Nasehat Pasca Ramadhan

Alhamdulillah

Wahai manusia apakah masih tersisa orang yang berpuasa selepas bulan Ramadhan sebagaimana kondisi mereka di bulan Ramadhan? ataukah kondisi mereka bagaikan seorang perempuan yang mengurai benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali? Wahai manusia apakah masih tersisa ini semua yang dilakukan di bulan Ramadhan orang yang  berpuasa, al-Qur’an yang dibaca dan para pembaca al-Qur’an, sedekah yang dibayarkan, malam hari yang dihidupkan dengan ibadah, para juru dakwah yang mendakwahkan Islam, apakah masih tersisa hal yang semacam ini setelah Ramadhan ataukah para manusia kembali menapaki jalan yang lain yaitu jalan setan dengan melakukan segala macam dosa-dosa dan kemaksiatan dan segala yang mendatangkan kemurkaan bagi yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Sesungguhnya konsistensi dan kesabaran seorang muslim dalam menjalankan amal shalih setelah Ramadhan pertanda dikabulkan amalannya selama bulan Ramadhan oleh sang Maha Pemberi lagi Maha Pemurah, dan sesungguhnya meninggalkan amal shalih setelah bulan Ramadhan dan menapaki jalan-jalam setan merupakan bukti dari kehinaan, kerendahan, kelemahan sebagaimana ungkapan Hasan al-Bashri, “Mereka menghinakan dirinya dan bermaksiat kepada Allah jikalau seandainya mereka mengagungkan Allah niscaya Allah akan menjaga mereka.” Dan jika seorang hamba hina dihadapan Allah maka tidak seorangpun yang akan memuliakannya. Allah Ta’ala berfirman,

 ومن يهن الله فما له من مكرم

Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. (Al-Hajj: 18)

Sesungguhnya yang mengundang rasa heran adalah, kita mendapati seseorang di bulan Ramadhan dia termasuk orang yang senantiasa tekun berpuasa, menghidupkan malam-malam harinya dengan beribadah, senantiasa berinfak, beristighfar dan selalu taat kepada Allah Tuhan semesta alam, kemudian ketika bulan Ramadhan telah berakhir maka tidak ada yang tersisa melainkan telah terbalik fitrahnya dan menjadi buruk budi pekertinya di hadapan Tuhannya, kita mendapatinya termasuk orang yang meninggalkan Shalat, dan termasuk yang sedikit dan menjahui dari  berbuat kebajikan serta gandrung terhadap perbuatan maksiat, maka dia berbuat maksiat kepada Allah Azza wa Jalla dengan berbagai macam dan ragam kemaksiatan dan dosa-dosa. Senantiasa meninggalkan ketaatan kepada Sang Maha Raja yang Maha Suci lagi Maha Pemberi Kedamaian. Maka demi Allah seburuk-buruk makhluk adalah mereka yang tidak mengenal Allah melainkan hanya di bulan Ramadhan.

Sudah sepatutnya seorang Muslim menjadikan bulan Ramadhan sebagai lembaran baru bagi pertaubatannya, berserah diri, berkesinambungan dalam ketaatan dan menyertakan pengawasan Allah disetiap detik dan waktu, oleh sebab itu sudah seyogyanya bagi seorang muslim pasca bulan Ramadhan untuk melanjutkan dan terus menerus dalam ketaatan dan menjahui segala kemaksiatan dan keburukan sebagai bentuk refleksi dari apa yang telah dilakukannya di bulan Ramadhan dari perkara-perkara yang bisa mendekatkannya kepada Tuhannya para manusia.

Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

 وأقم الصلاة طرفي النهار وزلفاً من الليل إن الحسنات يذهبن السيئات ذلك ذكرى للذاكرين  

Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Hud: 114)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن

Dan ikutilah perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik niscaya perbuatan yang baik akan menghapuskan perbuatan yang buruk, dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang baik.”

