Gunung-gunung yang disangka orang yang bodoh hanya sekedar aksesoris di bumi, tidak penting. Padahal di gunung terdapat berbagai manfaat yang tidak terhitung kecuali oleh penciptanya. Dalam hadits riwayat Muslim tentang masuk Islamnya Dhamam bin Tsa’labah dikisahkan, ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Demi Tuhan yang telah menancapkan gunung-gunung dan meletakkan di sana berbagai manfaat, apakah Allah SWT yang telah memerintahkan engkau ini dan itu?” Jawab beliau, “Benar.”
Di antara manfaat gunung-gunung salju turun di sana, mengendap di kantong-kantongnya, menjadi persediaan air minum manusia sampai saatnya salju habis. Ia ada di sana, lalu mencair sedikit demi sedikit. Kemudian terbentuklah aliran deras, mengaliri sungai dan lembah, sehingga padang rumput dan rawa-rawa ditumbuhi berbagai macam tumbuhan, buah-buahan, dan obat-obatan yang tidak ada yang menyamainya di tanah datar dan pasir. Kalau tidak ada gunung, tentu salju akan turun di permukaan bumi, langsung mencair seluruhnya dan lenyap. Ditambah lagi mencairnya salju itu secara total menimbulkan aliran besar sehingga merusak tempat yang dilaluinya, dan menimbulkan mudarat pada manusia yang tidak mungkin dihindari.
Di antara manfaatnya juga, gua-gua yang terdapat di puncak dan lerengnya. Gua-gua itu seperti benteng yang kokoh, juga menjadi tempat kediaman manusia dan hewan.
Manfaat selanjutnya adalah batu-batunya yang dapat dipahat untuk bahan berbagai macam bangunan, juga dapat dipakai untuk alat penggilingan dan sebagainya. Termasuk manfaat gunung pula, adanya bermacam barang tambang seperti emas, perak, besi, perunggu, tembaga, dan masih banyak lagi lainnya yang tidak dapat diketahui manusia secara detail. Sampai-sampai di sana terdapat satu barang tambang yang nilainya jauh lebih besar jika dibanding nilai emas. Masih ada manfaat yang tidak diketahui selain oleh penciptanya.
Gunung juga berfungsi menolak angin badai dan mengurangi kencangnya. Gunung tidak membiarkan angin menghantam apa yang ada di lerengnya. Oleh karena itu, orang-orang yang tinggal di kaki gunung aman dari ancaman badai yang berbahaya.
Gunung juga menghalau banjir apabila gunung itu berada di saluran banjir, membelah alirannya ke samping kiri dan kanan. Juga, gunung menjadi tanda untuk mengetahui arah jalan. Ia seperti tanda/rambu yang dipasang sebagai penunjuk jalan. Oleh karena itu, Allah SWT menamainya al-a’laam (tanda-tanda). Dia berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.” (QS. Asy-Syuuraa: 32)
Al-jawaari artinya kapal-kapal, sedang al-a’laam artinya gunung-gunung. Bentuk tunggalnya: ‘alam. Jadi, gunung dinamakan ‘alam, yang berasal dari kata ‘alaamah (tanda).
Gunung juga foermanfaat karena adanya tanaman obat yang hanya tumbuh di sana, dan tidak terdapat di tanah datar atau berpasir. Sebaliknya, sebagian tanaman yang tumhuh di tanah datar dan pasir tidak ada jenisnya yang tumbuh di gunung-gunung. Masing-masing punya manfaat dan hikmah yang hanya diketahui Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Tahu.
Gunung juga berfungsi sebagai benteng dari musuh. Hamba-hamba Allah SWT dapat berlindung di sana dari serangan musuh-musuh mereka seperti berlindung di dalam benteng buatan. Bahkan, gunung lebih kokoh dan kuat daripada kebanyakan benteng dan kota-kota. Di antara manfaat gunung pula, seperti dinyatakan oleh Allah SWT, bahwa Dia menjadikannya sebagai balok yang membuat bumi tidak berguncang. Dan, alangkah besarnya manfaat ini.
