Permohonan Ahli Surga

Allah Subhanhu wa ta’alaa berfirman mengisahkan ucapan hamba-hamba-Nya yang mau berfikir,

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu), ‘Berimanlah kalian kepada Tuhan kalian.’ Kemudian kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah bagi kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang baik-baik. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan Rasul-Rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada Hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (Ali Imran: 193-194).

Ini bukti jelas keimanan mereka kepada para Rasul kemudian mereka menggunakan perantaraan kepada Allah dengan keimanan mereka agar Allah memberikan kepada mereka apa yang pernah Ia janjikan kepada mereka melalui para Rasul. Karena mereka mendengarkan janji-Nya kepada mereka melalui mulut para Rasul. Ini juga menandakan bahwa keimanan mereka kepada Allah telah mencakup pembenaran mereka terhadap para Rasul. Bahwa mereka telah menyampaikan janji-Nya kepada mereka kemudian mereka membenarkannya dan meminta kepada Allah memberikan apa yang telah Ia janjikan kepada mereka. Inilah yang dikatakan salaf dan khalaf terhadap maksud ayat di atas.

Pemenuhan janji ini ada syarat-syaratnya, di antaranya, adanya rasa butuh dari mereka kepada Allah, adanya permohonan mereka kepada-Nya agar Ia memenuhi janji-Nya kepada mereka, adanya keimanan dalam diri mereka, yang meliputi perintah-Nya, larangan-Nya, para Rasul-Nya, janji dan ancaman-Nya, nama-nama-Nya, semua sifat-Nya, semua perbuatan-Nya, dan hal-hal lain yang termasuk dalam cabang keimanan. Kemudian adanya pemenuhan mereka terhadap seruan Allah dan tidak adanya hal-hal yang membatalkan perjanjian ini. Dan doa adalah salah satu unsur yang paling penting dan paling bermanfaat. Mereka amat membutuhkan doa tersebut daripada doa-doa lainnya. Kemudian Allah ta’alaa berfirman,

Katakanlah, ‘Apa (adzab) yang demikian itulah yang lebih baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa? Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka. Bagi mereka di dalam surga tersebut apa saja yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya).” (Al-Furqan: 15-16).

Hamba-hamba Allah yang beriman meminta kepada Allah dan begitu juga para malaikat-Nya memintakan ampunan bagi mereka. Surga meminta penghuninya kepada Allah dan para penghuni surga juga meminta surga kepada Allah. Para malaikat memintakan surga bagi mereka begitu juga para Rasul memintakan surga bagi umatnya dan pengikutnya. Para Hari Kiamat, Allah memerintahkan para manusia berdiri di hadapan-Nya. Ketika itu, para Rasul meminta syafa’at bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Ini adalah puncak kesempurnaan kekuasaan Allah, perbuatan baik-Nya, kedermawanan-Nya, kemuliaan-Nya, dan pemberian-Nya terhadap apa yang dimintakan kepada-Nya. Dan itu semua adalah konsekuensi Asma dan sifat Allah serta bukti nyata asma’ dan sifat-Nya. Asma dan sifat-Nya tidak boleh dikosongkan dari buktinya. Allah Maha Dermawan dan milik Allah seluruh kedermawanan. Wajib meminta hanya kepada Allah. Dalam sebuah hadits dinyatakan,

Barangsiapa tidak meminta kepada Allah, maka Allah murka kepadanya.”

Abu Nu’aim al-Fadhl berkata bahwa telah berkata kepada kami Yunus, yaitu Abu Ishaq yang berkata bahwa telah berkata kepada kami Yazib bin Abu Martsid yang berkata bahwa Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu bersabda,

Tiadalah seorang Muslim meminta surga kepada Allah hingga tiga kali melainkan surga berkata, ‘Ya Allah, masukkan orang tersebut ke dalam surga.!’ Barangsiapa meminta perlindungan kepada Allah dari neraka hingga tiga kali, maka neraka berkata, ‘Ya Allah, lindungilah orang tersebut dari neraka.’” (Riwayat Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah, dari Hanad bin as-Suri dari Abul Ahwash dari Abu Ishaq dari Yazid dan seterusnya)

Abu Dawud dalam Musnad-nya berkata bahwa telah berkata kepada kami Syu’bah yang berkata bahwa telah berkata kepada kami Yunus bin Hibban yang mendengar Abu Alqamah dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

Barangsiapa berkata, ‘Aku meminta surga kepada Allah hingga sebanyak tujuh kali.’ Maka surga berkata, ‘Ya Allah, masukkan orang tersebut ke dalam surga.’” (Riwayat Abu Dawud).

Abu Ya’la al-Maushil berkata bahwa telah berkata kepada kami Abu Khutasimah Zuhair bin Harb yang berkata bahwa telah berkata kepada kami Jarir dari Yunus dari Abu Hazim dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

Tiadalah seorang hamba meminta perlindungan dari neraka hingga sebanyak tujuh kali melainkan nereka berkata, ‘Sesungguhnya hamba-Mu si fulan meminta perlindungan daripadaku, maka lindungilah ia dariku.’ Dan tiadalah seorang hamba meminta surga hingga sebanyak tujuh kali melainkan surga berkata, ‘Ya Tuhan-ku, sesungguhnya hamba-Mu si Fulan memintaku, maka masukkanlah ia kepadaku.’” (Sanad hadits ini sesuai dengan kriteria Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).

Banyak di kalangan salaf yang tidak meminta surga kepada Allah. Dalih mereka, “Cukuplah bagi kami, Allah melindungi kami dari neraka.” Di antara mereka adalah Abu Shubaha’ bin Asyim yang pernah shalat pada suatu malam hingga sahur. Usai shalat, ia mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, lindungi aku dari neraka! Pantaskah orang sepertiku ini berani meminta surga kepada-Mu.”

Al-Laits menyebutkan sebuah hadits dari Muawiyah bin Shalih dari Abdul Malik bin Abu Basyir yang menganggap hadits tersebut marfu’,

“Setiap hari, surga dan neraka meminta. Surga meminta, ‘Ya Tuhan-ku, buah-buahanku telah ranum, sungai-sungaiku telah mengalir dan aku telah rindu kepada wali-waliku, maka antarkan mereka segera ke tempatku.”

Maka surga sendiri meminta penghuninya dan menarik mereka kepadanya. Begitu juga nereka. Sungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita agar selalu ingat kepada surga dan neraka dan tidak melupakan keduanya sedetik pun.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Maushulli yang berkata bahwa, telah berkata kepada kami Ishaq bin Abu Israil yang berkata, telah berkata kepada kami Ayyub bin Abu Syabib ash-Shan’ani yang berkata, di antara hadits yang kami periksa kepada Rabah bin Zaid adalah hadits yang disampaikan kepadaku oleh Abdullah bin Abu Numair yang mendengar Abdurrahman bin Yazid berkata bahwa saya mendengar Abdullah bin Umar Radliyallahu ‘anhumaa berkata bahwa saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Janganlah kalian melupakan dua hal yang amat besar.” Kami bertanya, “Apa yang dimaksud dengan dua hal yang besar tersebut wahai Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yaitu Surga dan neraka.”

Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015.