Tidak diragukan lagi sesungguhnya pekerjaan yang karenanya Allah menciptakan manusia di muka bumi ini adalah untuk menyembah kepada-Nya semata yang tidak menyekutukan-Nya ia merupakan pekerjaan yang teramat luhur dan memiliki tujuan yang paling agung yaitu agar kita merealisasikan penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla, dan hal ini telah terealisasi di bulan Ramadhan dengan bentuk yang amat indah, maka kita melihat para manusia mereka, berjalan beriring-iringan menuju rumah Allah Ta’ala baik secara kelompok maupun individu, dan kita juga melihat mereka sangat menjaga pelaksanaan ibadah-ibadah fardhu tepat pada waktunya, dan mereka juga senantiasa menjaga dalam mengeluarkan sedekah, berlomba-lomba serta bersegera dalam melakukan kebaikan, dan untuk yang demikian itu akan mendapatkan pahala Insya Allah Ta’ala. Akan tetapi tersisa sebuah permasalahan, siapakah yang akan diteguhkan Allah Ta’ala dengan perkataan yang teguh dalam kehidupan dunia dan kehidupan Akhirat, maka barang siapa yang Allah meneguhkannya dengan amal shalih setelah Ramadhan, maka sesungguhnya Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

 إليه يصعد الكلم الطيب والعمل الصالح يرفعه والذين يمكرون السيئات لهم عذاب شديد ومكر أولئك هو يبور

Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shaleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka adzab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” ( Fathir: 10)

Tidak diragukan lagi sesungguhnya amal shalih merupakan bentuk pendekatan yang teramat agung yang dengannya seorang hamba mendekat kepada Allah di setiap waktu dan zaman kemudian sesungguhnya Tuhannya bulan Ramadhan yaitu Tuhannya bulan Jumadil Ula, Jumadits Tsaniyah, Sya’ban, Dzul Hijjah, Muharram dan Shofar dan bulan-bulan yang lain yang demikian itu karena sesungguhnya ibadah yang disyari’atkan oleh Allah Jalla wa ‘Ala kepada kita semua merupakan implementasi dari rukun Islam yang lima yang diantaranya terdapat ibadah puasa dan ibadah ini diwajibkan kepada kita dengan berbatas waktu yang apabila telah selesai maka yang tersisa hanyalah rukun-rukun Islam yang lain seperti haji, shalat, dan zakat yang kita memiliki tanggung jawab dihadapan Allah Jalla wa ‘Ala terkait ibadah-ibadah tersebut dan hendaknya kita melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang diridhoi oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Kita berusaha dengan yang demikian itu agar kita bisa merealisasikan fungsi dan inti dari sebab diciptakannya kita di atas muka bumi ini sebagaimana firman Allah Jalla wa ‘Ala,

 وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka menyembah kepadaku.” (Adz-Dzariyaat: 56)

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan petunjuk kepada para sahabat beliau agar senantiasa berlomba-lomba dan bersegera dalam kebaikan beliau bersabda,

 رب درهم سبق ديناراً وأفضل الصدقة ما كان عن ظهر غنى

Bisa jadi pahala dirham yang disedekahkan akan mendahului pahala dinar dan sedekah yang paling utama adalah sedekah pada saat sedang tidak berkecukupan.”

Disini Nabi ‘Alaihis Shalaatu was-salaam menjelaskan bahwasannya orang yang bersedekah dan dia dalam kondisi sedang segar bugar dan sedang dipuncak kekikiran yang dia takut fakir apabila menginfakkan hartanya, maka sesungguhnya pada saat itulah sedekahnya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla memiliki nilai dan timbangan yang amat berat dan merupakan amal shalih yang amat mulia, adapun orang yang binasa adalah orang yang apabila sakit (yang mengakibatkan kematiannya) telah mendatanginya dan dia mengatakan sambil menyebut-nyebut kebaikan yang telah dia berikan ke orang-orang sambil mengatakan, “Sungguh aku telah berbuat ini dan dan itu pada si fulan, dan untuk si fulan aku juga telah melakukan begini dan begitu maka sesungguhnya orang semacam ini – dan kita berlindung kepada Allah – dikhawatirkan akan ditolak semua amalannya bahkan akan dihapuskan sebagaimana firman Allah,

