Pengaruh Rasa Takut Kepada Allah

Sesungguhnya Allah menciptakan manusia agar manusia kenal dengan penciptanya, beribadah kepada-Nya, dan takut kepada-Nya. Dan Allah telah memberikan bukti akan kebesaran dan keagungan-Nya sehingga manusia akan merasa takut kepada-Nya dengan takut yang penuh penghormatan dan penghambaan. Allah juga telah menerangkan akan beratnya siksaan dankengerian tempat penyiksaan yang telah disiapkan untuk siapa saja yang bermaksiat kepada-Nya. Hal ini Allah lakukan agar kita senantiasa takut kepada-Nya dan terus meningkatkan kualitas ketakwaan.

Allah ta’ala banyak sekali mengulangi di dalam Al-Qur’an ayat-ayat yang menjelaskan tentang neraka dan siksaan yang terjadi di dalamnya. Dan Allah mengingatkan kepada hamba-Nya agar takut terhadap apa yang telah Dia siapkan untuk orang yang menentang-Nya. Allah ta’ala juga memerintahkan untuk bersegera dalam mengerjakan amalan yang akan menjadi penyelamat dari siksa api neraka, dan meninggalkan perbuatan yang akan mendekatkan pelakunya kepada neraka.

Sungguh orang yang beriman harus mendapati dua hal dalam dirinya untuk bisa mengarungi kehidupannya sampai ia bertemu dengan Allah ta’ala. Dua hal tersebut adalah rasa takut akan kedudukan Rabbnya dan rasa cinta juga harap yang ia gantungkan hanya kepada Rabbnya semata. Keduanya adalah sayap bagi orang yang beriman. Sebagaimana sayap burung, jika keduanya sejajar maka burung tersebut akan mampu untuk terbang. Namun jika salah satu dari keduanya rusak, maka burung itu akan jatuh dan berada pada titik paling rendah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk seorang pemuda yang sedang menjelang sakaratul maut (saat menjelang kematian), maka beliau bertanya kepada pemuda tersebut,

كَيْفَ تَجِدُكَ؟ قَالَ: وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّى أَرْجُو اللَّهَ وَإِنِّى أَخَافُ ذُنُوبِي. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ :لاَ يَجْتَمِعَانِ فِى قَلْبِ عَبْدٍ فِى مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ. رواه الترمذي وابن ماجه وغيرهما.

“Apa yang kamu rasakan (dalam hatimu) saat ini?” Dia menjawab: “Demi Allah, wahai Rasulullah, sungguh (saat ini) aku (benar-benar) mengharapkan (rahmat) Allah dan aku (benar-benar) takut akan (siksaan-Nya akibat dari) dosa-dosaku”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah terkumpul dua sifat ini (berharap dan takut) dalam hati seorang hamba dalam kondisi seperti ini kecuali Allah akan memberikan apa yang diharapkannya dan menyelamatkannya dari apa yang ditakutkannya.” (Shahih At-Tirmidzi 983)

Tatkala bertambah rasa takut seorang hamba terhadap Rabbnya, maka semakin bertambah amal yang ia kerjakan, semakin sedikit rasa takjubnya terhadap dirinya sendiri, dan semakin sedikit kemaksiatannya yang ia lakukan. Namun tatkala semakin sedikit rasa takut akan kedudukan Rabbnya, maka akan semakin sedikit amalan yang akan ia kerjakan, semakin besar rasa takjub akan dirinya, dan semakin besar kemaksiatan yang akan ia kerjakan.

Sifat takut akan kebesaran dan kedudukan Allah adalah sifat yang paling menonjol yang dimiliki oleh orang-orang shalih. Mereka membutuhkan rasa takut itu untuk bisa memenuhi kewajiban-kewajiban mereka sebagai seorang hamba. Rasa takut itu semakin membesar tatkala mereka tidak mengetahui bahwa apa yang telah mereka kerjakan diterima oleh Allah atau tidak. Aisyah radhiyallahu anha pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berkenaan dengan firman-Nya,

وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ

“Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.” (Al-Mu’minun: 60)

Aisyah radhiyallahu anha bertanya, “Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr (minuman keras) dan mencuri?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bukan, wahai anak perempuan ash-Shiddiq (Abu Bakar). Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat dan sedekah, dan mereka khawatir amalan mereka tidak diterima. Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi 3/287)

Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah,

“Sesungguhnya rasa takut memiliki kedudukan yang tinggi, ia termasuk dari kelengkapan iman. Allah berfirman,

وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman.” (Ali-Imran: 175)

فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ

“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.” (Al-Maidah: 44)

اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ

“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.” (Fatir: 28)

Dan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

أنا أعلمكم بالله وأشدكم له خشية

“Sesungguhnya aku adalah yang paling mengenal Allah, dan aku paling takut kepada-Nya.”

