Penjelasan Al-Qur’an dan Sunnah tentang Ar-Ru’ya, Al-Hulm dan Ilham
A. Pengertian Ar-Ru’ya dan Al-Hulm.
Lafal Ar-Ru’ya dan Al-Hulm kedua kata ini sama-sama berarti mimpi merupakan ungkapan terhadap sesuatu yang dilihat oleh orang yang tidur sewaktu ia sedang tidur. Tapi bedanya, lafal ar-ru’ya biasanya digunakan untuk mengistilahkan mimpi yang baik dan indah, sedangkan lafal al-hulm biasanya digunakan untuk mengistilahkan mimpi yang buruk dan jahat. Namun demikian, masing-masing dari kedua istilah ini bisa juga digunakan untuk kebalikannya. (Lisan Al-Arab (XII/145)
Dengan demikian, lafal ar-ru’ya dan al-hulm merupakan duda kalimat sinonim. Maksudnya, masing-masing dari istilah ini dipakai dalam makna dan arti yang serupa dengan yang lainnya.
Al-Qasimi meriwayatkan bahwa At-Turabatsi berkata, “Menurut orang-orang arab, lafal al-hulm bisa juga digunakan untuk mimpi yang di istilahkan dengan ar-ru’ya. Sementara adanya pemisahan lafal al-hulm dari istilah-istilah yang biasa dipakai oleh syar’I untuk membedakan antara yang hak dan yang bathil, hal itu seolah-olah merupakan ungkapan ketidaksukaan jika sesuatu yang berasal dari Allah dan sesuatu yang berasal dari setan diistilahkan dengan nam yang sama. Sehingga kemudian dipakailah lafal ar-ru’ya untuk mengistilahkan mimpi yang baik. Istilah itu dipakai karena didalamnya terdapat bukti atas pengelihatan secara langsung dengan mata kepala atu mata hati.
Adapun lafal al-hulm istilah tersebut dipakai untuk mimpi yang berasal dari setan. Sebab makna asal dari lafal tersebut hanya dipakai untuk menyebut persenggamaan yang seakan-akan dialami orang yang bermimpi di dalam tidurnya, padahal hal itu tidak pernah terjadi. (Mahasinut Ta’wil karya Al-Qasimi: IX/220)
B. Hakikat Sebuah Mimpi
Dalam menjelaskan hakikat mimpi diantara manusia terjadi perbedaan pendapat. Diantara mereka ada yang sangat berlebihan, da nada pula yang ngawur lagi meremehkan. Berkaitan dengn kasus ini, Imam Al-Marizi berkata, “Banyak bermunculan pendapat dalam menafsirkan sebuah mimpi. Orang-orang yang tidak memahami islam, mereka menafsirkan sebuh mimpi dengan ungkapan-ungkapan mungkar.
Hal ini mereka lakukan karena berupaya menyingkap tabir hakikat dibalik sebuah mimpi yang keberadaannya tak akan bisa ditafsirkan dengan tindakan. Sementara disisi lain, mereka juga tidak bisa mendatangkan bukti serta tidak bisa dipercaya, sehingga pendapat-pendapat yang ada pada mereka menjadi sia-sia belaka. (Fathul Bari karya Ibnu Hajar: XII/353)
Namun, hakikat sebuah mimpi sebagaimana yang dikatakan Ibnu Hajar dan Al-Hakim saat menjelaskan masalah tersebut, Allah telah menugaskan malaikat untuk mengurusi persoalan mimpi yang melihat kondisi manusia dari Lauh Mahfudz. Lalu, malaikat menuliskannya dan membuat sebuah perumpamaan dari setiap kisah manusia. Ketika ia tidur, malaikat membuat permisalan dari kisah-kisah tersebut dengan cara hikmah agar menjadi kabar gembira, peringatan, atau teguran baginya.
