yang melakukan amal perbuatan karena riya.”
Ada yang menyatakan, “Orang yang melakukan amalan karena riya dipanggil dengan empat nama pada hari kiamat, wahai orang pamer, wahai pengkhianat, wahai orang keji, wahai orang yang rugi, pergilah lalu ambillah upahmu dari orang yang kau melakukan amalan karenanya, karena kau tidak memiliki pahala di sisi kami.” (Sanad hadits ini dhaif)
Hasan berkata, “Orang yang melakukan amalan karena riya, ingin mengalahkan takdir Allah dalam dirinya, ia adalah orang buruk yang menginginkan dibilang orang lain sebagai orang baik. Bagaimana orang lain bisa mengatakan seperti itu, sementara ia sendiri menempati posisi yang hina di hadapan Rabbnya. Hati orang-orang mukmin harus mengetahui hal ini.” (Al-Ihya’:1Il/296)
Qatadah berkata, “Apabila seorang hamba melakukan amalan karena riya’. Allah berfirman. “Lihatlah hamba-Ku, bagaimana dia memperolok olok diri-Ku.”
Diriwayatkan, suatu ketika Umar bin Khatthab Radiyallahu ‘anhu melihat seseorang menundukkan kepala, Umar berkata, “Hai kamu yang menundukkan kepala, tegakkan kepalamu, kekhusyukan itu bukan di kepala, tapi di hati.”
Ada yang mengatakan, Abu Umamah Al-Bahili Radiyallahu ‘anhu mendatangi seseorang di masjid yang tengah sujud, ia menangis dan berdoa dalam sujudnya, Abu Umamah kemudian berkata kepadanya, “Kau boleh melakukan hal ini jika kau berada di rumahmu.”
Muhammad bin Mubarak Ash-Shuri berkata. “Tampakkan doa pada malam hari, karena itu lebih mulia daripada menampakkan doa di siang hari: doa pada siang hari itu untuk makhluk sementara doa pada malam hari itu untuk Rabb semesta alam.”
Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu berkata, “Orang yang melakukan amalan karena riya’ memiliki sejumlah tanda; malas ketika hanya seorang diri, giat ketika berada di tengah-tengah banyak orang, meningkatkan amalan ketika dipuji, dan berkurang amalnya ketika dicela.”
Fudhail bin Iyadh Radiyallahu ‘anhu berkata, “Meninggalkan amalan karena manusia itu riya’, dan melakukan amalan karena manusia itu syirik. Ikhlas adalah ketika Allah menghindarkanmu dari keduanya.”
Kita memohon kepada Allah pertolongan dan ikhlas dalam segala amal perbuatan, tutur kata, dan segala tindak-tanduk, sesungguhnya la Maha Pemurah, Maha Mulia.
Sumber: Dosa-Dosa Besar, Imam Adz-Dzahabi, Ummul Qura, hal 264-268.