Protes Atas Kunjungan Delegasi OKI, Massa Buddha Rusak Masjid

SITWE, muslimdaily.net, – Sekelompok massa Buddha telah menyerang masjid terakhir yang masih berdiri di kota Kyauk Phyu, Arakan, merusak dan menghancurkan menaranya.

“Kemarin malam, kami mendengar tentang beberapa orang yang mencoba untuk menghancurkan masjid dan pagi ini, saya pergi untuk melihat itu dan melihat bahwa beberapa kerusakan telah terjadi,” kata Htun Naing dari Jaringan Umum Kyaukphyu kepada Democratic Voice of Burma pada hari Selasa 19 Novembe, demikian sebagaimana dilansir onislam.net.

Serangan itu dimulai pada Senin malam ketika sekelompok penganut Buddha berkumpul untuk merayakan festival bulan purnama.

Mengekspresikan kekhawatiran tentang kunjungan terbaru oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI), mereka menyerang masjid dan menghancurkan menaranya sekitar pukul 8 malam. Pada 22:45, tujuh puluh lima persen dari bangunan masjid telah hancur.

Serangan ini terjadi di tengah kunjungan Empat hari delegasi OKI ke Myanmar, yang telah selesai Sabtu lalu.

“Warga Arakan Buddha lokal berencana untuk mengadakan protes, ketika OKI datang berkunjung, untuk menentang rencana membuka kantor di ibukota dan saya kira kejadian kemarin bisa dihubungkan dengan ini,” kata Naing.

Menjelang kunjungan OKI pekan lalu ratusan umat Buddha turun ke jalan pada hari Selasa lalu untuk memprotes kunjungan. Jumat lalu, sekitar 5.000 umat Buddha kembali menggelar demonstrasi menentang kunjungan OKI di Sittwe, ibukota Arakan.

Delegasi OKI ke Myanmar termasuk anggota dari Indonesia, Malaysia, Turki, Arab Saudi, Mesir, Djibouti dan Bangladesh.

Setelah kunjungan, Sekretaris Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu terharu sampai menangis dengan kunjungan emosionalnya dan mengatakan: “Saya tidak pernah punya perasaan seperti itu.”

Selama kunjungan, Ihsanoglu menerima jaminan dari pemerintah untuk memecahkan dilema kewarganegaraan lebih dari 800.000 Muslim Rohingya.

Pada bulan Oktober 2012, OKI mencoba membuka kantor di Myanmar untuk membantu Muslim di sana, tapi langkah itu dihentikan oleh Presiden Thein Sein menyusul protes besar-besaran oleh para biksu Buddha.