Maka tatkala seorang hamba semakin dekat dengan Rabbnya, maka dia akan semakin takut kepada-Nya melebih rasa takut kepada selain-Nya. Sungguh Allah telah menyifati para malaikat sebagaimana firman-Nya,

يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِّنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Mereka takut kepada Rabb yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (An-Nahl: 50)

Dan firman-Nya,

الَّذِيْنَ يُبَلِّغُوْنَ رِسٰلٰتِ اللّٰهِ وَيَخْشَوْنَه وَلَا يَخْشَوْنَ اَحَدًا اِلَّا اللّٰهَ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ حَسِيْبًا

“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (Al-Ahzab: 39)

“Dan hanya orang-orang yang dekat dengan Allah lah yang paling besar rasa takutnya.” (Fathul Bari 11/313)

Sungguh telah datang kabar bagaimana para salaf begitu takut kepada Allah, takut kepada ancaman-Nya, dan takut jika amalannya tidak diterima oleh-Nya. Diriwayatkan dari Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, bahwa ia berkata

لو نادى منادٍ من السماء: أيها الناس، إنكم داخلون الجنة كلكم إلا رجلاً واحدًا، لخفت أن أكون أنا هو

“Kalaulah terdapat seruan dari langit, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian semua masuk ke dalam surga kecuali satu seorang di antara kalian, maka sungguh aku benar-benar takut jika orang tersebut adalah aku.” (At-Takhfif Min An-Nari: 17)

Maka lihatlah wahai saudaraku, Umar bin Khattab adalah orang yang telah dikabarkan dengan surga. Akan tetapi beliau tetap begitu takutnya jika ia tidak menjadi ahlu surga. Lantas bagaimana kita yang tidak dijamin dengan surga? Bagaimana dengan kita yang amalannya masih diragukan apakah akan diterima ataukah tidak?

Tatkala Abu Hurairah sakit, ia menangis. Maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Abu Hurairah?” Beliau menjawab,

أما إني لا أبكي على دنياكم هذه، ولكنني أبكي لبعد السفر وقلة الزاد، لقد وقفت في نهاية طريق يفضي بي إلى الجنة أو النار، ولا أدري في أيهما أكون

“Adapun aku tidaklah menangisi dunia ini. akan tetapi aku menangi karena jauhnya perjalanan yang harus aku tempuh (setelah mati) sedangkan bekalku hanya sedikit. Saya telah sampai di ujung jalan yang akan menghantarkanku ke surga atau neraka, sedangkan aku tidak tahu dimana aku akan bertempat.” (Mausuatul Akhlaq wa Az-Zuhud wa Ar-Raqaiq 2/349)

Wahai saudaraku seiman! Sungguh rasa takut kepada Allah akan memberikan dampak yang luar biasa. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Mendapatkan kemenangan berupa surga dan ridho-Nya, juga terselamatkan dari api neraka.
  2. Barangsiapa yang takut kepada-Nya di dunia, akan dihilangkan rasa takutnya pada hari kiamat.
  3. Tanda kesempurnaan iman dan kebaikan Islam.
  4. Akan melahirkan kecintaan kepada Allah dan ketaatan.
  5. Sebab kebahagian seorang hamba di dunia dan akhirat.
  6. Tanda bahwa hati dan jiwanya bersih.
  7. Menjadi sebab mendapatkannya hidayah.
  8. Rasa takut kepada Allah akan menjauhkan hamba dari keterjatuhan dalam kemaksiatan.
  9. Rasa takut akan kedudukan-Nya akan memaksa seorang hamba untuk sadar akan lemah dan rendahnya dirinya. Sehingga hal tersebut akan menjadikan ia memiliki perangai yang baik dan terhindar dari rasa sombong dan berbangga diri.