Ormas Islam Jabar Anggap Laporan IJABI ke Komnas HAM Salah Alamat

Hidayatullah.com—Langkah Ikatan Jemaat Ahlulbait Indonesia (IJABI) ke Komnas HAM dan Menko Polhukam karena merasa medapat perlakuan diskriminatif atas gagalnya perayaan Asyuro di beberapa daerah mendapat tanggapan Ormas Islam di Jawa Barat.

Pimpinan Pusat Persaturan Islam (Persis) melalui Ketua Umumnya,Prof. KH.M.Abdurrahman menyatakan bahwa laporan IJABI tidak tepat dan tidak pada tempatnya.

Menurutnya perayaan Asyuro yang digelar kaum Syiah tersebut sudah melenceng jauh dari kaidah syar’iyah.Sehingga wajar jika ada penolakan oleh dari umat Islam khususnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

“Mereka (Syiah) kalau mengaku umat Islam harusnya tidak merasa minoritas.Tetapi jika merasa minoritas berarti mereka (Syiah) sendiri mengakui ada yang beda dengan Ahlulus Sunah, kalau sama tidak mungkin ada penolakan,” imbuhnya kepadahidayatullah.com, Senin malam (18/11/2013).

Ia menambahkan seharusnya yang dilakukan kelompok Syiah adalah mengevaluasi diri dengan jujur dan terbuka atas sikap penolakan yang didapat, bukan menyalah pihak lain dan malah mencari dukungan Komnas HAM untuk mendapatkan simpati serta dukungan atas kekeliruaannya.

Abdurahman sendiri berharap pihak manapun yang mendapat aduan kelompok Syiah termasuk Komnas HAM harus mendengar dan mendapat penjelasan dari kelompok yang menolak (Sunni). Sehingga akan didapat informasi dan penjelasan yang seimbang

Hal senada juga diunggapkan Dewan Dakwah (DDII) Jabar. Sekretaris Umum DDII Jabar M.Roinul Balad yang menganggap aduan Ijabi ke Komnas Ham dan Menko Polhukam sebagai salah alamat.

Menurutnya penolakan perayaan Asyuro yang dilakukan masyarakat dan umat Islam tersebut tidak terdapat pelanggaran HAM sama sekali.Seharusnya,sambung Roin,IJABI lah yang harus introspeksi mengapa perayaan yang katanya ajaran Islam tersebut di tolak oleh umat Islam sendiri.

“Jika ada penolakan berarti ada yang salah atas esensi acara tersebut. Bukan malah menyalahkan pihak lain, IJABI (Syiah) harus sadar sebagai warga negara yang baik bahwa mereka juga mempunyai hak dan kewajiban. Hak menjalankan ibadah silakan tetapi kewajibannya adalah menjaga kondusivitas serta wajib menjaga kemurnian akidah Islam dan tidak melakukan penistaan ajaran agama lain, ”jelas Roin.

Asyuro,sambungnya,yang diyakini Ahlus Sunah Wal Jamaah adalah Shaum sunnah (10 Muharam) bukan meratapi kesyahidan seseorang khususnya Imam Husain.

Orang yang syahid termasuk Imam Husain telah bahagia di surga bukan malah ditangisi. Hal inilah telah terjadi penyimpangan dari peringatan Asyuro yang sebenarnya.

Roin menambahkan penolakan perayaan Asyuro bukan masalah mayoritas atau minoritas tapi masalah kebenaran yang diyakini umat Islam.Ia mengajak semua pihak dapat melihat persoalan tersebut secara jernih dengan kacamata syar’i.

Seperti beritakan sebelumnya Jalaluddin Rakhmat selaku Ketua Dewan Syuro Ijabi, mengatakan IJABI sedang menyusun laporan dan rencananya akan disampaikan ke Komnas HAM.

“Ini terkait peringatan Asyura di Bandung, artinya kita sudah mengikuti seluruh prosedur dan Kapolsek sudah menyatakan tidak keberatan, tetapi ternyata dipermasalahkan dan terpaksa pindah,” kata Jalaluddin seperti dikutip dari laman BBC Indonesia.

Jalal menambahkan daerah lain seperti di Jakarta diserbu di saat-saat akhir acara, di Makassar juga diserbu dengan kelompok bersenjata tajam. Polisi datang terlambat walau ancaman sudah diketahui polisi sebelumnya, sehingga jatuh korban luka-luka.

Khusus di Bandung, sejumlah laporan menyebutkan bahwa Polrestabes Bandung tidak mengizinkan acara tersebut digelar di Gedung Istana Kana, Kawaluyaan, karena syarat perizinan dari penyelenggara dianggap tidak lengkap. Penyelenggara akhirnya memutuskan memindah lokasi ke SMA Muthahari milik Jalaluddin Rakhmat.

Seperti dihimpun dari berbagai sumber yang menyebutkan perayaan Asyuro oleh Kelompok Syiah mendapat penolakan sejumlah ormas Islam dan elemen masyarakat. Aksi tersebut seperti di Surabaya yang dibubarkan paksa oleh kelompok tertentu. Sementara di Makassar lokasi acara diserbu dan dibubarkan massa,sementara di Kota Bandung hanya pindah tempat saja.Lain halnya yang terjadi di Yogyakarta dimana acaraAsyuro dihentikan di tengah acara dan di Jakarta mereka dipaksa dibubarkan massa.*