Manusia Terburuk Adalah yang Ditakuti Keburukannya

Shadaqah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Uyainah menceritakan kepada kami, ia berkata,  Aku mendengar Ibnu Al-Munkadir  berkata,

سَمِعَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ  يَقُولُ : حَدَّثَتْنِي عَائِشَةُ ، أَنَّ رَجُلًا اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : ائْذَنُوا لَهُ ، فَلَبِئْسَ ابْنُ الْعَشِيرَةِ ، أَوْ بِئْسَ رَجُلُ الْعَشِيرَةِ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ أَلَانَ لَهُ الْقَوْلَ ، قَالَتْ عَائِشَةُ : فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْتَ لَهُ الَّذِي قُلْتَ ، ثُمَّ أَلَنْتَ لَهُ الْقَوْلَ ؟ قَالَ : يَا عَائِشَةُ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ – أو وَدَعَه النَّاسَ –  اتِّقَاءَ فُحْشِهِ   

Urwah bin Zubair mendengar Aisyah Radhiyallahu ‘anha mengabarkan kepadanya, “Seorang laki-laki minta izin menemui Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam. Maka beliau bersabda, ‘Izinkanlah dia masuk, sungguh dia seburuk-buruk teman bergaul.’  Ketika lelaki tersebut masuk Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam melembutkan perkataan kepadanya. Maka aku bertanya, ’Wahai Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam engkau telah mengatakan apa yang engkau katakan (perihal orang ini) kemudian engkau melembutkan perkataan kepadanya?’  Beliau bersabda,  ‘Wahai Aisyah, seburuk-buruk manusia adalah orang yang ditinggalkan manusia atau -dihindari manusia- karena takut akan kejahatannya.’”

Kandungan hadits: 

  1. Hadits ini adalah dasar mengenai interaksi sosial.
  2. Di dalamnya terhadap pembolehan melakukan ghibah terhadap orang kafir, fasik dan orang buruk lainnya agar orang lain bersikap hati-hati terhadap mereka.
  3. Sedangkan melembutkan kata setelah lelaki masuk, itu adalah bagian sebagai pendekatan agar tidak merusak keadaan keluarganya dan agar tidak bertambah jahat serta membantu mereka menjauhi iman. Jadi bersikap lembut di sini sebagai pendekatan agama, bukan untuk menampakkan sikap berbeda dengan apa yang terdapat dalam batinnya , beliau memujinya sehingga bertentangan dengan perkataan yang pertama.
  4. Perbedaan antara mudahanah dan mudarah. Mudarah adalah berkorban untuk kebaikan urusan dunia atau agama, atau keduanya. Hal ini dibolehkan atau  malah sunah. Adapun mudahanah adalah meninggalkan agama untuk kepentingan dunia. Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam mengorbankan dunianya memperlakukan temannya dengan kelembutan dalam setiap perbuatan  dan perkataannya. Dan tidak memujinya dengan perkataan dan perkataan beliau tidak bertentangan dengan perbuatannya.  

Sumber: Syarh Adabul Mufrad, Dr. Muhammad Luqman As Salafi