Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qaaf: 18)
Ketahuilah bahwa setiap mukallaf harus menjaga lisannya dari segala jenis perkataan, kecuali terhadap perkataan yang mengandung manfaat. Maka dalam situasi jika diam dan berbicara memiliki mashlahat yang sama, maka dalam As Sunnah lebih baik bersikap memilih diam ketimbang berbicara. Sebab pembicaraan yang berstatus mubah, membuka jalan perbuatan haram dan makruh dan yang demikian ini banyak sekali terjadi. Sedangkan selamat dari perbuatan haram dan makruh adalah keberuntungan yang tiada tara. Nabi bersabda,
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (Muttafaqun alaih)
Hadits ini yang sudah disepakati keshahihannya, adalah sebuah dalil yang jelas bahwa seseorang tidak boleh berbicara kecuali yang baik dan mengandung hal yang bermanfaat. Maka jika seseorang ragu-ragu apakah suatu pembicaraan mengandung manfaat atau tidak, maka jangalah berbicara.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila seseorang hendak berbicara, maka hendaknya dia berpikir sebelum berbicara. Jika ada kebaikan atau manfaat dalam apa yang ia bicarakan, hendaklah dia berbicara. Dan jika ia ragu, maka jangan bicara hingga ia menjernihkan keraguannya (dengan menjadikan pembicaraannya baik).”
Abu Musa Al Asy’ari meriwayatkan. Saya berkata, “Ya Rasulallah, manakah muslim yang terbaik?”. Beliau bersabda,
من سلم المسلمون من لسانه ويده
“Ialah yang mana orang-orang muslim selamat dari lisan dan tangannya” (Muttafaqun alaih)
Disini disebutkan 2 anggota badan, lisan dan tangan, dikarenakan dari keduanyalah dapat muncul banyak keburukan. Dengan lisan seseorang bisa berghibah, mencela, menghardik, serta bersaksi palsu. Sedang dengan tangan seseorang dapat membunuh, mencuri, memukul. Barangsiapa yang bisa menjaga keduanya dengan baik, dialah sebaik-baik muslim. Oleh karna itu sahabat Abdullah bin Mas’ud berkata, “Tidak ada sesuatu yang pantas dipenjarakan kecuali lisan”
Allah Subhanahu wa taala menjajikannya surga bagi siapa yang dapat menjaga lisannya,
من وقاه اللهُ شر ما بين لحييه وشر ما بين رجليه دخل الجنّة
“Barang siapa yang Allah jaga dari keburukan apa yang ada di antara rahangnya dan apa yang di antara pahanya akan masuk surga” (HR. Tirmidzi)
Jadi, marilah kita selalu meminta pertolongan kepada Allah agar dijauhkan dari keburukan lisan dan dibimbing untuk berkata yang baik.
Wallahu alam bishshowab
Dikutip dari: Terjemah Al Adzkar, Imam An Nawawi hal 1-8