 إنما التوبة على الله للذين يعملون السوء بجهالة ثم يتوبون من قريب فأولئك يتوب الله عليهم وكان الله عليماً حكيماً وليست التوبة للذين يعملون السيئات حتى إذا حضر أحدهم الموت قال إني تبت الآن ولا الذين يموتون وهم كفار أولئك أعتدنا لهم عذاباً أليماً 

Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha BijaksanaDan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (An-Nisaa: 17-18)

Maka seorang mukmin yang jernih dan bertakwa hendaklah takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah Ta’ala dan konsisten terhadap ketakwaannya dan selalu serta selamanya berusaha menggapai kebaikan disertai dengan berdakwah memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran, maka seorang mukmin hari-harinya, malam-malam harinya yang dia lalui dalam kehidupan ini merupakan tempat penampungan maka hendaklah dia menginstropeksi apa gerangan yang sudah disimpan dalam kehidupan ini, jika telah menyimpan kebaikan maka hal itu akan menjadi saksi kelak di hari kiamat di hadapan Tuhannya, namun jika ia menyimpan sebaliknya maka itu merupakan kerugian terbesar baginya dan kita memohon kepada Allah agar menyelamatkan saya dan anda semua dari kerugian terbesar ini. Kemudian sesungguhnya para Ulama’ Rahimahumullah berkata, “Diantara tanda-tanda diterimanya amalan di sisi Allah adalah sesungguhnya Allah Ta’ala akan mengiringi kebaikan yang telah dilakukan dengan kebaikan-kebaikan yang lain maka kebaikan akan menyeru wahai saudaraku wahai saudaraku, demikian pula keburukan juga akan menyeru dengan seruan yang sama dan kita berlindung kepada Allah, maka apabila Allah menerima amalan seorang hamba di bulan Ramadhan dan dia bisa mengambil faedah dari bulan pendidikan ini dan konsisten dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla maka sesungguhnya dia berada dalam gerbong mereka orang-orang yang istiqomah dan mengharap amal ibadahnya diterima oleh Allah, Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

 إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا تتنزل عليهم الملائكة أن لا تخافوا ولا تحزنوا وأبشروا بالجنة التي كنتم توعدون نحن أولياؤكم في الحياة الدنيا وفي الآخرة ولكم فيها ما تشتهي أنفسكم ولكم فيها ما تدعون  ،

 “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah.’ Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (Fushshilat: 30-31)

Allah juga berfirman,

 ومن يتول الله ورسوله والذين آمنوا فإن حزب الله هم الغالبون

Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al-Maidah: 56)

  إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا فلا خوف عليهم ولا هم يحزنون

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran.” (Al-Ahqaaf: 13)

Jikalau begitu maka para penumpang gerbong istiqomah akan selalu ada terus-menerus dari bulan Ramadhan yang satu ke bulan Ramadhan yang lain karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصلاة إلى الصلاة ورمضان إلى رمضان والحج إلى الحج مكفرات ما بينهن إذا اجتنبت الكبائر

Antara waktu shalat yang satu dengan waktu shalat yang lain, dan antara Ramadhan yang satu dengan Ramadhan yang lain, dan antara haji yang satu dengan haji yang lain adalah menghapuskan dosa-dosa antara keduanya selama menjauhi dosa-dosa besar.” Dan Allah Ta’ala juga berfirman,

 إن تجتنبوا كبائر ما تنهون عنه نكفر عنكم سيئاتكم وندخلكم مدخلاً كريماً

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (An-Nisaa’: 31)

