Tantangan yang harus dihadapi oleh para pemuda muslim di zaman yang penuh dengan kemesuman dan kemaksiatan serta tak mengenal rasa malu, adalah tantangan krisis moral (dekadensi moral) serta kerusakan sosial. Orang biasa yang menghadapi tantangan ini tidak mampu melawannya, bahkan seringkali terpaksa harus melepaskan diri dari ikatan nilai-nilai kepatutan dan membebaskan diri dari budi pekerti yang terpuji dan mulia, serta memerdekakan diri dari tradisi-tradisi Islam yang asli, lalu setelah itu ia terjerumus ke dalam kubangan lumpur nafsu dan syahwat tanpa ada benteng pencegah berupa agama ataupun kendali berupa nurani sama sekali. Tentu saja perbuatan hina itu mencampakkan kemuliaannya, melarutkan kepribadiannya, dan menghancurkan eksistensinya.
Tantangan moral yang dihadapi oleh generasi Islam hari ini sangat banyak dan beraneka ragam. Diantaranya ada yang berupa adat istiadat, ada pula yang datang dari diri sendiri, ada yang berasal dari pengaruh asing, adapula yang datang melalui media massa dan ada pula yang bersumber dari undang-undang.
- Tantangan Adat Istiadat
Seorang wanita yang meminta mahar yang begitu mahal hanya karena mengikuti adat istiadatnya, maka hal seperti itu tidak sejalan dengan apa yang telah digariskan oleh Rasulullah saw. kepada umatnya, beliau bersabda, “Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridha terhadap akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia (dengan anak gadis kalian),” (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah saw. juga bersabda, “Carilah mahar meski hanya sebuah cincin besi,” (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah saw. juga telah memberi pengarahan kepada para wanita, beliau bersabda, “Sesungguhnya termasuk diantara wanita terbaik adalah yang paling ringan maharnya,” (HR Ibnu Hibban dalam shahihnya).
“Keberkahan terbesar bagi para wanita adalah yang memudahkan urusan maharnya,” (HR Ahmad dan Al-Baihaqi).
Dalam potret para salaf, Said bin Musayyab ketika menikahkan putrinya yang cantik jelita, ia menikahkan putrinya dengan seorang muridnya yang miskin, Abdullah bin Abu Wada’ah, hanya dengan mahar tiga dirham karena beliau mengetahui si murid sekufu dengan putrinya dalam agama, akhlaq, dan ilmunya. Padahal sebelumnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mengajukan pinangan untuk putra mahkotanya, Alwalid bin Abdul Malik. Namun, Sa’id bin Al-Musayyab menolak pinangan tersebut kendati beliau tahu pihak yang meminang mempunyai kedudukan dan kekayaan yang demikian besar. Akibat penolakan tersebut, beliau harus menanggung derita, cobaan, kesengsaraan, dan berbagai bentuk intimidasi dari penguasa.
Potret para salaf tersebut cukup menjadi solusi untuk memecahkan permasalahan mahar, tanpa harus mengikuti adat istiadat. Hal tersebut karena para salaf mengikuti jalan yang telah Rasulullah saw. perintahkan dalam sabdanya, “Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridha terhadap agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia dengan putri kalian. Jika tidak dilakukan, maka akan timbul fitnah dan kerusakan besar di muka bumi,” (HR At-Tirmidzi).
Jika para wali menjalankan perintah tersebut, maka para pemuda akan mendapatkan jalan menikah dengan mudah, mereka akan terbebas dari bayang-bayang yang senantiasa menghantui pikiran mereka, yakni mahalnya mahar dan tingginya biaya pernikahan. Mereka pun dapat menghadapi tantangan krisis moral dengan menggairahkan dunia pernikahan, mencabut akar kerusakan, dan krisis moral dalam masyarakat Islam.
- Tantangan Diri Sendiri
Tantangan ini lebih berat dan lebih dahsyat dari segala macam tantangan krisis moral. Para pemuda yang sedang dilanda kelemahan iman, akan berani melakukan dosa dan kesalahan serta penyimpangan moral. Terlebih, jika para pemuda itu dikuasai oleh syetan manusia dan syetan jin, maka mereka akan mengikuti hawa nafsu dan menyambut dengan patuh bujukan-bujukan nafsunya.
Solusi praktis untuk membebaskan diri dari tantangan itu semua adalah dengan mengokohkan akidah rabbaniyah dalam diri, mengisi waktu-waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan, bergaul dengan orang-orang bertakwa dan beriman serta menggabungkan diri dengan jama’ah Islam yang berupaya terus menerus mendidik dan membentuk kepribadian. Dengan jalan itu semua, maka akan menjadi sosok manusia yang shaleh dan hamba-hamba Allah yang bertakwa serta istiqomah. Bahkan, akan menjadi contoh teladan bagi yang lain.
- Tantangan Pengaruh Asing
Diantara pengaruh asing adalah semua rencana-rencana yang dirancang oleh musuh-musuh Islam untuk merusak masyarakat Islam agar secara bertahap terjerumus dalam dalam kehidupan tak bermoral dan terlempar ke tempat-tempat menyesatkan.
Rencana Kaum Yahudi dan Masoni
Dalam protokolnya, kaum Yahudi berkata, “Kita harus bekerja merusak akhlak manusia di setiap tempat, sehingga mereka mudah kita kuasai. Sesungguhnya Sigmund Freud adalah orang kita. Pikiran-pikirannya akan terus mengekspose hubungan seksual di bawah terik matahari sehingga tidak ada lagi sesuatu yang dianggap suci dalam pandangan kaum muda dan jadilah cita-citanya yang tertinggi adalah bagaimana cara untuk dapat memuaskan nafsu seksualnya. Jika keadaan sudah demikian, maka saat itulah moral kaum muda menjadi bobrok.”
Mereka juga mengatakan, “Kita harus memperalat kaum wanita, kapan wanita menyodorkan tangannya kepada kita, maka saat itulah kita akan sukses menyebarkan perbuatan-perbuatan haram, dan kaum wanita itulah yang akan menghancurkan para tentara pembela agama.”
Karena itu lah orang-orang Yahudi mengambil pikiran-pikiran Sigmund Freud untuk memalingkan para pemuda agar cita-cita tertingginya adalah bagaiamana memuaskan syahwat dan menikmati kehidupan yang bebas dan serba boleh.
Rencana Kaum Kolonialis dan Salibi
Salah seorang tokoh kolonialis berkata, “Cawan minuman dan wanita dapat membuat kerusakan lebih besar pada umat Muhammad dari pada kerusakan yang ditimbulkan oleh 1000 mortir, serta dapat menenggelamkannya dalam lauatan cinta terhadap materi dan syahwat…”
Dalam Kongres Missionaris Kristen di Al-Quds, Pastur Samuel Zwemer, berkata, “Sesungguhnya kalian telah menyiapkan generasi muda yang tak mengenal hubungan dengan Allah di negeri-negeri Islam…, generasi tersebut akan tercetak sesuai dengan keinginan kaum kolonialis, generasi yang mempedulikan persoalan0-persoalan besar, hanya senang bersantai-santai dan bermalas-malasan, keinginannya di dunia hanyalah mencari kesenangan. Jika belajar maka tujuannya adalah untuk mencari kesenangan, jika mengumpulkan harta juga hanya untuk bersenang-senang, dan jika menduduki jabatan maka tujuannya hanyalah untuk mencari kesenangan dan melampiaskan syahwat.”
Tidak ada maksud dan tujuan lain dari rencana kaum kolonialis Kristen itu kecuali memalingkan para pemuda Islam dari medan-medan perjuangan dan jihad, sehingga mereka tidak lagi berpikir tentang upaya-upaya untuk meraih kemuliaan dan kejayaan.
Rencana Kaum Komonis dan Paham Materialisme
- Memalingkan perhatian kaum muslimin dari akidah Uluhiyah dengan pentas-pentas hiburan.
