Ketahuilah bahwa kemurahan hati dan kebkhilan bertingkat-tingkat. Derajat tertinggi dari kemurahan hati adalah mendahulukn orang lain, yaitu engkau memberikan hartamu kepada orang lain meskipun engkau membutuhkannya.
Derajat kebakhilan paling berat adalah kebakhilan seseorang terhadap dirinya sekalipun dia membutuhkan, tidak sedikit orang yang bakhil yang menahan harta, dia sakit dan tidak bertaubat, menginginkan sesuatu namun tidak memenuhinya karena kikir. Berapa jauh perbedaan antara orang yang kikir terhadapnya sekalipu dirinya membutuhkan dengan dengan orang yang mementingkan orang lain walaupun dirinya membutuhkan. Akhlak adalah karunia yang Allah letakkan dimana Dia berkehendak.
Diatas sifat mendahulukan orang lain tidak ada tingkatan bagi kedermawanan. Allah telah memuji para sahabat Rasulullah dengan akhlak ini. Allah berfirman,
وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Asbabun Nuzul ayat ini adalah kisah Abu Thalhah manakala dia memberikan makanannya dan makanan anak-anaknya kepada orang lain padahal dia dan anak-anaknya membutuhkannya, kisahnya terkenal di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah.
Dalam perang Yarmuk Ikrimah bin Abu Jahl , Suhail bin Amr, Al-Harits bin Hisyam dan beberapa orang dari Bani Mughirahgugur sebagai syahid, dan sebelum wafat seseorang mendatangi mereka dan hendak memberi minum saat mereka sedang sekarat, mereka menolak minum sebelum saudaranya minum sehingga mereka semuanya mati tanpa minum. Ikrimah di beri air, dia melihat kepada Suhail bin Amr yang melihat kepadanya, maka Ikrimah berkata, “Biar dia dulu yang minum.” Lalu Suhail melihat kepada Al-Harits yang melihat kepadanya, maka dia berkata, “Beri dia dulu.” Setiap orang dari mereka mementingkan saudaranya, maka mereka semuanya mati tanpa ada yang minum, Khaliad melewati mereka dan berkata, “Aku siap mengorbankan diriku untuk kalian.”
Seorang sahabat Rasulullah di beri kepala kambing, dia berkata, “Saudaraku lebih membutuhkan daripada diriku.” Maka dia memberikannya kepadanya, yang di beri memberikannya kepada yang lain, sampai kepalasampai kepala itu berputar tujuh rumah dan kembali lagi kepada yang pertama.
Abdullah bin Ja’far keluar melihat-lihat tanah miliknya, lalu beliau singgah di sebuah kebun milik suatu kaum. Disana ada seorang budak hitam yang bekerja, makanan budak tersebut disediakan, saat dia hendak makan, tiba-tiba seekor anjing masuk kedalam kebun, anjing itu mendekat kepada budak hitam, budak tersebut melemparkan sepotong roti, maka anjing itu memakannya, kemudian budak itu melemparkan potongan kedua dan anjing itu memakannya kemudian budak itu melemparkannya lagi potongan yang ketiga dan anjing itu memakannya sementara Ibnu Ja’far melihatnya.
Maka dia mendekat dan berkata, “Fulan berapa jatah makanmu dalam sehari ? maka budak itu menjawab, “Seperti yang engkau lihat.” Ibnu Ja’far bertanya lagi, “Lalu mengapa engkau memberikannya kepada anjing itu.?” Budak itu menjawab, “Daerah bukan daerah anjing, maka anjing itu sepertinya datang dari jauh, dia lapar, maka aku tidak ingin mengusirnya.” Ibnu Ja’far bertanya lagi, “Lalu apa yang kamu lakuan hari ini?” Budak menjawab, “Menahan lapar”. Lalu Abdullah bin Ja’far membeli kebun sekaligus peralatannya, dan dia membeli budak itu dan memerdekakannya, kemudia memberikan kebun itu kepadanya.”
Dan masih banyak kisah para salaf terdahulu yang mendahulukan saudaranya ketimbang dirinya padahal dirinya juga membutuhkan. Ini menjadi pelajaran bagaimana kita mencapai derajat kedermawanan yang tinggi yaitu Itsar mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri padahal dirinya membutuhkan.
Sumber: Mukhtashar Minhajul Qashidin oleh Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi