Jalan Menuju Surga

Allah ta’alaa berfirman,

Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan tersebut mencerai beraikan kalian dari jalan-Nya.” (Al-An’am: 153)

Dan hak Allah (menerangkan) jalan yang lurus, di antara jalan tersebut adalah jalan yang bengkok.” (An-Nahl: 9)

Maksudnya bahwa dari satu jalan ini ada yang menyimpang. Itulah jalan-jalan kesesatan. Ibnu Mas’ud Radliyallahu ‘anhu berkata,

“Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis. Beliau bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah.’ Kemudian beliau membuat banyak garis di sebelah kanan kirinya. Kemudian bersabda, ‘Garis-garis ini adalah jalan-jalan dan di atas setiap jalan terdapat setan yang mengajak kepada jalan tersebut.’ Kemudian beliau membaca ayat. ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain. Karena jalan-jalan tersebut mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.’” (Riwayat Ahmad dan Hakim).

Adapun yang terdapat dalam firman Allah,

Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah, Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan.” (Al-Maidah: 15-16)

Maka jalan-jalan yang dimaksud dalam ayat ini adalah sebagaimana cabang-cabang iman yang dikumpulkan dari kata iman itu sendiri. Sebagaimana pohon yang terdiri dari ranting-ranting. Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhu berkata,

“Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam keluar menemui kami dan berkata, ‘Dalam mimpiku tadi malam, kulihat malaikat Jibril sedang berada di atas kepalaku dan malaikat lainnya sedang berada di kakiku. Salah seorang dari keduanya berkata kepada yang lainnya, ‘Buatkan perumpamaan yang cocok untuknya (Muhammad).’ Malaikat yang ditanya menjawab, ‘Sesungguhnya perumpamaanmu dan umatmu adalah seperti raja yang membangun gedung dengan kamar-kamar di dalamnya dan menyiapkan hidangan pesta di dalamnya. Setelah itu, sang raja memerintahkan seseorang untuk mengundang rakyatnya untuk hadir pada pesta tersebut. Di antara manusia ada yang memenuhi undangan raja, ada pula yang tidak memenuhinya. Allah adalah sang raja yang dimaksud. Istana tadi adalah Islam. Kamarnya adalah Surga, dan engkau wahai Muhammad, adalah utusan yang mengundang manusia untuk hadir pada jamuan makan tadi. Barangsiapa masuk Islam, maka ia masuk surga. Dan barang siapa masuk surga, maka ia makan hidangan lezat yang ada di dalamnya.”

Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015.