Maka sudah sepatutnya bagi seorang mukmin jika ia berada pada gerbong Istiqomah dan kapal keselamatan semenjak di mulai kehidupannya hingga hembusan nafasnya yang terakhir, ia tetap berada dalam naungan kalimat “Laa ilaaha illallah” dan dipermudah dengan kucuran nikmat-nikmat dari Allah ‘Azza wa Jalla, dan sesungguhnya agama ini adalah agama yang benar dan Dzat yang telah memberikan kepada kita istiqomah di jalan-Nya pada saat bulan Ramadhan, Dialah Sang Maha Suci lagi Maha Luhur yang telah memulyakan kita dengan limpahan pemberian-Nya, keutamaan nikmat-nikmat-Nya dan curahan segala kemurahan-Nya sehingga kita bisa meneruskan dan melanjutkan dalam melaksanakan ibadah setelah bulan Ramadhan, maka wahai saudaraku janganlah anda lupa bahwasannya Allah telah memberikan kepada anda kesempatan untuk bisa I’tikaf, memberikan kepada anda untuk bersedekah, memberikan kepada anda untuk berpuasa, dan Allah juga memberikan kepada anda untuk berdoa dan menerima doa-doa tersebut, maka anda jangan lupa wahai saudaraku sesungguhnya segala macam bentuk kebaikan ini merupakan Taufiq dari Allah yang sudah seyogyanya anda menjaga dan mempertahankannya dengan sebaik-baik penjagaan dan janganlah anda menghapuskannya dengan keburukan-keburukan dan amalan-amalan yang bathil, maka hendaklah anda menjaga dan melestarikan dengan senantiasa menyemai kebaikan dan kebahagiaan di jalan anda dan agar anda berjalan dan menapaki bersama para penumpang Istiqamah yang anda menghendaki semua ini hanya demi Allah, Utusan-Nya dan rumah di Akhirat semata, dan pada saat itu dikatakan kepada anda sambutlah oleh anda surga yang luasnya menyamai luas langit dan bumi yang hanya disediakan bagi orang-orang yang bertakwa dan pada saat yang bersamaan anda mengijabahi seruan Allah: Wahai para pencari kebaikan sambutlah maka bagi Allah orang-orang yang akan diselamatkan dari api neraka setiap malam-malam bulan Ramadhan, dan wahai pencari keburukan hentikanlah dari melakukan keburukan dan saat itu pula anda menyambut sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه ومن قام ليلة القدر إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه

Barang siapa yang menghidupkan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau dan barang siapa yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.”

Saya memohon kepada Allah yang telah memberikan kepada kita semua juga kepada kalian nikmat puasa, i’tikaf, umrah dan sedekah agar senantiasa melimpahkan kepada kita hidayah, ketakwaan, diterimanya segala jerih payah amal yang telah diberikan, senantiasa menjalankan segala bentuk amal shalih dan istiqamah dalam melaksanakannya karena sesungguhnya berkesinambungan dalam amal shalih merupakan upaya pendekatan kepada Allah yang teramat agung, oleh sebab itu datanglah seorang sahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, berikanlah wasiat kepadaku,

 قل آمنت بالله ثم استقم

Katakanlah aku beriman kepada Allah lalu istiqomahlah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dan dalam riwayat Ahmad dia berkata,

 قل آمنت بالله ثم استقم قال يارسول الله كل الناس يقول ذلك قال قد قالها قوم من قبلكم ثم لم يستقيموا

Katakanlah aku beriman kepada Allah lalu istiqomahlah.” Dia berkata. “Wahai Rasulullah semua orang juga berkata demikian.” Beliau bersabda, “Telah mengucapkan kaum sebelum kalian hal seperti itu namun mereka tidak istiqamah.” Maka sudah sepatutnya bagi orang-orang yang beriman agar terus kontinyu beristiqamah dalam ketaatan kepada Allah sebagaimana firman-Nya,

 يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الآخرة ويضل الله الظالمين ويفعل الله ما يشاء 

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 27)

Sesungguhnya orang yang beristiqamah dalam ketaatan kepada Allah dialah yang diterima doa-doanya yang senantiasa di ulang-ulang dalam sehari melebihi dua puluh lima kali  “Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus.” itulah yang biasa kita ucapkan dalam al-Fatihah, mengapa kita mengucapkannya sebuah ucapan yang kita yakin dengan penuh keyakinan jika kita bisa istiqamah maka Allah akan mengampuni kita, akan tetapi kadang-kadang kita bermalas-malasan dalam menerapkan yang demikian itu dalam wujud sebuah amalan. Maka seyogyanya kita harus bertaqwa kepada Allah dan menerapkan amalan ini dengan penuh keyakinan yang dinyatakan dalam ungkapan perkataan, kita juga berusaha meniti jalan sebagai para penumpang gerbong orang yang senantiasa melantunkan doa “Tunjukilah kami ke jalan yang lurus” dan hendaknya kita berada di jalan-jalan orang yang meniti jalan antara hanya kepada Engkau  kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan dalam naungan tunjukilah kami jalan yang lurus menuju ke surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang kunci pembukanya adalah kalimat “Laa ilaaha illallah” saya memohon kepada Allah agar menutup lembaran hidup kami dan anda sekalian dengan akhir yang baik.

Sesungguhnya umat manusia setelah berakhirnya bulan suci Ramadhan terbagi menjadi beberapa bagian namun yang menonjol terbagi menjadi dua bagian ;

Kelompok yang pertama: Yaitu Kelompok orang yang kita mengetahuinya di bulan Ramadhan sangat bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan maka mata anda tidak melihat kelompok orang tersebut melainkan orang yang banyak bersujud, menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah, banyak membaca Al Qur’an atau bahkan dia sering menangis karena takut kepada Allah sehingga hampir-hampir orang-orang menyebut mereka dihadapan anda sebagai ahli ibadah kaum salaf, atau sehingga anda sangat berkeinginan untuk menjadi seperti dia karena kesungguhannya dan semangatnya dalam beribadah, dan apabila bulan yang penuh keutamaan ini telah berlalu ia kembali menyia-nyiakan waktu dan menghabiskannya dalam kemaksiatan seakan-akan selama bulan Ramadhan dia terbelenggu dengan berbagai macam ketaatan maka dia tersungkur dan terbenam dalam syahwat, kelalaian dan kekeliruan dia mengira bahwa dengan memperturutkan syahwat, dia bisa menjauhkan kesedihan dan kegalauannya dan dia melupakan bahwa kemaksiatan itu penyebab dari kebinasaan dan sesungguhnya dosa-dosa merupakan luka-luka dan betapa banyak terjadi luka yang mengakibatkan kematian dan kebinasaan, berapa banyak kemaksiatan yang mengharamkan seorang hamba untuk sekedar mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” pada saat sakaratul maut. Maka setelah dia hidup selama sebulan penuh disertai keimanan, Al Quran dan ibadah-ibadah yang mendatangkan kedekatan kepada Allah, tiba-tiba dia kembali ke belakang sambil terjungkir dan tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah, mereka inilah yang disebut sebagai hamba-hamba musiman yang tidak mengetahui dan mengenal Allah Ta’ala melainkan pada musim-musim tertentu, atau pada saat himpitan cobaan dan bencana menimpa mereka, sirna sudah ketaatan beranjak pergi mengikuti perginya bulan mulia maka inilah seburuk-buruk agama bagi mereka. Dan yang serupa dengan kondisi seperti ini adalah ; seseorang mengerjakan shalat untuk satu perkara yang menuntut dia untuk mengerjakannya, maka tatkala urusannya telah selesai diapun sudah tidak shalat dan puasa lagi. Wahai manusia jikalau begitu terus apa gerangan faedah dari beribadah sebulan penuh apabila setelah selesainya musim ibadah tersebut ia kembali kepada akhlak dan perilaku yang buruk lagi?

