Sungguh kebaikan agama seseorang di dunia adalah kebahagiaan dan kesuksesannya di akhirat kelak. Dan sungguh modal paling utama seseorang adalah agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakan agamanya dan bahkan mengarahkannya kepada fitnah, maka dia pasti akan gagal dan merugi. Namun barang siapa yang menjaga modal utamanya, dan berusaha untuk memperkuatnya, maka dia pasti akan beruntung dan sukses. Oleh karena itu, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mengajarkan doa kepada kita,
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi penjaga urusanku, dan perbaikilah duniaku yang menjadi tempat penghidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku, dan jadikanlah kehidupan ini menjadi tempat untuk bertambahnya setiap kebaikan dan jadikanlah kematian menjadi tempat istirahat dari setiap keburukan”. (Hadits riwayat Muslim: 2720)
Imam Al-Manawy berkata,
( اللهم أصلح لي ديني الذي هو عصمة أمري ) أي : الذي هو حافظ لجميع أموري ، فإن مَن فسد دينُه فسدت جميعُ أموره وخاب وخسر في الدنيا والآخرة
(Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi penjaga urusanku) adalah Dzat yang telah menjaga segala urusanku, karena barang siapa yang agamanya rusak maka akan rusak semua urusannya, dan dia akan gagal dan rugi di dunia dan akhirat”. (Faidhul Qadir: 2/173)
Oleh karena itu, agar seorang muslim mampu menjaga agamanya di zaman penuh fitnah, maka seorang muslim harus meniti jalannya orang-orang beriman dan mengikuti nasehat mereka. Di antaranya adalah sebagai berikut:
- Menjauhi lingkungan yang dapat merusak dunia dan akhirat. Maka seseorang tidak boleh bertempat tinggal di negeri kafir, dan menjalin pergaulan dengan orang-orang fasik. Sungguh barang siapa yang menjauhkan dirinya dari segala sesuatu yang menghantarkan kepada kerusakan dunia dan akhirat, maka dia sama saja menjaga agamanya dari kerusakan dengan izin Allah. Dan yang serupa dengan di atas adalah menjauhkan diri dari masalah khilafiyah antara kaum muslimin. Terkhususnya jika perbedaan tersebut akan menyebabkan keterputusan, saling membelakangi dan peperangan. Berkata Imam Ibnu Taimiyah, “Barang siapa yang menelaah keadaan fitnah yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, maka akan menjadi jelas bahwa tidak lah seseorang pun yang masuk di dalamnya, akan dipuji setelah dia memasukinya. Ha itu lantaran akan membahayakan bagi agama dan dunianya. Dan oleh karena itu, hal tersebut (masuk ke dalam fitnah antara kaum muslimin) sangat dilarang. Bahkan menahan diri agar tidak ikut masuk ke dalamnya adalah termasuk perintah dari Allah. Allah berfirman dalam surah An-Nur ayat ke-63,
كُمْ لِوَاذًاۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِه اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Minhajus Sunnah An-Nabawiyah 4/410)
- Dan dari perkara-perkara yang menyelamatkan agama seorang muslim di zaman fitnah adalah dengan memperkokoh keimanannya. Memperkokoh keimanan dapat dilaksankan dengan melaksanakan amal-amal yang wajib dan meninggalkan perkara-perkara yang haram. Dan dari kewajiban yang paling utama adalah dengan melaksanakan shalat. Maka seorang muslim harus menjaga untuk mendirikan shalat tepat pada waktunya dengan memperhatikan syarat, rukun, dan tingkat kekhusyu’annya. Allah ta’ala berfirman,
وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45)
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam juga telah mewasiatkan agar menegakkan ketaatan agar selamat dari fitnah agama. Dan Nabi shalallahu alaihi wa sallam juga memperingati dari fitnah dunia seperti harta, wanita, dan kedudukan yang kesemuanya itu akan menjadi penyebab seseorang menjual agamanya. Dan Nabi juga mengabarkan keadaan seorang muslim yang berada dalam keimanannya ketika malam, namun ia keluar dari agamanya ketika pagi datang dan sebaliknya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا ، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
“Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang dipagi harinya beriman dan disorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia.” (Hadits riwayat Muslim 118)
- Berdoa kepada Allah ta’ala. Sungguh Allah telah memberikan petunjuk kepada kita semua melalui lisan Nabi-Nya dengan doa-doa yang pendek namun syarat akan makna. Doa-doa ini seperti firman-Nya
اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيم
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”. (Al Fatihah: 6)
Di antara doa yang lain adalah
اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ
“Ya Allah, berilah hidayah kepadaku sama dengan seseorang yang telah Engkau berikan hidayah kepadanya, dan sehatkanlah diriku seperti orang yang telah Engkau berikan kesehatan kepadanya, dan cukupkanlah urusanku seperti orang yang telah Engkau cukupkan urusannya, berkahilah apa yang telah Engkau berikan kepadaku, jagalah diriku dari keburukan yang telah Engkau putuskan” (Hadits riwayat At-Tirmidzi 464)
Ini adalah doa qunut yang dibaca saat shalat witir. Dan masih banyak lagi doa yang di dalamnya mengandung permintaan tolong kepada Allah agar diselamatkan dari fitnah.
- Menjauhi pertemanan yang membawa dampak buruk. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang akan sesuai dengan agama sahabatnya, hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa yang hendak ia jadikan sahabatnya.” (Hadits riwayat Abu Daud 4833 dan Tirmidzi 2378)
Al-Khithabi rahimahullah berkata,
“Janganlah kamu berteman kecuali orang yang kamu ridho kepada agama dan amanahnya, karena kalau kamu tetap menjadikannya teman, maka dia akan menuntunmu kepada agama dan madzhabnya, maka janganlah terpedaya dengan agamamu dan jangan terbawa dengan kejiwaanmu hingga kamu berteman dengan orang yang kamu tidak ridho kepada agama dan madzhabnya”. (Al ‘Uzlah: 141)
- Mempelajari ilmu syar’i dan selalu mengembalikan suatu perkara kepada orang berilmu yang terpercaya. Di antara cara yang paling bagus untuk menolak fitnah di dalam agamanya adalah ilmu syar’i, oleh karenanya orang yang bodoh rentan untuk termakan fitnah di dalam agamanya, maka lihatlah mereka yang melakukan thawaf di kuburan, dan mereka yang meyakini bahwa orang yang sudah meninggal mampu memberikan manfaat dan madharat, jika anda memperhatikan kondisi mereka anda akan melihat rata-rata mereka adalah orang yang tidak berilmu, dan jika ada di antara mereka yang berilmu maka dia temasuk mereka yang menjual agamanya dengan kenikmatan dunia yang sesaat.