Sementara berkenaan dengan mimpi buruk, setan benar-benar telah menguasai diri orang itu karena permusuhan yang sangat tajam diantara keduanya. Setan senantiasa akan membuat tipu daya dengan berbagai macam bentuk untuk menjerumuskan serta ingin merusak setiap urusannya dengan berbagai cara. Sehingga setan pun membingungkan orang tersebut dengan mimpi, baik dengan cara yang membuatnya merasa bersalah atau membuatnya lalai dalam mimpinya. (Ibid: XII/354)
Dalam menjelaskan hakikat mimpi, Ibnu Qayyim berkata, “Mimpi merupakan permisalan yang dibuat malaikat yang ditugaskan Allah untuk mengurusi persoalan bermimpi agar orang yang bermimpi bisa mengambil petunjuk dari permisalan yang telah digambarkan baginya untuk mencocokkannya dengan apa yang dialaminya, dan mengungkapkan apa yang samar baginya.” (I’lamul Muwaqi’in: I/252)
C. Perbedaan Ar-Ru’ya, Al-Hulm, dan Ilham.
Dalam hal ini ilham tak merujuk pada kaidah yang diapakai dalam persoaalan ar-ru’ya dan al-hulm. Hal ini terjadi karena ilham hanya akan diperoleh bagi orang-orang yang khusus, atau bahkan hanya orang khusus dari orang-orang khusus. Sebab, ilham merupakan wahyu yang bersifat rahasia. Adapaun terhadap orang yang fasik dan orang yang durhaka (berbuat maksiat) ia tak akan bisa mendapatkannya dikarenakan seringnya bisikan setan menguasainya.
D. Perbedaan Ar-Ru’ya dengan Al-Hulm dalam Al-Qur’an
Allah berfirman dalam Surat Yusuf:
قَالُوْا أضْغَاثُ أَحْلَامٍ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيْلِ اْلأَحْلَامِ بِعَالِمِيْنَ
“Mereka menjawab, “Itu adalah mimpi-mimpi yang ksosng dan kami sekali-kali tidak tahu menta’birkan mimpi itu.” (Yusuf: 44)
Dalam menafsirkan ayat yang mulia ini, Imam Ath-Thabari berkata, “Allah berfirman: Sekelompok orang yang ditanya oleh Raja Mesir tentang tafsir mimpinya berkata, mimpimu ini hanyalah mimpi kosong. Maksud mereka ialah baha mimpi sang Raja tercampuri dengan kedustaan yang tidak nyata.”
Lafal “Adhghats” adalah bentuk plural dari lafal “Dhaghts” sementara itu, Adh-Dhaghtsu aslinya bermakna, “Al-Hamzah minal hasyisy” (ikatan yang terbuat dari rumput kering), yang mana pengertian ini juga serupa dengan Al-Ahlam (mimpi-mimpi) yang tercampur (dengan kebohongan) dan tak memiliki takwil. Adapun Al-Ahlam adalah bentuk plural dari lafal al-hulm , yang maknanya mimpi yang tidak dapat dibenarkan. (Tafsir Ath-Thabari: XI/118)
Ibnu Katsir berkata: “Adhghatsu Ahlam maksudnya ialah campuran-campuran (kedustaan) mimpi yang memang harus anda alami dalam mimpi.
“Dan kami sekali-kali tidak tahu menta’birkan mimpi itu.” (Yusuf; 44)
Maksudnya dalah sandainya mimpi itu bersih dari berbagai campuran, pastilah kamu memiliki pengetahuan akan takwilnya dan itulah sebenarnya ta’bir dari mimpi anda tersebut. (Tafsir Ibnu Katsir: II/ 480)
Allah berfirman:
إِ ذْ يُرِيْكَهُمُ اللهُ فِي مَنَامِكَ قَلِيْلًا وَلَوْ أَرَاكَهُمْ كَثِيْرًا لَّفَشِلْتُمْ وَلَتَنَازَعْتُمْ فِيْ اْلأَمْرِ وَلَكِنَّ اللهَ سَلَّمَ إِنَّهُ عَلِيْمٌ بِذا تِ الصُّدُوْرِ
“Yaitu ketika Allah menampakkan mereka kepadamu didalam mimpimu (berjumlah) sedikit. Dan sekiranya Alah memperlihatkan mereka kepada kamu berjumlah banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan tentu saja akan berbantah-bantahan dalam urusan itu akan tetapiAllah telah menyelamatkan kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (Al-Anfal: 43)
Dalam hal ini, Ibnu Katsir juga berkata, “Mujahid berkata, “Allah memperlihatkan kepada Rasulullah ketika beliau sedang tidur bahwa jumlah mereka (kaum musyrikin) sedikit. Lalu, beliau memberitahukan para sahabatnya tentang hal itu. Akibatnya, mereka menjadi lebih kokoh dan lebih sigap. Perihal yang serupa juga dikatakan oleh Ishaq dan lainnya.”
Berdasarkan dua ayat yang mulia ini, jelaslah bagi kita perbedaan ar-ru’ya dan al-hulm. Ar-Ru’ya itu tidak mengandung perkara-perkara (campuran-campuran) yang membingungkan, tapi merupakan sesuatu yang jelas, tidak samar, tidak membingungkan, dan memungkinkan untuk ditafsirkan sert di takwilkan. Adapun Al-Hulm campuran-campuran yang membingungkan serta mimpi dusta yang tidak ada dasarnya. Maksudnya, mimpi yang seperti ini tidak bisa ditafsirkan, disamping kebanyakan mimpi seperti ini merupakan hasil permainan setan dikarenakan setan memiliki beragam tipu daya yang bisa menjerumuskan dan mengekang umat manusia.
E.Perbedaan Ar-Ru’ya dan Al-Hulm dalam As-Sunnah
Dalam hadits yang diriwayatkan ari Abu Qotadah ia meriwayatkan dari Rasululah beliau bersabda:
الرُّؤْيَا صَادِقَةُ مِنَ اللهِ وَالْحُلم ُ من الشَّيْطَانِ
“Mimpi yang benar itu datang dari Allah, sedangkan mimpi yang buruk itu datangnya dari setan…” (H.R Al-Bukhari)
Dalam Hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri ia mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّها فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللهِ فَلْيَحْمَدِ اللهَ عَلَيْهَا وَ لْيُحْدِثْ بِهَا وَ إِذَا رَأَى غَيْرَ ذَالِكَ مِمَّا يَكَرَهُ فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ الشَّيْطَانِ فَلْيَسْتَعِذْ مِن شَرِّها وَلَا يَذْكُرْ ها لِأَحَدٍ فَإِنَّهَا لَا تَضَرُّهُ
“Apabila salah seorang diantara kalian bermimpi melihat sesuatu yang ia sukai, ketahuilah bahwa yang demikian itu datangnnya dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah atasnya dan hendaklah ia menceritakan mimpi tersebut. Dan apabila ia bermimpi melihat sesuatu yang ia tidak sukai, ketahuilah bahwa yang demikian itu datangnya dari setan, maka hendaklah ia meminta perlindungan dari kejahatan mimpi tersebut dan ia tidak boleh menceritakannya kepada orang lain, karena hal itu tidak akan membahayakannya.” (H.R Al-Bukhari)
Dalam hadits yang juga diriwayatkan oleh Abu Qotadah, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam beliau bersabda:
ألرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنَ اللهِ وَالْحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ فَإِذَا حَلَمَ فَلْيَتَعَوَّذْ منه وَلْيَبْصُقْ عَنْ شِمَالِهِ فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ
“Ar-Ru’ya (mimpi) yang benar datangnya dari Allah, sementara Al-Hulm (mimpi) yang buruk itu datangnya dari setan. Apabila salah seorang diantara kamu bermimpi buruk, maka hendaklah ia meminta perlindungan dari kejahatan mimpi tersebut, dan hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya karena hal itu tidak akan membahayakannya.” (H.R Al-Bukhari)
Selain hadits-hadits diatas, masih banyak lagi hadits-hadits lainnya yang menjelaskan perbedaan Ar-ru’ya dan Al-hulm. Tetapi kesimpulan dalam perkara ini ialah bahwa Ar-ru’ya merupakan mimpi yang memuat kabar gembira bagi seorang hamba dengan kebaikan yang akan diperolehnya baik didunia maupun di akhirat, atau berupa peringatan maupun teguran agar seorang hamba jangan sampai terjerumus ke dalam sesuatu yang akan menimpanya. Inilah bentuk kasih saying Allah kepada hambanya. Sebab , dengan memperingatkan dan menegur hamba tersebut sebelum bahaya-bahaya menimpanya, sang hamba pun akan bersikap waspada.
Adapun Al-Hulm, sebagaimana yang telah kita paparkan sebelumnya, ia merupakan campuran-campuran (kebohongan) fiktif yang tak berdasar. Bahkan, perputarannya terpusat pada hal-hal yang menakutkan, menyedihkan, dan segala sesuatu yang tidak disukai manusia.
Sumber: Dhawabith Ta’birur Ru’ya karya Syaikh Abdul bin Muhammad Ath-Thayyar dalam bahasa Indonesia berjudul “Anda Bermimpi Ulama Menjawab” di terjemahkan oleh Sarwedi Muhammad Amin. Penerbit Darul Furqan, Riyadh, Saudi Arabia