Jual Beli Allah ta’alaa dengan Hamba-Hamba-Nya

Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman,

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka berilah kabar gembira dengan jual beli yang telah kalian lakukan dan itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 111)

Sesungguhnya komoditi barang jika tidak kita ketahui kadarnya, maka lihatlah siapa pembelinya? Lihatlah imbalan-imbalan yang dikeluarkannya, dalam bentuk apakah imbalan tersebut? Lihatlah siapa yang melangsungkan akad jual belinya? Sesungguhnya komoditi yang dimaksud adalah jiwa. Allah adalah pembelinya, surga adalah imbalannya. Dan wakil dalam Akad jual beli ini adalah makhluk Allah yang terbaik dan mulia di sisi-Nya. Para malaikat dan manusia terbaik juga mulia.

Dalam Jami’ Tirmidzi disebutkan hadits dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa takut, maka dia berangkat pada permulaan malam, dan barangsiapa berangkat pada permulaan malam,maka ia sampai pada tempat tinggalnya. Ketahuilah bahwa perniagaan Allah itu mahal. Ketahuilah bahwa perniagaan Allah adalah surga.” (Riwayat Tirmidzi dan al-Hakim. At-Tirmidzi berkata hadits tersebut hasan gharib).

Dalam Shahih Muslim disebutkan hadits dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhu berkata bahwa Nu’man bin Qauqal datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata,

Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mengerjakan shalat wajib, mengharamkan yang haram dan menghalalkan yang halal, maka apakah aku masuk surga?’ Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya.’” (Riwayat Muslim dan Ahmad)

Dalam Shahih Muslim disebutkan hadits dari Utsman bin Affan Radliyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa meninggal dunia dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, maka ia masuk surga.” (Riwayat Muslim).

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Ubadah bin Shamit Radliyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa berkata, ‘Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah saja dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak hamba-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta ruh dari-Nya, bahwa surga adalah benar adanya, bahwa neraka adalah benar adanya, maka Allah memasukkanny dari pintu mana saja yang ia sukai dari delapan pintu surga.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Abu Nu’aim meriwayatkan hadits dari Abu Zubair dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhumaa yang berkata bahwa saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Amal perbuatan tidak bisa memasukkan pelakunya ke dalam surga dan amalnya tidak melindunginya dari neraka termasuk aku sendiri kecuali dengan mentauhidkan Allah ta’alaa.” (Sanad hadits ini sesuai syarat Muslim dan asal haditsnya terdapat dalam Shahihnya).

Maksudnya adalah, bahwa surga hanya bisa dimasuki dengan rahmat Allah dan bukan dengan amal perbuatan manusia meskipun ia merupakan sebab. Walaupun dalam beberapa firman-Nya, Allah memasukkan seseorang ke surga dengan amalnya, namun kedua dalil ini tidak saling bertentangan karena dua hal. Berdasarkan apa yang disebutkan Sufyan dan lainnya yang berkata, “Mereka mengatakan bahwa selamat dari neraka adalah dengan ampunan Allah, begitu pula masuk ke dalam surga adalah dengan rahmat-Nya. Sedang pembagian rumah adalah dengan amal perbuatan.” Hal ini sebagaimana yang digambarkan dalam hadits Abu Hurairah, bahwa penghuni surga ketika sudah mausk ke dalam surga, maka mereka turun di dalamnya dengan amal perbuatan mereka.

Barangsiapa mengenal Allah, mengetahui hak-hak Allah atas dirinya, mengetahui pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya kepada Allah. Kemudian memandang surga dan neraka dengan hati nuraninya, maka ia akan semakin kenal dengan Allah. Dan Allah adalah tempat meminta pertolongan.

Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015.