Allah SWT menyeru kita agar merenungkan dan memperhatikan keadaan gunung-gunung. Dia berfirman,
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19)
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan.” (QS. Al-Ghaasyiyah: 17-19)
Bentuk dan manfaat gunung adalah sebagian dari bukti atas kekuasaan, ilmu, hikmah, dan keesaan Tuhan Sang Pencipta. Di samping itu, gunung-gunung bertasbih kepada Tuhannya, khusyu, sujud, terbelah dan meluncur jatuh karena takut kepada-Nya.
Gununglah yang takut kepada Tuhannya meski dia amat kuat dan besar. Gunung takut memegang amanah ketika ditawarkan kepadanya. Di antaranya, gunung tempat Allah SWT berbicara dengan Musa; gunung yang Allah hendak menampakkan diri padanya sehingga hancur lebur; gunung yang dicintai oleh Rasulullah dan para sahabat94. Juga dua gunung yang dijadikan Allah SWT sebagai pagar atas nabi-Nya, Shafa di ujung dan Marwah di ujung yang lain, serta Dia mensyariatkan Sa’i antara kedua bukit tersebut dan menjadikannya sebagai salah satu manasik haji.
Ada pula Jabal (gunung) Rahman yang di atasnya terdapat padang Arafah. Betapa banyak dosa terampuni di sana. Betapa banyak kesalahan dimaafkan, hajat terpenuhi, karunia bertambah, kesulitan terpecahkan, kesengsaraan terhapus, dan kebahagiaan diperoleh. Dialah gunung yang dikhususkan buat para pendatang yang mulia itu, yang datang dari segala penjuru yang jauh dengan tunduk kepada Tuhan mereka, khusyu kepada keagungan dan kemuliaan-Nya—dengan rambut-rambut kusut dan wajah berdebu. Mereka bermohon pengampunan dosa dan pemenuhan hajat kepada-Nya, dan Dia mendekat kepada mereka, membanggakan mereka kepada para malaikat.
Ada pula gunung Hira’ yang dahulu Rasulullah pernah berkhalwat di sana hingga Allah SWT memuliakan beliau untuk mengemban risalah-Nya ketika beliau berada di guanya. Dialah gunung yang terpancar darinya cahaya ke seluruh penjuru dunia. Dia pantas berbangga di hadapan gunung-gunung lain. Maha Suci Allah SWT yang mengkhususkan rahmat dan karunia-Nya kepada gunung-gunung dan manusia yang dikehendaki.
Dia menjadikan sebagian gunung itu seperti besi sembrani, menarik hati manusia untuk datang dan merindukannya, ingin ke sana setiap kali namanya disebut. Ini sebagaimana Dia mengkhususkan sebagian manusia mendapat karamah-Nya. Dia menyempurnakan nikmat-Nya atasnya, meletakkan cinta-Nya dan menjadikannya dicintai para malaikat serta seluruh hamba yang beriman, membuat ia diterima di muka bumi di tengah mereka.
Sungguh gunung-gunung itu tahu bahwa ada waktunya mereka akan meledak menjadi seperti bulu karena begitu dahsyat ledakannya. Mereka takut dan gentar akan seramnya hari itu, dan mereka menunggu saatnya. Apabila Ummu Darda’ bepergian lalu kebetulan mendaki gunung, ia berkata kepada orang-orang yang bersamanya, “Apakah gunung-gunung mendengar apa yang dijanjikan Tuhannya?” Salah seorang dari mereka bertanya, “Apa yang membuat dia mendengar?” Ia menjawab dengan membaca firman-Nya,
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, ‘Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya. Maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali.’ Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thaahaa: 105-107)
Sumber: Miftah Darr As-Sa’adah oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah