Tidak diragukan lagi, bahwa fitnah terbesar bagi seorang muslim adalah fitnah yang menimpa agamanya. Namun, bagaimanakah jika seseorang terkena fitnah pada agamanya, dan apakah yang seharusnya ia lakukan jika ia terjerumus dalam fitnah tersebut. Berikut ini beberapa langkah yang dapat ditempuh agar dapat terlepas dari fitnah agama, dan tidak terjerumus kembali ke dalamnya.
Yang pertama, baiknya agama seseorang di dunia merupakan sebab kebahagiaan dan kesejahteraan di akhirat. Dan modal besar seorang muslim untuk mencapainya adalah agamanya. Maka barangsiapa yang meremehkan dan berpaling dari Islam dan menuju kepada fitnah, sungguh ia telah rugi. Dan siapa pun yang menjaga dan merasa cukup dengan agamanya, ia adalah pribadi yang beruntung. Oleh karena itu, di antara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (Riwayat Muslim, 2720)
Al-Manawi Rahimahullah berkata, “‘اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي’ maksudnya adalah, agama akan menjaga seluruh perkaraku. Karena siapa pun yang rusak agamanya, maka rusak pula seluruh perkara-perkaranya, dan ia merugi dunia serta akhirat.”
Yang kedua, seorang muslim –dengan taufik Allah— mampu menjaga dirinya dari fitnah agama dengan menapaki jalan orang-orang yang beriman, sebagai berikut;
- Menjauhkan diri dari lingkungan yang rusak agamanya, tidak bertempat tinggal berdekatan dengan orang-orang kafir. Dan tidak banyak berinteraksi dengan orang-orang fasik. Siapa pun yang menjauhkan dirinya dari perkara-perkara yang dapat menimbulkan kerusakan, maka dengan izin Allah, agamanya akan terjaga dari kerusakan. Menjauhi lingkungan orang-orang kafir dan tidak banyak berinteraksi dengan mereka, karena hal ini mempengaruhi aqidah seorang muslim. Adapun prilaku kita dengan sesama kaum muslimin adalah menjauhi perkara-perkara ikhtilaf yang dapat menyebabkan perselisihan. Terlebih lagi jika hal itu dapat menyebabkan putusnya hubungan antara sesama kaum muslim.
- Di antara yang dapat membantu seorang muslim menjaga agamanya adalah memperkuat keimanan. Melaksanakan ketaatan yang bersifat wajib. Meninggalkan perkara munkar yang diharamkan. Dan yang paling ditekankan adalah ketaatan dalam melaksanakan kewajiban. Seperti shalat, maka seorang muslim harus memelihara shalat sesuai dengan waktunya, menjaga syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, dan kekhusyukannya. Sebagaimana firman Allah ta’alaa,
وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan agar kita mendirikan ketaatan secara utuh, sehingga kita selamat dari fitnah agama. Beliau juga memperingatkan umatnya dari fitnah dunia seperti harta, wanita, dan jabatan. Karena hal-hal tersebut dapat menyebabkan seseorang menjual agamanya. Beliau mengabarkan bahwa, akan datang suatu masa, seseorang beriman di malam hari dan murtad di siang harinya. Atau pun sebaliknya.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا ، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.” (Riwayat Muslim, 118)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin Rahimahullah berkata, “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita dari fitnah yang seperti potongan malam yang gelap gulita. Seseorang beriman di pagi hari dan kafir di malam hari – والعياذ بالله-, dalam sehari seseorang murtad dari Islam, keluar dari agamanya. Dan seseorang yang beriman di pagi hari beriman dan sore hari kafir – نسأل الله العافية– . Kenapa? Karena ia menjual agamanya dengan sebagian kecil kenikmatan dunia. Segala perhiasan dunia hanyalah sedikit dari kenikmatan dunia. Baik itu harta, jabatan, wanita, dan yang lainnya.
Sebagaimana firman Allah ta’alaa,
تبتغون عرَض الحياة الدنيا فعند الله مغانم كثيرة
“Kalian berharap memperoleh harta benda kehidupan dunia, padahal di sisi Allah ada harta yang banyak.” (An-Nisaa: 94)”
- Langkah yang selanjutnya adalah, berdoa. Rabb kita telah memberikan petunjuk, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan doa-doa yang bermanfaat bagi siapa pun yang ingin menjaga agamanya dari fitnah. Di antaranya, firman Allah ta’alaa,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيم
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.” (Al-Fatihah: 6)
Yang kita baca dalam setiap raka’at shalat kita. Kemudian sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ
“Ya Allah berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit dan apa yang tidak disukai) sebagaimana orang yang pernah Engkau lindungi, sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berikanlah berkah terhadap apa-apa yang telah Engkau berikan kepadaku, jauhkanlah aku dari kejelekan apa yang Engkau telah takdirkan.” (Riwayat at-Tirmidzi, 46, dan dihasankan oleh beliau. Abu Dawud, 1425)
Semuanya berisi permohonan perlindungan kepada Allah, juga agar Allah memberi petunjuk kepada agama yang lurus, dan meneguhkan kita di atasnya. Menunjukkan kepada jalan terbaik yang berujung kepada ridha Allah ta’alaa.
- Tidak berteman dengan orang yang buruk. Dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (Riwayat Abu Dawud, 4833. At-Tirmidzi, 2378 dan dihasankan oleh beliau)
Al-Khatthabi Rahimahullah berkata, “Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan seseorang yang kamu ridho agamanya. Karena sesungguhnya jika kamu bersahabat dengan orang seperti itu, ia akan mengajakmu kepada agamanya. Maka janganlah kamu tertipu dengan nafsumu sehingga kamu berteman dengan orang yang tidak diridhai agamanya.” (Al-‘Uzlah: 141)
- Belajar ilmu syar’i dan merujuk kepada ulama yang tsiqah. Dan di antara perkara yang dapat melindungi seorang muslim dari fitnah yang dapat menimpa agamanya adalah ilmu syar’i. Oleh karenanya mereka yang jahil terhadap ilmu syar’i rentan terhadap fitnah yang akan menimpa agamanya.
Yang ketiga, dan siapapun yang telah terjerumus dalam fitnah agama,
- Maka bersegeralah keluar darinya, dan berusaha melepaskan diri dari belenggunya secara keseluruhan. Dengan taubat nashuha kepada Allah ta’alaa. Dan menyesal atas apa yang telah ia lakukan, serta berkeinginan kuat agar tidak kembali terjerumus dalam fitnah yang sama selamanya.
- Mengganti lingkungan kepada lingkungan yang baik agamanya.
- Berdoa kepada Allah ta’alaa dengan penuh keikhlasan agar Allah membebaskan kita dari belenggu fitnah yang menimpa agama.
- Memperbanyak amal shaleh semampunya. Allah ta’alaa berfirman,
وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ * وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itu peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala yang berbuat kebaikan.” (Hud: 114-115)
- Memahami diri sendiri, mengerti kekurangan diri sendiri, sehingga kita tahu dari celah mana setan dapat masuk untuk merusak agama kita. Jika fitnah yang dihadapi adalah fitnah syahwat, maka kita harus bersungguh-sungguh untuk menjaga diri dengan menikah. Jika tidak mampu maka dengan memperbanyak berpuasa. Karena ia akan menjadi perisai. Sebagaimana yang dikhabarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
An-Nawawi Rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah, bahwa berpuasa dapat memutus syahwat, dan melindungi dari keburukannya, sebagaimana fungsi perisai.”
Semoga Allah selalu memberikan kita petunjuk dan melindungi kita dari fitnah yang dapat menimpa agama kita.
Allahu a’lam.
Diolah dari: https://islamqa.info/ar/143946