94. Al-Mubiin (Yang menjelaskan segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)
Al-Mubiin memiliki arti menampakkan dan menjelaskan, baik perkataan maupun perbuatan. Al-Bayyinah adalah petunjuk yang jelas, baik secara akal maupun perasaan. Adapun al-bayaan, yaitu pengungkapan sesuatu. Kalaam dikatakan bayaan karena ia membuka tentang tujuan dan menampakkannya, inilah penjelasan bagi manusia.
Allah, Dia-lah Yang menjelaskan bagi semua hamba-Nya jalan petunjuk dan menerangkan bagi mereka perbuatan yang mendapatkan pahala bagi yang melakukannya dan perbuatan yang mengakibatkan siksa bagi yang melaksanakannya. Dia menjelaskan kepada mereka apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka tinggalkan.
Allah menamakan diri-Nya dengan al-Mubiin,
“Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).”
Dia telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya semua jalan petunjuk, memperingatkan, menjelaskan kepada mereka jalan-jalan kesesatan, dan mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab sebagai penjelasan bagi mereka.
Allah ta’alaa berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (Al-Baqarah: 159)
Ayat ini merupakan ancaman yang keras bagi orang yang menyembunyikan risalah para Rasul, berupa petunjuk yang jelas terhadap segala tujuan yang benar dan petunjuk yang bermanfaat bagi setiap jiwa setelah adanya penjelesan Allah dalam Kitab-Kitab yang diturunkan-Nya kepada para Rasul.
Firman Allah ta’alaa,
“Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata, ‘Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepda kami.’ Demikian pula orang-orang yang sebelum merek telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.” (Al-Baqarah: 118)
“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.” (Al-Baqarah: 266)
“Allah hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadakmu dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para Nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisaa: 26)
Allah ta’alaa berfirman,
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizing-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al-Maaidah: 15-16)
“Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Maaidah: 75)
“Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An-Nuur: 18)
Allah menjelaskan hukum-hukum syar’i dan menerangkannya dan menjelaskan hukum-hukum Qadari (takdir) Dia Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya, Maha Bijaksana dalam syara’ dan ketentuan-Nya. Dia memiliki hikmah dan hujjah yang tidak bisa dibantah.
Allah ta’alaa berfirman,
“… Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali-‘Imran: 103)
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (At-Taubah: 115)
Allah mengabarkan tentang diri-Nya yang mulia dan hukum-Nya yang adil bahwa Dia tidak akan menyesatkan suatu kaum, kecuali setelah menyampaikan risalah kepada mereka sehingga hujjah telah disampaikan kepada mereka.
Sumber: DR. Sa’id Ali bin Wahf al-Qahthani. Syarah Asma’ul Husna”. Terj. Abu Fatimah Muhammad Iqbal Ahmad Ghazali. Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i. 2005.