Menjenguk Orang Pingsan

 حدثنا عبد الله بن محمد قال حدثنا سفيان عن بن المنكدر سمع جابر بن عبد الله يقول مرضت مرضا فأتاني النبي صلى الله عليه وسلم يعودنى وأبو بكر وهما ماشيان فوجداني أغمى علي فتوضأ النبي صلى الله عليه وسلم ثم صب وضوءه على فأفقت فإذا النبي صلى الله عليه وسلم فقلت يا رسول الله كيف أصنع في مالي اقض في مالي فلم يجبنى بشيء حتى نزلت آية الميراث

511. Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Sufyan, dari Ibnul Munkadir, ia mendengar Jabir bin Abdillah berkata, “Aku pernah sakit lalu Nabi Shallahu a’lahi wa sallam bersama Abu Bakar menjengukku dengan berjalan kaki. Mereka mendapatiku dalam keadaan tak sadarkan diri (pingsan). Beliau berwudhu dan menuangkan air wudhunya kepadaku lalu aku sadar dan ternyata Nabi shallahu ‘alahi wa sallam berada di sisiku. Aku  berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan dengan hartaku? Berilah keputusan (hukum) dalam masalah hartaku.” Beliau tidak menjawab hingga turun ayat Al Quran tentang hukum warisan.” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah)

Pelajaran yang bisa diambil

  1. Meskipun orang pingsan tidak mengerti siapa yang datang menjenguknya, kita tetap dianjurkan untuk menjenguknya. Penjenguk bisa meletakan tangannya, mengusap bagian yang sakit dan mendoakan kesembuhan untuknya.
  2. Perhatian para sahabat untuk mengetahui hukum dan hak harta ketika sakit.
  3. Rasulullah tidak berucap berdasarkan hawa nafsu, tapi berdasarkan wahyu.
  4. Hendaknya seseorang tidak berkata yang tidak diketahuinya.

Sumber: Syarkh Adabul Mufrad, Husain bin Audah Al Awayisyah