Kelompok yang kedua : Yaitu satu golongan manusia yang mereka merasa sedih berpisah dengan bulan Ramadhan karena sesungguhnya mereka merasakan kelezatan perlindungan dari segala yang buruk maka mereka menghinakan diri mereka dengan mengecap pahitnya kesabaran, karena sesungguhnya mereka mengetahui hakekat diri mereka dan kelemahannya dan betapa butuhnya kepada yang dipertuan Agung – yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala – sehingga mereka melakukan berbagai macam ketaatan kepada-Nya, sesungguhnya mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya dan ketika mereka menghidupkan malam-malam harinya itu semua karena bukti kerinduan mereka kepada-Nya, maka mereka menghantarkan kepergian bulan Ramadhan dengan linangan dan genangan air mata, hati-hati mereka benar-benar memendam dan menginginkan kebaikan bulan yang mulia tersebut, menginginkan agar belenggu dosa-dosa yang selama ini tersembunyi bisa dihempaskan dan diselamatkan dari pedihnya siksaan api neraka, dan mereka berharap bisa bergabung dengan gerbong orang-orang yang amalannya diterima dan bertanyalah pada diri dan pribadi anda wahai saudaraku dimana posisi anda dari dua kelompok tersebut ?

Dan demi Allah apakah ada kesamaan antara dua kelompok tersebut ?? bahkan kebanyakan mereka kalangan manusia tidak menyadarinya, para ahli tafsir mereka menafsirkan firman Allah Ta’ala,

 قل كل يعمل على شاكلته 

Katakanlah, ‘Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.'” Yaitu setiap orang melakukan sesuai dengan keadaan dan kondisi akhlak dan perilaku yang ia ciptakan sendiri dan ini merupakan celaan bagi orang kafir dan pujian bagi orang beriman.

Dan ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya sebaik-baik amalan yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang kontinyu meskipun hanya sedikit, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,

Wahai umat manusia hendaklah kalian melakukan amalan-amalan yang kalian mampu untuk memikulnya karena sesungguhnya Allah tidak akan merasa jenuh hingga kalian sendiri yang jenuh, dan sesungguhnya amalan-amalan yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang dikerjakan secara kontinyu meskipun hanya sedikit atau kecil, dan adalah keluarga Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengerjakan sebuah amalan mereka menekuninya atau konsisten dalam menjalaninya.” Hadits riwayat Muslim.

Dan ketika Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang amalan-amalan yang paling disukai di sisi Allah, beliau bersabda, “Yaitu amalan yang dilakukan secara kontinyu meskipun hanya sedikit.”

Dan ketika Aisyah Radliyallahu ‘anhaa ditanya tentang bagaimana dulu amalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apakah pernah mengkhususkan suatu amalan di hari-hari tertentu? Beliau menjawab, “Tidak, amalan beliau adalah yang dilakukannya secara kontinyu, dan apapun yang bisa kalian lakukan maka hal itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka semua ibadah-ibadah yang disyariatkan yang memenuhi syarat-syaratnya seperti; Dzikir kepada Allah Ta’ala, haji dan umrah sekaligus ibadah-ibadah nafilah yang berkaitan dengan keduanya, memerintahkan yang baik dan mencegah kemungkaran, menuntut ilmu, jihad di jalan Allah dan yang lain sebagainya dari segala macam amalan-amalan, maka jagalah untuk senantiasa kontinyu dalam beribadah sebatas kemampuan dan keleluasaan anda.” Dan Shalawat serta Salam Allah semoga tetap terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, para keluarganya dan para sahabat-sahabatnya.

Wallahu a’lam..

Sumber: https://islamqa.info/ar/10505