- Memalingkan generasi Islam dari keislamannya dengan cerita-cerita, surat-surat kabar, dan majalah-majalah.
Diantara slogan-slogan dusta yang dihasung oleh orang-orang Yahudi dan Salibi, para missionaris Kristen, dan kaum orientalis ialah kebebasan wanita. Kebebasan yang dimaksud disini adalah kebebasan dari rumah mereka, bebas berpakaian, bebas dari akhlak dan akidah.
Oleh sebab itulah, Pastur Samuel Zwemer berkata, “Hendaklah para missionaris tidak berputus asa jika melihat hasil dari kristenisasi mereka terhadap umat Islam belum nampak besar, sebab telah menjadi suatu kepastian bahwa telah tumbuh satu kecenderungan kuat dalam hati orang Islam untuk mempelajari ilmu-ilmu Barat dan menerima doktrin kebebasan wanita…”
Dari pernyataan-pernyataan dan rencana musuh Islam yang telah dikemukakan, terlihat jelas bahwa kaum Yahudi, Salibi, Komunis, missionaris Kristen dan kaum orientalis, semua bersatu padu, bahu membahu untuk merusak masyarakat Islam melalui jalan: minuman keras, seks, teater, majalah-majalah, penyebaran cerita-cerita dan sandiwara amoral, mengangkat slogan-slogan seperti kebebasan wanita dan persamaan hak dengan kaum lelaki, penentangan terhadap ajaran agama dan tradisi Islam. Sungguh sangat disayangkan mereka telah berhasil mencapai tujuan busuknya dan maksud kejinya hingga kita melihat para pemuda dan pemudi kita dibanyak negeri Islam telah memperturutkan keinginan dan hawa nafsunya, mereka tergelincir di tempat-tempat yang melarutkan iman dan mengeroposkan akhlak mereka. Mereka tak punya cita-cita dan tujuan hidup selain memuaskan keinginan mereka, melampiaskan hasrat dan nafsu mereka, serta berkubang di lembah nista, dan berpaling secara total dari tugas suci mereka untuk mengemban risalah Islam, berjuang dan berjihad. Bahkan, cita-cita terbesar mereka adalah menyaksikan film-film porno, atau sandiwara-sandiwara mesum, atau panggung-panggung lawak, atau mencari sarang-sarang pelacuran.
Maka yang harus dilakukan adalah mengetahui realita ini dan kemudian berhati-hati dan waspada terhadap rencana-rencana keji musuh dan persekongkolan jahat musuh yang ditujukan kepada umat Islam.
- Tantangan Media Massa
Telah diketahui, media massa jika digunakan untuk tujuan negatif, maka ia dapat menjadi sarana paling hebat dan ampuh dalam merusak masyarakat, melarutkan kaum muda, melemahkan putra-putri umat, melepaskan kaum wanita dari tatanan moral dan agama, Hal itu karena media massa berinteraksi langsung dengan jutaan orang melalui program-program, pesan-pesan, dan kata-katanya, mayoritas dari jutaan orang tadi adalah kuam awam dan polos, yang memiliki unsur kebaikan dan hawa nafsu. Mereka akan terpengaruh oleh kata-kata yang dibaca, atau didengar, atau dilihat di dalamnya.
Sungguh sangat disayangkan, media massa di negeri-negeri Islam –kecuali yang dirahmati Allah– hampir seluruhnya digunakan untuk menyebarkan hal-hal yang keji, untuk mengundang kejahatan dan untuk membuat kerusakan di muka bumi. Hal tersebut dapat mengakibatkan rusaknya akidah, hancurnya moral, dan runtuhnya nilai-nilai dan idealisme.
Itu semua, terdapat peranan orang-orang Masoni, yang diotali oleh orang-orang Yahudi dalam melakukan kerusakan dan menguasai jaringan media massa, baik visual, audio, maupun cetak.
Salah seorang zionis, Theodore Hertzl, dalam bukunya memorinya mengatakan, “Banyak berteriak adalah segalanya, kenyataannya banyak berteriak membawa kepada pekerjaan-pekerjaan besar.”
Yang dimaksud dengan banyak berteriak ialah propaganda yang senantiasa didengung-dengungkan lewat media massa, hal itu karena propoganda lebih kuat dampaknya dan lebih mengena sasaran, bahkan ia bisa memikat pandangan, menghasilkan pendukung, melemahkan musuh, dan mewujudkan tujuan.
Dalam Protokolat ke VII, dinyatakan, “Kita harus mendikte pemerintahan-pemerintahan non Yahudi melalui cara yang mereka sebut dengan istilah opini publik. Kita membentuk opini publik melalui media yang paling kuat dampak pengaruhnya yakni surat kabar, yang kesemuanya berada dalam genggaman kekuasaan kita.”
- Tantangan Hukum dan Perundang-undangan
Hal ini merupakan tantangan krisis moral paling nyata yang dihadapi generasi muda Islam pada masa kejatuhan dan kesesatan. Dengan mengatasnamakan hukum, kehormatan dan kesucian dianggap sesuatu yang bebas. Dengan atas nama hukum, para pedagang seks membuka rumah-rumah pelacuran, panti-panti pijat dan kafe-kafe minuman keras. Dengan atas nama hukum, kaum pria dan wanita bebas bertelanjang badan, bercampur aduk tanpa rasa malu.
Dengan atas nama hukum, maka terbuka pintu yang demikian luas bagi penerbitan, penulis, dan insan pers untuk menulis, mengarang dan menyebarkan apa saja sesuka hati mereka, kendati tulisan tersebut mengajak kepada pembolehan zina, kebebasan kaum wanita, pemuasan nafsu, pelecehan dan pengabaian terhadap nilai-nilai kemuliaan dan kehormatan.
Dengan mengatasnamakan hukum ini, dengan mengatasnamakan kebebasan mengemukakan pendapat, dan dengan mengatasnamakan deomokrasi, maka setiap insan pers berhak menggunakan media massa apapun untuk merusak, memutar balikkan fakta, dan melecehkan. Mereka merusak moral dan tatanan Islam dikarenakan mendapat perlindungan hukum.
Bagaimana umat Islam bisa berpegang teguh pada nilai-nilai akhlak yang karimah dan bisa konsisten di jalan tersebut, apabila hukum dan undang-undang di sebagian besar negeri-negeri Islam melindungi perbuatan-perbuatan rendah, memudahkan jalan kemungkaran dan mengkondisikan faktor-faktor yang menyebabkan rusak dan bobroknya moral generasi Islam?
Solusi untuk menghadapi itu semua adalah hendaknya kaum muslimin di semua tempat melakukan perlawanan dan mengambil posisi mereka di negeri-negeri mereka dan melaksanakan tanggung jawab mereka dalam melakukan perbaikan dan perubahan di tengah-tengah masyarakat mereka, dalam rangka menghadapi tantangan-tantangan yang melanda umat mereka dengan keteguhan iman, semangat patriotisme, rencana dakwah, beriltizam pada jama’ah dan tanggung jawab perbaikan.
Sungguh jika mereka melakukan hal itu, Allah akan selalu bersama mereka dan tidak akan sekali-sekali meninggalkan mereka. Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, jika kalian menolong agama Allah niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian,” (Muhammad: 7).
Solusi lain yang tak diragukan lagi bahwa pernikahan yang disyariatkan Islam kepada para pemuda, saat mereka berusia remaja merupakan generasi terbaik dalam menjaga akhlak mereka, menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai para pemuda! Siapa diantara kalian yang telah mampu menikah, maka hendaklah ia menikah, yang demikian itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.”
Akan tetapi, jika mereka belum memperoleh jalan untuk menikah karena berbagai kendala maka hendaknya mereka berpegang pada tali kesucian dan kehormatan. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian dirinya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya,” (An-Nur: 33).
Adapun sarana-sarana yang dapat mendukung para pemuda dalam menjaga kesucian dan kehormatannya adalah:
- Menundukkan pandangan
Allah berfirman, “Katakanlah kepada kaum lelaki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada para wanita mukminat, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluannya’,” (An-Nuur: 30-31).
- Rutin berpuasa sunnah
Rasulullah saw. bersabda, “Wahai para pemuda! Siapa diantara kalian yang telah mampu menikah, maka hendaklah ia menikah, yang demikian itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu jadi peredamnya syahwat.”
Dibalik puasa tersebut terdapat hikmah yang sangat agung, diantaranya adalah:
- Meningkatkan muraqabah (merasa diawasi) seseorang kepada Allah baik saat sepi maupun ramai.
- Meringankan pemuda dari gejolak syahwat dan nafsu birahi.
- Menjauhkan diri dari hal-hal yang membangkitkan gejolak syahwat
Rasulullah saw. bersabda, “…barangsiapa terjerumus dalam syubhat, akan terjerumus ke dalam haram. Ingatlah bagi setiap gembala itu ada larangan, dan sesungguhnya larangan Allah itu adalah hal-hal yang diharamkan,” (HR Bukhari).
- Mengisi waktu-waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat
Rasulullah saw. bersabda, “…rakuslah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah,” (HR Bukhari).
Terapi untuk melepaskan diri dari semua ini, hendaknya tahu bagaimana harus melewatkan waktu-waktu senggangnya, baik dengan berolahraga, atau pun berefektifitas lain yang bermanfaat.
- Berteman dengan orang shaleh
Rasulullah saw. bersabda, “Jangan kamu berteman kecuali dengan orang beriman dan jangan makan makananmu kecuali orang bertakwa,” (HR At-Tirmidzi).
“Seseorang itu mengikuti agama teman karibnya, maka hendaknya seseorang diantara kalian melihat dengan siapa dia berteman karib,” (HR Tirmidzi).
- Mengambil ajaran ilmu kesehatan
Rasulullah saw. bersabda, “Hikmah itu adalah milik orang beriman yang hilang, maka dimana pun ia mendapatkannya, ia lebih berhak atasnya,” (HR Tirmidzi dan Al- Askari).
Diantara kiat-kiat yang diberikan oleh para ahli kedoteran dan kesehatan untuk mengurangi gejolak syahwat dan dorongan nafsu yang mengeram dalam diri adalah :
- Banyak berendam di air dingin pada musim panas
- Banyak berolah raga dan senam badan
- Menghindari makanan dan masakan yang mengandung rempah-rempah dan bumbu-bumbu karena kedua bahan itu dapat membangkitkan syahwat
- Mengurangi sedapat mungkin minuman yang merangsang syaraf seperti kopi dan teh
- Jangan banyak makan daging dan telur
- Jangan tidur terlentang atau tengkurap tapi mengikuti sunnah, yakni miring di atas lambung kanan dan wajah menghadap kiblat
- Memperdalam muraqabah kepada Allah, baik di waktu sepi maupun ramai
Rasulullah saw. bersabda, “…ihsan ialah engkau menyembah Allah seolah-seolah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu,” (HR Bukhari dan Muslim).
Peranan Kaum Muslimin dalam Menghadapi Krisis Moral
- Bergabung sepenuh hati ke dalam barisan jama’ah yang komitmen terhadap Islam
- Ikut terjun di medan dakwah dengan semangat yang tinggi dan tekad yang membara
- Menopang materi dakwah yang diserukan dengan hujah-hujah yang terbantahkan, dengan bukti-bukti yang pasti dan dengan logika yang rasional, memuaskan dan akurat
- Memperlihatkan akhlaq luhur dan sikap santun dalam berdakwah
- Menundukkan pandangan
Sumber: Diringkas dari kitab Asy-Syabab al-Muslimu Fii Muwaajahati at-Tahaddiyaati, atau Aktivis Islam Menghadapi Tantangan Global, karya: Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan, terj. Abu Abu Abida al-Qudsi (Pustaka Al -‘Alaq, 2003), hlm. 87-125.